Dalam satu wawancara yang penuh canda, Habibie menceritakan ia sangat menikmati sebagian masa mudanya di sebuah sekolah menengah Kristen. Dengan tawanya yang khas, matanya yang bulat besar bersinar dan kepalanya yang selalu dimiringkan ia berujar, “Saya selalu menjadi juara, bahkan saat menghafal ayat-ayat dalam kitab Injil, hahaha!”.
Betapa hangat sikap Habibie muda yang muslim dalam satu lingkungan Kristen. Hal inipun telah dibawanya pula oleh Habibie dewasa saat bersekolah di Jerman. Cara berpikir model barat yang progresif dan lugas seringkali memaksa seseorang untuk memilih, percaya agama atau mengikuti sains. Karena keduanya seakan-akan sulit untuk didamaikan. Habibie tidak, ia meraih capaian tertinggi di bidang teknologi dan ia menunaikan ibadah haji.
Dalam bidang sains, Habibie mengembangkan teori tentang termodinamika, konstruksi dan aerodinamika yang dikenal sebagai Habibie Factor, Habibie Theorem dan Habibie Method. Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang ini telah memberi banyak manfaat dalam dunia penerbangan dan telah mendapatkan hak paten, sebuah pengakuan dan penghormatan atas buah pikiran dan karya tangan asli seorang penemu.
Habibie pernah menjadi ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), satu status yang dapat memberi gambaran betapa sains yang ia telah gapai setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya tak melunturkan keyakinannya untuk tetap sujud di bawah tuntunan agama. Habibie dapat disebut sebagai personal yang telah menyandingkan secara utuh kekuatan otak kiri dan otak kanan secara seimbang dan elok.
Kita sebetulnya cukup mudah memahami Habibie, hanya dari berbagai rangkaian kata-kata inspiratif yang pernah ia ucapkan. “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”. Habibie tak cuma mengucapkannya, tentu ia telah melakoninya. Hingga ia terbang tinggi menggapai langit biru, sebuah pencapaian yang akan menjadi mimpi setiap orang di bumi. Lalu ia mengajak kita untuk menjaga konsistensi, karena itu syarat mendasar untuk terwujudnya sebuah cita-cita. Konsistensi menciptakan rasa hormat dan kekuatan nilai-nilai yang akan menjaga kehidupan. “Di manapun engkau berada, selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kita berikan”.
Habibie sangat jelas ia seorang humanis. Simaklah ini, “Cinta itu keikhlasan, tak ada paksaan ataupun rasa pelampiasan”. Wujud nyata dari sikap ini adalah didirikannya The Habibie Center pada tahun 1998 yang memiliki dua tujuan. Pertama adalah untuk menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kedua adalah untuk memajukan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi. Kita semua, tentu takkan pernah lupa saat Timor Leste akhirnya lepas dari pangkuan ibu pertiwi. Meski dari peristiwa ini Habibie mungkin dianggap gagal sebagai seorang panglima tertinggi TNI, namun jelas segalanya terjadi lantaran sikap humanis dari seorang manusia luar biasa ini.
“Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun”. Rangkaian kata-kata yang paling terkenal ini telah mempengaruhi begitu banyak orang dalam cara mereka menilai pasangannya atau orang-orang terdekatnya, terutama keluarga.
Kekuatan makna dalam kalimat-kalimat ini menyamai kehebatan untaian kata-kata sakti seorang Kahlil Gibran, pujangga masyur dari Lebanon. Habibie memeluk kita memasuki keindahan taman filsafat yang tiada tara. Keindahan yang tidak selalu bisa datang dari luar namun pasti selalu dapat tercipta dari dalam. Habibie tak lagi bicara soal sains di sini, melainkan satu nilai tertinggi sebuah religi.
Dalam sejarah presiden Indonesia, Habibie-lah sosok yang mungkin telah memberi perspektif yang sedemikian multi dimensional dalam kehidupan anak bangsa. Seorang petarung dari satu negara yang masih terbelakang menjadi seorang bintang yang bersinar cemerlang di bidang sains di antara negara-negara elite. Seorang teknokrat yang mencapai posisi politik tertinggi sebagai kepala negara. Hingga kisah asmaranya yang boleh disebut sempurna dengan ibu negara Ainun yang telah menginspirasi sedemikian banyak orang dan menjadi tontonan yang sangat menarik saat diangkat dalam sebuah film, Habibie dan Ainun yang dibintangi Reza Rahardian dan Bunga Cita Lestari.
Terimakasih Mr Crack, pahlawan yang telah memberi begitu banyak hal untuk negeri ini, beristirahatlah dalam kedamaian bersama kekasih abadimu Ainun, salam hormat dari seluruh anak bangsa.[T]