Layar TV nasional sering menampilkan cerita tentang anak muda yang menjadi relawan. Relawan kemanusiaan saat terjadi bencana alam, saat adanya gunung meletus, saat adanya banjir dan banyak gerakan lainnya. Banyak juga anak muda yang bergerak dan tergerak sebagai upaya untuk ikut mencerdaskan anak bangsa. Acara Kick Andy yang dipandu oleh Andy F. Noya adalah salah satu acara TV yang sering mengangkat cerita ini.
Cerita yang ditampilkan adalah cerita-cerita yang luput dari perhatian publik dan luput dari pemberitaan media. Banyak relawan dan pejuang kemanusiaan yang bergerak dan berkarya dalam kesunyian. Bergerak tanpa berharap pujian dan berkarya tanpa kepentingan apa-apa. Acara ini selalu menghadirkan kisah-kisah inspiratif yang layak untuk diikuti. Tidak heran jika kehadiran acara TV ini selalu ditunggu oleh penonoton setianya. Saya adalah satu dari jutaan penonton itu.
Mungkin ini adalah sebuah skenario alam. Tanpa sengaja, saat menonton Bali TV, ternyata saat itu sedang berlangsung acara dialog khusus yang menyiarkan gerakan Kelas Inspirasi Bali (KIB). KIB merupakan gerakan menjadi guru SD selama satu hari. Pada hari yang disepakati, orang-orang sukses dan yang peduli diminta datang ke sekolah, tetapi tidak untuk mengajar matematika, bahasa Indonesia, atau Ilmu Pengetahuan Alam. Cukup bercerita tentang kisah profesi yang sedang digeluti. Kehadiran relawan diharapkan akan menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak SD.
Kehadiran relawan untuk membangkitkan mimpi anak-anak SD itu. Mengajak mereka bermimpi tentang masa depannya. Mengajak mereka berani memiliki cita-cita besar. Relawan hadir di kelas itu untuk menanamkan bibit mimpi mulia bagi anak-anak bangsa. Lewat kelas inspirasi ini, relawan langsung turun tangan, bergandengan tangan dengan para profesional lain di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Bali.
Acara TV tersebut seolah-olah mengetuk kepedulian saya untuk segera menjadi bagian dari gerakan mulia ini. Awalnya saya tidak banyak berharap untuk bisa diterima menjadi bagian dari gerakan KIB. Maklum karena melihat umur dan minimnya pengalaman yang dimiliki.
Saat itu umur saya baru 28 tahun dan saya merasa belum banyak berkiprah dan jauh tertinggal dari orang kebanyakan. Saya adalah salah satu dosen muda yang mengajar di jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha, yang ada di Bali Utara. Mulai bulan September 2012 saya tercatat sebagai salah karya siswa program doktor (S3) di Universitas Udayana Bali.
Gerakan KIB dikomandoi oleh Prof. Muninjaya seorang dosen Fakultas Kedokteran yang sangat enerjik. Pelaksanaan KIB saat itu (tahun 2013) untuk tahun kedua. KIB dilaksanakan di kabupaten Bangli. Khususnya di sekolah-sekolah SD yang berada di pinggiran kota Bangli.
Setelah dilakukan seleksi, saya dinyatakan lolos dan dipercaya menjadi koordinator kelompok relawan di SD N 3 Pengotan, Bangli. Tugas saya mengkoordinir teman-teman relawan dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah terutama dengan kepala sekolah.
Sehari sebelum dilaksanakannya gerakan KIB, saya berkunjung ke lokasi dan bertemu dengan kepala sekolah serta guru-guru. Senang dan kagum melihat respon pihak sekolah yang begitu antusias menunggu kedatangan relawan. Hal itu ditunjukkan dengan matangnya persiapan yang dilakukan seperti menyiapkan peralatan LCD, membersihkan ruangan kelas dan sejenisnya. Adanya kerjasama dan niat yang baik berdampak pada lancarnya pelaksanaan gerakan KIB tanggal 11 Juni 2013.
Awalnya saya bingung dan tidak percaya diri untuk mengajar di hadapan anak-anak SD. Saya belum pernah dan membayangkan pun tidak pernah untuk mengajar anak-anak SD. Saat pelaksanaan KIB, saya mendapat jadwal mengajar dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.
Saya berbagi ilmu dan pengalaman dengan menggunakan bantuan beberapa video. Media tersebut sangat membantu, terlihat dari respon anak-anak saat menonton video tersebut. Mengajar anak-anak kelas 1 – 3 relatif lebih susah dibandingkan dengan anak-anak kelas 4 – 6. Saat mengajar, saya menekankan pentingnya arti pendidikan, sehingga saya sarankan agar anak-anak melanjutkan sekolah sampai sarjana. Memiliki cita-cita penting tapi berproses untuk menggapi itu jauh lebih penting. Diperlukan kerja keras, semangat dan usaha yang terus menerus dan tentunya perjuangan yang pantang menyerah untuk bisa mencapai impian.
Sebagian besar anak-anak sudah memiliki cita-cita walaupaun ada beberapa anak yang masih bingung menentukan cita-citanya. Dokter dan guru adalah profesi yang selalu diidamkan di setiap kelas. Mungkin karena profesi ini yang paling akrab ditelinga anak-anak. Melihat keluguan dan kepolosan anak-anak SD tentunya menyiratkan makna betapa pentingnya peran guru dalam mendidik dan mengarahkan mindsetanak-anak. Guru SD adalah garda terdepan dalam hal menanamkan nilai-nilai mulia kepada anak-anak, sehingga pemerintah harus memprioritaskan perhatiannya pada guru SD.
Secara pribadi saya merasa senang dan berterima kasih kepada KIB. Gerakan ini membangkitkan kembali kenangan masa-masa waktu saya SD. KIB menyadarkan akan pentingnya arti berbagi. Selain itu, kehadiran dan partisipasi langsung Bupati Bangli, Bapak Made Gianyar untuk menjadi guru sehari memberi inspirasi tersendiri.
Kehadiran Bupati membuat kami para relawan merasa tertantang untuk lebih bersemangat dalam hal berbagi. KIB juga menunjukkan jalan agar berani berbagi dan bertingkah laku yang nantinya layak dijadikan inspirasi bagi generasi penerus. Langkah menjadi panutan, ujar menjadi pengetahuan, pengalaman menjadi inspirasi. Terima kasih KIB. [T]