Rujukan Sastra
Enjangnya anyӗpi mati gӗni, tan wӗnang anambut gawe, salwirnya, agӗni-agӗni kunang saparani genahnya, kalinganya, sang wruh ing tatwa jñana Samadhi, glarakna yoga Samadhi [Sundarigama. 9].
[besoknya Anyepi mati api, tidak boleh melakukan kerja, di antaranya, berapi- api di segala tempatnya, demikian katanya, orang yang paham dalam hakikat pengetahuan pembebasan samadi, akan menggelar yoga samadi].
_____
Teks Sundarigama jelas menyebut Anyӗpi untuk mengistilahkan Nyӗpi. Kedua kata tersebut tidak berbeda artinya, yaitu melakukan sesuatu untuk mencapai sepi. Yang dilakukan adalah tidak boleh bekerja [tan wӗnang anambut gawe]. Bekerja dalam konteks ini diartikan sebagai ‘berapi di segala tempatnya’ [agӗni-agӗni kunang saparani genahnya]. Maksudnya, tidak boleh ada api dimana-mana. Api apakah yangdimaksud? Ada beberapa jenis-jenis api yang dicatat dalam berbagai pustaka. Jenis- jenis api itu sebagai berikut.
Teks Agastia Parwa menyebut tiga jenis api yaitu Suci, Pawamana dan Pawaka. Ketiganya adalah sumber api, disebut Sang Hyang Agni Rahasya. Suci adalah sumber api dari matahari. Pawamana, sumber api dalam air. Pawaka, sumber api dari tanah[2].
Teks Sarasamuccaya juga menyebutkan tiga jenis api berdasarkan pemakaiannya: Ahawanya Agni, Grhaspati Agni dan Citta Agni. Ahawanya Agni adalah api yang digunakan untuk memasak makanan. Grhaspati Agni adalah api saksi dalam upacara perkawinan. Citta Agni adalah api saat pembakaran jenasah.[3] Selain keenam nama-nama api di atas, ada lagi beberapa nama api yang disebutkan dalam teks Candrāgni. Nama-nama api itu adalah sebagai berikut.
Api di Pande Besi, Puwaka namanya. Api di Pande Mas, Siki namanya. Apinya Bhatara Brahma, Tanda namanya. Api dari Apuyengan, Adana namanya. Api dari Adang, Trinirama namanya. Api yang tiga, Bhujol namanya. Api dari Wanteran, Ana namanya. Api dari lampu rumah, Usti namanya. Api dari upacara homa, Jata namanya. Api dalam panggangan, Weda namanya. Ketika api dalam pembakaran korban, Uti namanya. Api dari pembakaran orang meninggal, Daha namanya. Api yang berada di Sanggar, dan api pada saat pembakaran padi, Lena namanya. Api di dalam tubuh, Puhika namanya. Api yang muncul dari daging, Iga namanya. Api dari orang yang menaiki bukit, Uningan namanya. Api dalam lampu wayang, di antaranya bernama, Sapwawa, Srengen.[4].
Api di dalam rumah, Wesa Nala namanya. Api di hutan, Jaga Setra namanya. Api perahu, Bada Nala namanya. Api dalam hati, rahitangsa, namanya. Api dalam Alaya, Bahni namanya. Api dalam Kamasan, dahana, namanya. Api dalam Palancungan, Anitangsa namanya. Api dalam Rendalindung, hredanala namanya. Api dalam nelayan, Sanda Nala namanya. Api dalam pembakaran, dan dalam kunda, Dusa Nala namanya. Api dalam Pangembutan Angguba Manjar Sirna, memanaskan air, Pakanala namanya. Api di tempat penjagalan, dan dapur, Kusya Danu namanya. Api pada Padupan, Kresna Atma namanya. Api dalam membuat senjata, Tanu Patwa namanya. Api dalam Paleman, Piraksana namanya. Api dalam lampu, Rekanda namanya. Api dalam lampu suar, Bhama Nala namanya. Api di Tumangan, Aywana namanya. Api dalam batu, Karnala namanya. Api saat membakar di rumah, Pawaka namanya. Api di dapur, [?], namanya. Api dari Surya Kanta, Rukma Nala namanya. Api di Dengen, Srikinala namanya. Api dari kesaktian, Brajaja Nala namanya. Sebabnya api dari kayu, diusahakan oleh manusia itulah disebut api, maka lenyap segala bentuk. Benar-benar disebut Praja Nala[5].
Ada banyak jenis api jika merujuk pada tiga teks yang telah disebutkan yaitu Agastia Parwa, Sarasamuccaya dan Candrāgni. Jika teks Sundarigama mengatakan bahwa tidak boleh ada api, bisa dikatakan semua jenis api yang disebutkan oleh tiga teks tadi adalah api yang dimaksud. Tapi bagaimana caranya meniadakan api Suci yang bersumber dari matahari? Atau bagaimana meniadakan api Pawamana yang bersumber dari Air? Begitu pula Pawaka yang bersumber dari tanah?
Ketiga sumber api ini tidak mungkin ditiadakan begitu saja sebab ketiganya tidak dikendalikan oleh manusia tapi hukum alam [Rta]. Tetapi tiga jenis api sesuai pemanfaatannya bisa ditiadakan. Ahawa Agni bisa ditiadakan dengan cara tidak memasak. Grhaspati Agni dengan tidak melakukan upacara perkawinan. Sedangkan Citta Agni ditiadakan dengan tidak melakukan upacara pembakaran jenasah.
Sampai pada titik itu, ada jenis-jenis api yang bisa dikendalikan oleh manusia dan ada yang tidak. Tentang pengendalian api, pada suatu bagian dari teks Yama Purwa Tattwa ada cerita tentang Ida Pedanda Sakti Ender yang mampu mengendalikan matahari. Kemampuan seperti itu, bisa disebut sebagai kemampuan mengendalikan api. Jadi Anyӗpi dimaksudkan untuk mengendalikan api. Mati Gӗni berarti meniadakan api yang dalam batas tertentu bisa dikendalikan oleh manusia. Dengan demikian, jelaslah mengapa sehari setelah Nyӗpi disebut Ngӗmbak Gӗni. Ngӗmbak berasal dari kata ӗmbak yang berarti buka. Ngӗmbak adalah bentukan kata kerja yang berarti membuka. Ngӗmbak Gӗni berarti membuka api atau membuka lebar-lebar jalannya api.
Perhitungan Wariga
Tahun ini [2020], Nyӗpi dilakukan pada tanggal 25 Maret. Penetapan ini didasarkan atas perhitungan Purnama-Tilӗm. Umumnya, Nyӗpi dilakukan sehari setelah Tilӗm pada bulan Caitra [IX]. Dengan demikian, Nyӗpi didapat dengan menghitung peredaran bulan mengelilingi bumi. Perhitungan yang didasarkan pada peredaran dan posisi bulan disebut Candra Pramana.
Agastia[6] [2005: 36] menyebut bahwa tahun baru Saka ditetapkan pertama kali pada tanggal 22 Maret 79 oleh raja Kaniska. Penetapan ini dilakukan karena sehari sebelumnya terjadi gerhana matahari total[7]. Gerhana matahari terjadi karena Matahari, Bumi dan Bulan berada dalam satu garis lurus. Perhitungan yang dilakukan dengan mengamati posisi matahari disebut Surya Pramana. Agastia juga menjelaskan, gerhana matahari terjadi pada saat Tilӗm. Sedangkan gerhana Bulan terjadi saat Purnama.
Berdasarkan data dari laman langitselatan.com[8], beberapa perkiraan tanggal gerhana bulan dan matahari dapat dilihat. Ada beberapa kali gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi di tahun 2020 ini. Perkiraan tanggal dan jenis gerhananya adalah 11 Januari [Bulan Penumbra], 6 Juni [Bulan Penumbra], 21 Juni [Matahari Cincin], 5 Juli [Bulan Penumbra], 30 November [Bulan Penumbra], 14 Desember [Matahari Total]. Dari data tersebut, bisa dibandingkan dengan kalender yang umum digunakan di Bali sebagai berikut.
Perbandingan Tanggal Gerhana dan Purnama-Tilӗm Th. 2020
Dilihat dari perbandingan di atas, memang benar tiap-tiap gerhana bulan tepat atau mendekati Purnama, sedangkan gerhana matahari tepat atau mendekati Tilӗm.
Berdasarkan pada Candra dan Surya Pramana itulah bisa ditentukan hari Nyӗpi sebagaimana dilakukan oleh raja Kaniska.
Permasalahan terjadi pada tahun 2020 ini, sebab hari Nyӗpi tidak secara tepat dilakukan pada Pananggal 1 bulan Caitra. Menurut perhitungan wariga, Nyepi kali ini jatuh pada pananggal ping 2 bulan Caitra. Hal itu disebabkan oleh pangunya ratri yang jatuh pada Buda Kliwon Pahang. Peristiwa ngunya ratri tersebut dalam perhitungan wariga juga diistilahkan sebagai Pangalantaka Pangalihan. Pangalihan pada Buda Kliwon Pahang ini disebut Panca Pahang[11]. Akibat pengalihan ini, maka Tilem 15 menjadi Pananggal 1, disebut Sasih Anglaywan. Perhitungan seterusnya pun dipengaruhi, yakni pananggal ping 10 menjadi ping 11, sedangkan panglong ping 5 menjadi ping 6.
Pangalantaka Pangalihan sesungguhnya pernah dilakukan Eka Sungsang ke Paing yang dipakai sejak Pasalin Rah Saka 1921. Pangalihan tersebut dibahas di Pura Besakih pada tanggal 25 Juli 1998 oleh para sulinggih. Pangalihan ini ditetapkan sampai pada Baligya Marebu Bumi pada tilem Caitra tahun Saka 2000 [2079 Masehi][12]. Perhitungan ini memang rumit untuk dipelajari, namun bukan berarti bisa dikesampingkan begitu saja. Terutama perihal Pangalantaka Pangalihan sebagaimana ditunjukkan dalam kasus di atas. Perhitungan wariga inilah yang juga mesti didalami oleh para penempuh studi agama di jalur formal akademis maupun jalur formal spiritualis. [T]
Keterangan:
[1] Ditulis untuk kalangan Kesatuan Mahasiswa Hindu Indonesia, Bangli. Diskusi diadakan tanggal 7 Maret 2020, di Sekretariat PC KMHDI Bangli.
[2] lih. IBM Dharma Palguna [2008:44], Leksikon Hindu
[3] idem
[4] lih. I Gde Agus Darma Putra [https://www.academia.edu/41186268/Candr%C8%83gni]
[5] idem
[6] IBG Agastia, [2005] Nyepi, Surya dan Sunya
[7] bandingkan dengan Pendit [1984]. Menurut Pendit, Kanishka menobatkan era “Saka-kala” sebagai tangal dan tahun penanggalan resmi kerajaannya, sejak pertama kali ia naik tahta mahkota kerajaan dinasti Kushana. Hal itu dilakukan demi menyatakan rasa hormat dan simpatinya pada rakyat taklukannya yang sebagian besar mayoritas suku bangsa Saka.
[8] https://langitselatan.com/2020/01/02/sekilas-peristiwa-langit-tahun-2020/
[9] Panglong adalah paruh terang, dimulai sehari setelah purnama
[10] Pananggal adalah paruh gelap, dimulai sehari setelah tilӗm
[11] lihat Wariga Dewasa Praktis oleh Ida Bagus Putu Bangli [2012]
[12] Agastia [2008], Panca Bali Krama, Padma Mandala dan Sad Kahyangan.