Wabah Covid-19 yang melanda dunia membawa dilema bagi setiap manusia di setiap negara. Dilema itu, di antaranya bisa memenuhi terlebih dahulu kesehatan atau kesejahteraan untuk mencukupi kebutuhan dasar, yaitu makan.
Pemimpin di setiap negara atau daerah tengah memeras otak untuk menyelamatkan warganya. Di tengah ketidakpastian kapan wabah ini akan mereda, pemimpin seyogyanya berupaya mengambil setiap butir kebijakan yang bisa menjaga rakyatnya bertahan selama-lamanya hingga membawa mereka bebas dari pandemi global ini.
Setiap tahap demi tahap kebijakan diambil untuk bisa mengajak rakyatnya mengarungi ombak ganas pandemi Covid-19. Untuk bisa bertahan lama, kesejahteraan rakyat menjadi hal utama.
Pemimpin diharapkan mengambil kebijakan yang bisa membuat rakyatnya sejahtera. Rakyat yang mana? Semua rakyatnya. Pertama adalah rakyat kelas ekonomi atas yang mampu bertahan secara mandiri. Kedua, rakyat kelas menengah yang kekuatan bertahannya bisa lama dengan bantuan pemerintah. Ketiga, rakyat jelata atau rakyat proletar, yang tingkat bertahannya lebih singkat.
Untuk bisa melindungi ketiga strata rakyat itu, pemimpin mesti membuat kebijakan yang bisa membantu rakyat strata jelata bertahan lebih lama. Caranya, membuat kebijakan ekonomi yang bisa membuat mereka bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Kebijakan sederhana, pasokan logistik makanan, seperti beras, sayur, daging, telur, susu dipermudah. Distribusi logistik ke konsumen dipermudah dengan cara mengatur pasar dengan baik.
Rakyat jelata kebutuhannya sedehana. Cari uang hari ini untuk makan hari ini. Dengan kebutuhan sederhana itu, dibuatkan kebijakan yang sederhana. Pemimpin menyodorkan kebijakan, misalnya mengatur operasional pasar dengan baik. Waktu diperlonggar. Sarana dan prasarana kesehatan mereka dipenuhi dan dijamin. Edukasi tentang cara pencegahan wabah diberikan dengan bahasa yang sederhana agar mudah dicerna.
Dengan kebijakan itu, rakyat jelata ini akan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tercukupinya kebutuhan pokok setiap hari akan membuat pikiran mereka tenang. Anak-anaknya sudah bisa makan. Istri bisa memasak makanan untuk keluarganya. Satu keluarga akan bahagia jika kebutuhan pokok telah terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan pokok maka mereka akan merasa bahagia dan tenang dalam menghadapi wabah.
Rakyat strata kedua ditopang oleh pemerintah dalam hal keuangan. Strata ini misalnya pegawai negeri sipil, pemilik toko, pengusaha kelas menengah. Pemimpin mesti membuat kebijakan agar keuangan mereka terjaga. Caranya dengan memberikan relaksasi kredit, keringanan atau bebas pajak penghasilan. Rakyat golongan ini, tanpa bekerja mereka masih bisa mendapatkan penghasilan. Uang inilah yang mereka gunakan untuk membeli kebutuhan pokok ke pedagang pasar (strata rakyat jelata).
Kemudian rakyat strata atas, mereka adalah kaum yang secara autopilot bisa bertahan paling lama dalam menghadapi wabah.
Dari ketika strata itu, pemimpin perlu memprioritaskan kebutuhan pokok daripada kesehatan. Jika kebutuhan pokoknya terpenuhi, maka secara otomatis hidup mereka tenang dan bahagia. Hasilnya, imunitas dalam tubuh akan bertahan dan berkembang. Ketiadaan makanan di dapur setiap hari akan membuat mereka panik. Kepanikan akan mengacaukan dan menurunkan imunitasnya. Jika imunitas lemah maka sangat rentan terserang wabah Covid-19.
Terpenuhinya kebutuhan pokok akan meningkatkan imunitas dan kekebalan tubuh. Kekuatan imunitas akan membuat jiwa dan raga menjadi sehat sehingga terjaga dari wabah virus.
Maka dengan terpenuhinya kesejahteraan terlebih dahulu maka rakyat akan bahagia dan tenang. Imunitas tubuhnya menjadi kuat. Jiwa dan raga rakyat menjadi sehat.
Rakyat yang sejahtera, tenang, nyaman, dan sehat akan bisa diajak oleh pemimpinya melewati wabah ini dalam jangka waktu yang panjang.
Pemimpin negeri ini, semoga amanah mengandeng rakyatnya melewati pandemi global ini. Swaha.[T]
catatan pagi ini
01.14 wita
30/03/2020