PERTEMUAN
ku buang jauh tubuhku
selangkah demi langkah
: ke pusar waktu
kutemukan kita saling mencari
seperti gelap merindu pekat
dan dengan kata
kubunuh jarak
yang membelah kita
tanpa jeda
SENJA DI BULAN MEI
kita sedang bercakap dengan masa depan
saling menerka mata dan senyum malu malu
sambil menepi pada sebaris puisi
yang belum selesai
senja membuat kita tidak mengenali satu sama lain
tidak juga paham makna sajak yang ditulis angin
pada ranting, daun-daun, sekar kelabu
dan masa lalu
hadiah senja di bulan Mei
usia dan gang sempit yang sesat
menerima sebagaimana adanya
[Jyesta, 1941]
PUAN
dawai dawai ilalang
bergayut di hatimu Puan
mimpi hanya membuatnya makin nyata
meski kau tutup pintu matamu
dengan segala mantra
Puan, mari kita toreh bukit Cintamani
dengan petir yang kau warisi
dari ibu dan bapamu
di sana di tempatmu terluka
bebukit Abang telah menyala
lekuk jurang tidak sedalam duka
ada yang hilang
oleh bara belerang
Puan, hamba menunggu lama
seribu warsa bukan apa apa
[Bangli, 2019]
PERTEMUAN
ku buang jauh tubuhku
selangkah demi langkah
: ke pusar waktu
kutemukan kita saling mencari
seperti gelap merindu pekat
dan dengan kata
kubunuh jarak
yang membelah kita
tanpa jeda
SENJA DI BULAN MEI
kita sedang bercakap dengan masa depan
saling menerka mata dan senyum malu malu
sambil menepi pada sebaris puisi
yang belum selesai
senja membuat kita tidak mengenali satu sama lain
tidak juga paham makna sajak yang ditulis angin
pada ranting, daun-daun, sekar kelabu
dan masa lalu
hadiah senja di bulan Mei
usia dan gang sempit yang sesat
menerima sebagaimana adanya
[Jyesta, 1941]
PUAN
dawai dawai ilalang
bergayut di hatimu Puan
mimpi hanya membuatnya makin nyata
meski kau tutup pintu matamu
dengan segala mantra
Puan, mari kita toreh bukit Cintamani
dengan petir yang kau warisi
dari ibu dan bapamu
di sana di tempatmu terluka
bebukit Abang telah menyala
lekuk jurang tidak sedalam duka
ada yang hilang
oleh bara belerang
Puan, hamba menunggu lama
seribu warsa bukan apa apa
[Bangli, 2019]