20 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

“Dakin Lima” dan “Peluh Pedidi” : Simbolik Kemandirian Hasil Kerja

Suka Ardiyasa by Suka Ardiyasa
August 21, 2019
in Esai
160
SHARES

Jika ditanya apakah mau mandiri atau tergantung sama orang lain, pasti jawabannya bisa ditebak “hidup mandiri, untuk apa tergantung dengan orang lain”. Pertanyaannya selanjutnya, bagaimana mewujudkan kemandirian itu, tentu tidak semudah pada saat kita menjawab pertanyaan tadi, perlu sebuah proses dan kemauan yang kuat untuk mewujudkan kemandirian tersebut.

Tentang kemandirian hasil kerja, orang Bali terwakili dari istilah dakin lima pedidi (kotoran tangan sendiri) dan peluh pedidi (keringat sendiri). Kedua ungkapan dalam Bahasa Bali ini biasanya digunakan untuk mengakui sebuah hasil kerja yang dilakukan secara susah payah tanpa bantuan orang lain akan hasil dimilikinya. Dengan demikian jika orang mengatakan “umahe ene nak dakin lima pedidi” sudah jelas maknanya bahwa rumah itu adalah hasil kerjanya sendiri. Lantas apakah secara spirit kata dakin lima dan peluh pedidi sesederhana itu, bagi saya jauh dari pada itu, kebiasaan orang Bali untuk bertahan mandiri sudah ada dan mengakar dalam kebiasaan orang Bali.

Jika kita hidup di era 90 Televisi Nasional sering menayangkan berbagai acara tentang kemandirian perempuan Bali khususunya pada peringatan hari Kartini. Dalam tayangan tersebut ditampilkan perempuan Bali yang bekerja keras menghidupi keluarganya, bahkan lengkap dengan tayangan klip beberapa perempuan Bali yang sedang ‘nyuwun’ (menjunjung) bawaan berat-berat, beternak, atau bekerja di sawah/ladang. Hal ini sering memunculkan anggapan bahwa perempuan Bali mandiri karena para lelakinya pemalas, sehingga mereka harus menghidupi keluarganya sendiri.

Tentu anggapan tersebut tidak semuanya benar sebab, pada era tersebut eksploitasi besar-besaran tentang Bali sampai keplosok-plosok desa, dan mereka hanya menumukan sosok lelaki yang setiap siang hanya ngecel siap atau pegang ayam jago aduan, metajen (judi sabung ayam) sehingga hal tersebut memunculkan stigma bahwa lelaki Bali tidak memiliki etos kerja yang baik, padahal jika melihat tradisi agraris Bali para lelaki tersebut sudah turun kesawah jam 05.00 pagi hingga matahari terasa terik, disela-sela istirahat tersebutlah biasanya orang Bali ngecel siap sebagai hiburan dikala lelah habis bekerja di sawah.

Hal itulah yang jarang diketahui oleh para pelancong sehingga mereka menganggap lelaki Bali itu pemalas, padahal tidak sedemikian bahwa perempuan Bali memiliki keinginan yang kuat untuk tetap bersama-sama membangun keluarganya sehingga sebisa mungkin apa yang bisa dikerjakan untuk meringkankan beban keluarga mereka. Kemandirian perempuan Bali  tersebut tentu merupakan sprit dari dakin lima dan peluh pedidi yang mereka wujudkan dalam bentuk ikut andil dalam membantu ekonomi keluarganya.

Bagi generasi muda Bali, anjuran untuk mandiri sudah ditanamkan saat mereka masih kecil, dari urusan memakai pakian adat Bali, cara memahami adat budaya dan adat istiadat Bali bahkan sampai anjuran bagi mereka yang sudah menikah untuk bisa membuat rumah sendiri dan hidup mandiri jauh dari orang tua. Kemandirian hasil kerja memang sangat penting ditanamkan bagi generasi muda Bali agar mereka tidak terlanjur sebagai generasi penikmat. Jika hanya menjadi generasi penikmat dan tidak dibiasakan menghasilkan sesuatu tanpa dakin lima pedidi dan peluh pedidi maka kemandirian orang Bali lama-kelamaan akan terkikis dan berdampak bagi eksistensi Bali di masa depan. [T]

Tags: balifilsafatfilsafat bali
Suka Ardiyasa

Suka Ardiyasa

Ketua Aliansi Peduli Bahasa Bali, dosen, pecinta lingkungan. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Arca Siwa Mahadewa di Bali pada Masa Lalu

Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup ...

January 12, 2021
Sastrawan Martin Aleida dan F Rahardi dipandu Jengki Sunarta (tengah) dalam acara Ngobrol Sastra di JKP. (Foto: Dok Kim Al Ghozali AM)
Khas

Lima Tahun Jatijagat Kampung Puisi, Ngobrol dengan Dua Sastrawan

Semarak kesusastraan di suatu wilayah biasanya ditandai dengan munculnya kantong-kantong sastra di wilayah tersebut; Komunitas, sanggar, ruang kreatif, suatu wadah ...

June 10, 2019
Esai

Viralkan Kebaikan, Berbagi Dulu Sebelum Rejeki Memburu

Bill Gates, pendiri Microsoft Corporation, memiliki kekayaan bersih US$ 90 milyar di tahun 2018. Dari US$ 90 milyar tersebut, US$ ...

December 4, 2019
Kadek Sonia Piscayanti
Perjalanan

Once Upon A Time in Nepal [2] – Are you okay Sonia?

BACA JUGA: Once Upon A Time in Nepal – Haiku _______ Hari keempat di Nepal adalah perjalanan ke Sarangkot, ...

December 6, 2019
Esai

Permainan Berbahaya Itu, Bernama Seks

“Pengalaman tidak salah. Hanya penilaian anda yang salah dengan mengharapkan darinya apa yang tidak ada dalam kuasanya”. (Leonardo da Vinci) ...

January 13, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Bangli Abad XII | Dan Potensi Masa Kini

by IGA Darma Putra
January 20, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1352) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (3) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In