- Judul : Gerbang Dialog Danur
- Penulis : Risa Saraswati
- Penerbit : Bukune
- Tahun terbit : 2015
- Tebal halaman : xii+224 halaman
____
Novel Gerbang Dialog Danur yang ditulis oleh Risa Saraswati menceritakan seorang anak yang mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Anugerah ini yaitu ia dapat melihat sesuatu yang tak kasat mata dan sering disebut hantu.
Jiwa-jiwa penasaran yang tak diketahui orang lain, ia sendiri bisa melihatnya. Bagi banyak orang, kelebihannya itu dapat dikatakan anugerah karena apa yang ia miliki itu tidak dimiliki orang lain. Namun baginya ini juga sebagai kutukan karena ia harus melihat wajah buruk rupa dari banyaknya kematian. Ia juga harus menghadapai perlakukan buruk, misalnya dikucilkan oleh temannya karena ia kerap berbicara sendiri.
Kesan pertama saya ketika membaca novel ini adalah dapat merasakan dan membayangkan apa yang terjadi pada Risa saat itu. Bagaimana seorang anak yang masih duduk di kelas 5 SD ini harus menjalankan kehidupan yang sangat sulit dan ia tidak dapat merasakan bahagianya dunia dengan teman sebayanya yang lain di kehidupan nyata.
Bagaimana tidak? Seorang anak kecil harus mengetahui sebuah kematian yang tragis dan tak lazim dengan mata kepalanya langsung .
Novel ini disajikan dengan bahasa yang sederhana, dan mudah untuk dimengerti oleh siapapun yang membacanya . Tidak hanya dalam bentuk novel , namun ia menyampaikan apa yang telah dialaminya ini dalam bentuk film dengan judul “Danur” dan disana kembali membuat semua orang yang menonton bisa ikut terhanyut seolah-olah kita berada dalam film itu, bagaimana kebahagiaan, kesedihan keputusasaan dan tragisnya cara teman-temannya itu mati.
Kini Risa Saraswati membuat channel youtube dengan nama “Jurnal Risa”, disana ia mengulas kematian teman-temannya dan mayat yang bergentayangan di tempat-tempat yang terkenal angker. Di sana Risa bukan untuk menakut-nakuti subscriber-nya atau orang yang melihat channel youtube-nya melainkan untuk membuka batin semua orang untuk selalu menghargai siapa dan dimana saja, baik yang berada dalam kehidupan nyata maupun dimensi lain. Karena itu merupakan satu kesatuan yang harus stabil adanya.
Novel ini dilengkapi dengan coretan atau gambar yang melukiskan teman-teman Risa yang tak kasat mata itu, Kita sebagai pembaca sangatlah menyadari gambar yang terselip pada bagian tertentu novel itu dapat membuat dan menambah gairah para pembaca agar semakin penasaran akan jalan cerita ini, karena melalui hal-hal yang sekecil ini sebenarnya dapat meningkatkan daya tarik pembaca di segala golongan baik yang muda hingga tua.
Genre novel ini adalah horor, dimana dari tahun ke tahun, horor merupakan salah satu incaran oleh masyarakat Indonesia, baik dalam bentuk tulisan maupun film. Karena rasa penasaran yang besar untuk mengetahui mereka yang tak terlihat dan hanya orang tertentulah yang dapat melihat mereka bahkan untuk berkomunikasi sekaligus.
Novel ini dapat membantu memuaskan rasa ingin tahu terhadap mereka yang tak kasat mata dan dapat membangunkan pertapaan mereka yang membaca untuk dapat menyadari dan menghormati mereka yang berada dalam dimensi lain.
Yang membedakan novel yang satu ini dengan yang lain yaitu novel ini bukan cerita fiksi biasa atau hanya sekedar sebuah karangan atau rekaan pengarang, melainkan novel ini adalah salah satu cara untuk melampiaskan atau berbagi pengalaman yang telah ia hadapi selama bertahun-tahun lamanya. Karena rasa lelah yang muncul ketika ia ingin bercerita apa yang telah ia alami selama ini harus dijadikan sebagai lelucon semata oleh teman-temannya di kehidupan nyata.
Terima kasih Risa atas kiriman tanda yang tidak mudah ditangkap dengan kasat mata. Novel ini benar-benar dapat membantu dan memotivasi mereka yang memiliki kelebihan atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dimana mereka semua harus tegar dan bersyukur atas apa yang dimiliki dan tidak boleh berputus asa. Hanya orang yang memiliki ketajaman intuisi dan rasa sajalah yang sanggup menembus batas pemikiran anda.
Teruslah berkarya, tidak hanya untuk sebuah popularitas, bukan pula untuk penyaluran keinginan, tetapi diatas semua itu. Upaya membangun kedigjayaan diri jauh lebih penting . Maafkan raga saya tidak hadir untuk meramaikan gelak perjuangan. Tapi percayalah guratan pikiran saya tentang karya anda melebihi kehadiran yang kasat mata. [T]