Puisi dan seni rupa (seni lukis) dua karya seni berbeda medium. Jikapun keduanya disatukan dalam sebuah karya hasilnya akan jauh bernyali. Seperti pameran Kata Rupa, Putu Dudik Ariawan salah satunya. Mengakutualisasi karya penyair Sutan Takdir Alisjahbana berjudul Pemacu Ombak. Bagi Dudik merespon karya penyair diluar kebiasaannya berkarya dan inilah tantangannya.
Dialektika puisi adalah multi -interpretatif. Semakin banyak pembacanya, semakin kaya pemaknaannya, dan karena itulah puisi semakin menawan hati. Dan pengayaan makna itu sungguh sangat tergantung pada pengalaman dan referensi yang dimiliki oleh para pembaca. Menelisik referensi puisi, Dudik aura berkarya terbangun. Merespon puisi memindahkan intisari puisi tersebut dalam kanvas.
Tentunya membaca makna dari puisi itu sendiri, Menurut Dudik setiap orang membubuhkan makna-makna tersembunyi di setiap karya sastranya terlebih lagi Sutan Takdir dan ia terbilang lahir dari generasi tang berbeda, jadi lumayan sulit bagi dirinya menterjemahkan atau menebak isi kepala seorang Sutan Takdir. “Saya mesti mencari geografi Sutan Takdir itu sendiri untuk kiranya menebak pesan yang ingin di sampaikan si penulis sastra, “ pikirnya.
Acuan dalam karya ini, Dudik membiarkan membiarkan pikiran melanglang buana kemanapun tanpa batasan, tanpa rel tertentu sehingga pikirannya menemukan sesuatu yang ada maupun yang dianggap belum ada di alam ini untuk dituangkan kedalam kanvas. Sedangkan untuk karya yang ditujukan untuk menterjemahkan puisi, Dudik membiarkan pikiran saya bebas dalam ruang tertentu tentunya dengan batasan-batasan puisi tersebut.
Seperti Sutan Takdir yang menambahkan motivasi tersembunyi didalam karyanya. Dudikpun ingin mengajak semua penikmat karyanya untuk memperhatikan keadaan bangsa kita saat ini. Bangsa ini milik kita semua bukan hanya golongan tertentu, bukan hanya suku tertentu, bukan hanya wilayah tertentu bahkan bukan hanya milik suatu individu tertentu. Indonesia adalah milik kita semua. jadi kewajiban dan hak untuk menjaga keutuhan, ketentraman, kesejahteraan negara ini ada di tangan kita semua.
Puisi yang disodorkan kepada perupa adalah puisi-puisi dari karya para penyair terpilih, yang telah memiliki kontribusi besar dalam perkembangan dunia kesusastraan dan kebudayaan Indonesia dan Bali pada khususnya. [T]