Senin, 29 Juli 2019, saya berkesempatan mengikuti seleksi Pemuda Pelopor Provinsi Bali tahun 2019. Seleksi ini diinisiasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, untuk memberikan penghargaan dan apreasiasi kepada anak muda (berusia 17-30 tahun) yang telah memberikan manfaat dan impact pada lingkungan.
Setiap provinsi akan mengirimkan 5 peserta terbaik di masing-masing bidang untuk selanjutnya dinilai secara nasional. Bidang yang dilombakan adalah pendidikan, sumber daya alam, ketahanan pangan, teknologi tepat guna dan sosial budaya. Ketika saya mengikuti seleksi ini, banyak catatan catatan menarik yang ingin saya bagikan. Izinkan saya menulisnya pada artikel ini.
Saya begitu bahagia ketika saya melihat beberapa anak muda Bali yang telah memberikan impact positif pada lingkungannya. Total ada 33 anak muda Bali dari 5 bidang yang merupakan perwakilan kabupaten dan kota di Bali. Menilik dari definisinya Pemuda Pelopor adalah pemuda yang menginisiasi atau memodifikasi, berjiwa kesukarelawanan dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Namun sayang sekali, dari 33 anak muda Bali tersebut, Denpasar sebagai “heart of Denpasar” tidak mengirim wakilnya. Apakah ini pertanda anak-anak mudanya mulai apatis dan meninggalkan idealismenya? Entahlah.
Catatan menarik lainnya adalah begitu saya mendengar beberapa presentasi dari anak muda dalam pariwisata yaitu Taman Edelweis di Karangasem. Ternyata itu adalah inisiasi anak muda untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya. Ia pun mengatakan akan mengadakan Festival Edelweis nantinya. Ada pula yang menarik dari bidang Teknologi Tepat Guna. Ia menginisiasi menggunakan kain dan bambu fiber sebagai pembalut bagi perempuan. Sungguh menarik.
Masih banyak kepeloporan-kepeloporan yang diinisiasi oleh peserta lain. Seleksi ini memang bagus untuk dilaksanakan tetapi hendaknya tidak hanya berakhir sebatas apreasi dan uang penghargaan tetapi tindak lanjut yang pemerintah bisa tawarkan untuk bekerja sama mengembangkan bidang kepeloporannya.
Anak-anak muda sebagai peserta ini memiliki idealisme yang patut diapresiasi. Seleksi hendaknya tidak hanya berakhir untuk mencari yang terbaik tetapi mensinergikan program/kepeloporan mereka dengan program pemerintah. Saya pun masih berharap semoga catatan ini menjadi sebuah catatan penting untuk Dinas Pendidikan Provinsi Bali maupun Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.
Catatan lain yang ingin garisbawahi adalah ketika waktu masih kuliah dan sering ke luar kota, saya masih melihat jiwa jiwa kesukarelawanan anak muda Bali masih dibawah rata-rata. Ketika saya mengikuti konferensi di Jawa ataupun daerah lain tentang masalah sosial dan pelibatan anak muda, saya melihat betapa anak muda daerah mereka bersemangat untuk memberikan manfaat dan kebaikan pada lingkungan.
Saya juga berharap, Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan Alumni Pemuda Pelopor Provinsi Bali dapat memberikan pembinaan ataupun kegiatan-kegiatan yang merangsang kepekaan sosial dan jiwa kesukarelawanan.
Anak muda adalah garda terdepan dan harapan bangsa ini. Di pundak mereka kelak, negeri ini akan dititipkan. Idealisme yang mereka miliki harus dirawat, dijaga dan dipupuk. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat bagi lingkungannya?
Selamat merenung dan selamat memuhi panggilan diri. Hidupmu bukan hanya untuk dirimu sendiri. [T]