6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kebudayaan Keluarga Bali dalam “Antologi Cerpen Belog” Menurut Kacamata Pendatang

Hanri PrasetyobyHanri Prasetyo
November 2, 2019
inUlasan
Kebudayaan Keluarga Bali dalam “Antologi Cerpen Belog” Menurut Kacamata Pendatang
36
SHARES
  • Judul Buku : BELOG
  • Penulis : Tudekamatra
  • Penerbit : Pustaka Ekspresi
  • ISBN : 978-602-7610-26-2
  • Jumlah Halaman : iv + 80

____

I Putu Gede Raka Prama Putra atau biasa dipanggil Tudekamantra, laki-laki yang lahir 18 Desember 1990 di Gianyar ini, banyak melahirkan karya sastra yang juga banyak dimuat di berbagai media, seperti Majalah Ekspresi, Majalah Satua, Bali Post, Denpost. Selain itu, banyak bukunya yang telah terbit seperti Padang Tuh, Ombak Rare Bali, dan Belog. Ia sekarang bekerja sebagai wartawan di Pos Bali dan menjadi redaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali. Salah satu karyanya, yaitu Belog: pupulan cerita cutet membawa saya yang merupakan mahasiswa rantau dari Jawa dapat menyelami dan belajar tentang kehidupan, kebudayaan, dan masalah-masalah dalam masyarakat khususnya dalam keluarga di Bali. Meskipun terdapat beberapa kesulitan membaca buku ini karena bahasa yang cukup berbeda dengan kebanyakan kawan yang berbicara bahasa Bali di Denpasar, hal itu tidak membuat saya lantas menaruh dan meninggalkan Buku Belog. Bahkan, sebaliknya malah membuat saya semakin tertarik, hitung-hitung memperbanyak kosa kata bahasa Bali.

Buku kumpulan cerita pendek Belog berisi lima belas cerpen yang judul-judulnya sebenarnya cukup menarik karena hanya terdiri atas satu atau dua kata, tetapi dapat menyimpulkan isi dari cerita tersebut. Buku cerpen ini dimulai dari kisah Belog yang menceritakan seorang anak yang sangat bodoh dan selalu membuat orang tuanya kesal. Sebenarnya ketika saya mencari di Google dengankeyword “Belog” banyak cerita yang beredar dengan judul sama, yaitu “I Belog” yang menceritakan seorang anak kecil bernama Belog yang sangat bodoh. Setelah ditelusuri lebih lanjut, rupanya cerita “I Belog” merupakan dongeng yang sangat terkenal di Bali. Mungkin alasan penulis memiilih judul Belog untuk bukunya karena cerita tersebut banyak diketahui masyarakat, khususnya Bali sehingga memiliki daya jual dan daya tarik tersendiri.

Cerita “I Belog” yang terkenal diangkat menjadi Belog: pupulan cerita cutet oleh Tudekamatra. Kepekaan penulis dalam melihat masalah-masalah sosial dan keluarga yang dialami masyarakat merupakan suatu kelebihan yang tidak dimiliki banyak orang. buku ini terasa sangat intim, bahkan bagi saya yang merupakan mahasiswa yang merantau di Bali. Cara Tudekamatra mangangkat masalah-masalah yang dialami sebuah keluarga banyak menggambarkan masalah keluarga yang hadir dalam masyarakat Bali, seperti dalam cerpen “Belog” yang menceritakan tentang seorang keluarga yang memiliki seorang anak laki-laki yang sangat bodoh, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.

“Meme Ketut mamedih padidi. Kememegan Pedih lan sedihe suba kaliwat. Paningalane nrawang. Nyesel ngelah pianak I  Wayan Putra ane belog magandong buka keto.” (“Belog” hlm.5)

Lalu ada cerita lainnya, seperti dalam cerpen berjudul “Suba Misi” yang menggambarkan seorang anak perempuan yang hamil diluar pernikahan, hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut

“Nah kudiang ngalih lemaah dinane ibi! Putu tusing nyandang nyelesang ane sube liwat. Ene suba madan karman putune. Nasine suba dadi bubuh. Sing lakar nyidaang ngwalikang buin. Terima lan jalanang apa ane suba gae Putu ene…” (“Suba Misi” hlm.16)

Dari kutipan-kutipan tersebut dapat dilihat masalah keluarga yang cukup intim dihadirkan oleh Tudekamatra, yaitu ketika seorang Ibu memiliki anak yang sangat bodoh hingga sang Ibu merasa menyesal telah melahirkannya. Adapula kisah tentang seorang Ibu yang tahu anak perempuannya telah hamil, padahal masih sekolah kelas III SMA. Kepekaan penulis di sini dalam melihat masalah yang hadir dalam masyarakat Bali patut diberi apresiasi.

Dalam pemilihan judul, penulis sengaja memberi judul singkat, tetapi menggambarkan semua isi dari cerpen tersebut, seperti “Mulih” yang menggambarkan orang yang memaksa untuk pulang dari rumah sakit, padahal ia masih dirawat dan belum diizinkan untuk pulang. Ada pula “Di Tengah Bui” yang menggambarkan orang yang sedang berada di dalam penjara. Kendati judul-judul tersebut menarik, hal itu juga membuat cerita yang akan dibaca telah diketahui inti permasalahannya oleh pembaca, di samping karena ceritanya yang sederhana dan tidak adanya plot twist sehingga membuatnya mudah ditebak.

Cerita-cerita yang sederhana  membuat buku ini terasa membosankan karena tidak adanya pembaharuan dalam setiap ceritanya, rumus atau formula yang digunakan sama, yaitu perkenalan, permasalahan, lalu penutup. Perkenalan atau pembuka dapat dilihat dalam contoh paragraf dalam cerpen “Suba Misi”.

“Sawetara jam sia suba semenganeene. Kedis-kedise pada magending-gending girang salingsautin ngaksi matan aine ane manyangsang negehang di langite. Keto masih munyin sawan ai ba duur puyan nyuhe pada maliang-liang. Tumben buka jani semengane endang galang. Tusing cara ibi puan semengane setata katakubin gulem ane tebel.” (“Suba Misi” hlm.12) 

Hal yang sama juga terlihat pada pembukaan cerpen “Di Tengah Bui” berikut ini.

“Sawetara jam desa peteng. Nengah Basma ane suba kaliwat kiap nabdabang tongos masare ditengah kamare ane maukuran 3×3 meter. Di tengah kamare ane tusing linggah ento, ia maduman tongos ngebahang ajaka tatelu, ngajak Dewa Rupa lan Ketut Kopyak, ane mara kenal uli di kutus dina ane suba liwat.” (“Di Tengah Bui” hlm.64)

Dapat dilihat jika pembukaan dalam buku kumpulan cerpen “Belog” hampir semunnya sama, yaitu menggunakan penggambaran suasana atau latar dalam membangun sebuah cerita. Kemudian penutup atau ending dari kumpulan cerpen ini sama, tidak terdapat pembaharuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan paragraf berikut.

“Putu Rini tusing nyidaang ngomong apa-apa buin. Ia sanget merasa pelih tekening sekancan tingkah lan parilaksanane. Marasa bas kaliwat mimpas uli ane madan sesana, uger-uger, lan tutur rerama. Sanget ia nyeselin ento makejang. Yen paninggalan ne tusing mereren nyrecek ulung melusin pipine.”  (“Suba Misi” hlm.16)

Berikut ini merupakan penutup cerpen dari “Suba Misi” yang sama dengan penutup cerpen “Trek-trekan”

“Ditu Kadek Arta nyelselin raga tau teken dewek pelih. Uli ditu ia laut menahin papinehne. Sesukat ento ia suud milu trek-trekan buka maluan. Sanget ia jejeh yening buin labuh, turin matabrakan buka keto. Apabuin kanti kelangan urip sekadi timpale, Gung Oka.” (“Trek-trekan” hlm.58)

Penutup dalam buku kumpulan cerpen ini juga hampir sama, yaitu menggunakan ending tertutup yang merupakan penyelesaian yang ditentukan oleh penulis dan juga terkesan biasa saja, padahal penulis dapat menciptakan berbagi macam ending  agar tulisannya tidak terkesan monoton sehingga pembaca tidak merasa bosan dalam membaca cerita. Namun, kembali pada keresahan saya, yaitu ending cerita yang kurang menarik sehingga beberapa kali saya berpikir “oh, hanya itu saja”. Lalu, cerita-cerita yang hampir sama, hanya beda persoalan, tetapi penyelesaian konflik terasa hambar. Ini memungkinkan setelah membaca buku ini  pembaca hanya meletakkannya saja dan tidak membaca ulang karena ceritanya telah selesai. Pada cerita “Mulih” penulis menuliskan lagi persoalan sakit yang sama, yaitu kanker. Hal ini terasa sama dengan “Galah Siduri”. Mungkin maksud penulis mengingatkan bahwa banyak penderita sakit kanker di Indonesia, khususnya masyarakat Bali, tetapi sayangnya penulis tidak menjelaskan hal apa yang menyebabkan tokoh dalam cerpennya dapat mengidap kanker sehingga terkesan asal.

Buku kumpulan cerpen Belog menarik untuk dibahas apalagi jika dilihat dari sisi kebudayaan  yang digambarkan secara apik oleh Tudekamatra, seperti dalam kutipan cerpen “Belog” berikut.

“Lantas Yan Putra buin matakon, “anak ada rerahinan apa jani Me, nguda Meme ngae canang?”

“Jani anak rerahinan Purnama, Yan…” (“Belog” hlm.3)

Ada juga kutipan bermakna serupa yang terdapat dalam cerpen “Sing Nyak”.

Petang dina suba Kadek Santi tusing magae. Makejang karyawane matakon-takon unduke Kadek Santi ane tusing megae. Ada ane ngaden ia gelem. Ade ame nebag jumahne ada upacara yadnya. Made Budi ane dadi gelagate Kadek Santi mimbuh inguh bayune. Marasa tusing percaya yening Kadek Santi tusing ngabarin dewekne kanti kapetang dina. (“Sing Nyak” hlm.45)

Meskipun dari segi alur, kekuatan konflik, dan ending masih terkesan lemah dan monoton, buku antologi cerpen Belog karya Tudekamatra tetap menarik dibaca, bahkan oleh pendatang seperti saya yang ingin mengetahui kebudayaan dan keluarga dalam masyarakat Bali. Hal ini karena konflik yang dihadirkan dalam buku ini sangat dekat dengan realita hidup masyarakat Bali. [T]

Tags: Bukuresensi buku
Previous Post

“Kisah Cinta dan Dongeng yang Dimakamkan” – Dari Budaya Nusantara Hingga ke Budaya Luar

Next Post

“Menanam Puisi di Emperan Matamu” – Melihat Esa Menanam Kata-Kata Tak Biasa

Hanri Prasetyo

Hanri Prasetyo

Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Udayana, yang lahir di Probolinggo 14 oktober 1998, saat ini menempuh semester V, anggota dari teater Cakrawala yang merupakan teater dari Program Studi Sastra Indonesia. Pernah mengkuti dan menjuarai lomba Musikalisasi Puisi se-Bali di Plaza Renond dan meraih harapan 1 musikalisasi puisi di Undiksha.

Next Post
“Menanam Puisi di Emperan Matamu” – Melihat Esa Menanam Kata-Kata Tak Biasa

“Menanam Puisi di Emperan Matamu” - Melihat Esa Menanam Kata-Kata Tak Biasa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co