edisi 25/11/19
KOPLAK menggaruk kepalanya yang tidak gatal selalu saja banyak hal-hal di negeri ini yang membuatnya patah jantung. Seluruh aktifitasnya jadi tidak menarik lagi. Koplak merasakan kesedihan yang sangat mendalam dan sangat mengganggunya.
Bayangkan? Alangkah menyedihkannya jika Koplak ingin mengkomsumsi telur ternyata ada kandungan racunnya. Sejak awal Koplak selalu merasa perubahan iklim yang terjadi di bumi ini harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Untungnya di Bali sendiri Koplak sudah merasakan kesadaran para warga Bali terutama di kota Denpasar tempat Kemitir hidup sudah dilarang keras menggunakan sampah plastik.
Dua pejabat di Bali, Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan Gubernur Bali Wayan Koster mulai 2019 ini akan menetapkan aturan pengurangan sampah plastik penetapan Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.Pemprov Bali memberikan waktu 6 bulan bagi produsen, pemasok, dan pelaku usaha untuk mengikuti Pergub sejak ditetapkan pada 21 Desember 2018.
Pemprov Bali akan membentuk tim pengawasan dan pendampingan kebijakan ini. Hasilnya memang orang-orang yang berbelanja di pasar mulai sadar untuk membawa keranjang belanja sendiri yang digunakan untuk memasukkan beragam barang. Koplak terharu, di desa Koplak sendiri masyarakat desa yang dipimpinnya masih menggunakan beragam daun dan sudah menjadi kebiasaan warga desa membawa keranjang sendiri jika berangkat ke pasar.
Makanya Koplak begitu gugup ketika membaca berita yang mengabarkan bahwa saat ini telur ayam diduga mengandung racun yang berbahaya. Bahkan sejumlah media internasional menyoroti kandungan polutan berbahaya pada telur dan tahu yang diproduksi di dua wilayah di Jawa Timur. Pemberitaan-pemberitaan tersebut bersumber dari laporan yang diterbitkan oleh International Pollutants Elimination Network (IPEN), yang bekerja sama dengan lembaga lain seperti NEXUS3 Foundation, Ecoton, dan Arnika.
Dalam laporan berjudul Plastic Waste Poisons Indonesia’s Food Chain atau Limbah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia tersebut, IPEN menyoroti kandungan dioksgin tinggi yang dihasilkan oleh telur-telur ayam di dua lokasi yakni Desa Bangun dan Tropodo, Jawa Timur. Seram juga, kondisi ini mengungkapkan kondisi di belakang layar, bagaimana sampah plastik membawa bahan kimia beracun ke dalam rantai makanan yang dimakan manusia seperti Koplak.
Penelitian tersebut mengambil sampel dari telur ayam buras yang dilepas dari kandang. Selain itu, telur-telur tersebut diambil dari area yang berdekatan dengan tempat pembakaran plastik dan pembuangan sampah di Desa Bangun dan Tropodo. Kedua desa ini merupakan lokasi yang terdampak dari aktivitas pembuangan sampah plastik. Sampah-sampah plastik berkualitas rendah baik berasal dari impor dan hasil pembuangan dalam negeri, berakhir di penimbunan terbuka, pabrik tahu, pabrik kapur, atau tempat-tempat di mana masyarakat membakar plastik sebagai bahan bakar.
Koplak merenung, Koplak berdua, walaupun belum sampai menyentuh desanya racun yang berenang di dalam telur membuat Koplak jadi merasa ada teror di meja makan miliknya. Semoga saja sampah-sampah plastik yang menebar racun bernama gagah Dioksin itu segera diusut tuntas, agar masyarakat seperti dirinya bisa tenang mengkomsumsi telur ayam. [T]