Galungan simbol kemenangan Dharma melawan Adharma. Perayaan Hari Raya Galungan adalah perayaan kemenangan kebenaran atas ketidakbenaran. Ini dilakukan setiap 6 bulan sekali sesuai hitungan kalender Bali. Atau lebih tepatnya setiap 210 hari.
Pertanyaannya, mengapa kemenangan kebenaran ini dirayakan? Tentu saja, ini sebagai penanda agar kita senantiasa mengingatkan umat Hindu bahwa kebenaran selalu menang. ”Satyam Ewam Jayate”.
Karena Galungan adalah perayaan kemenangan Dharma atau kebenaran, yang kalah tentunya tidak benar. Lalu siapa yang tidak benar itu? Saya, kamu, kami, kita, atau kau saja? Apa yang dijadikan ukuran benar atau tidak benar? Apa juga yang dipakai menyatakan ia menang atau ia kalah?
Pada kenyataannya, pada saat Hari Galungan, semua umat Hindu di Bali merayakan kemenangan Dharma. Apakah semua umat Hindu di Bali benar? Dan apakah semuanya menang?
Pasti saja ada umat yang salah alias tidak benar. Tetap saja mereka merayakan kemenangan Dharma, padahal ia pihak yang tidak benar. Mengapa ia tidak merayakan kekalahannya?
Tentunya pertanyaan ini menggelitik dan rada skeptis untuk menggugah nurani kita. Mari menggali lebih dalam lagi tentang Hari Raya Galungan. Orang yang merenung, orang yang tak henti-henti menggali ilmu pengetahuan untuk mencapai kebenaran, itulah saya pikir orang yang menang.
Pada dasarnya kita selalu berjuang untuk memenangkan dharma dalam hati kita. Dalam bathin, dalam pikiran kita. Galungan mengingatkan hal itu. Dan itulah sesungguhnya makna dari kemenangan.
Dalam jiwa kita ada Kurusetra tempat pertempuran yang tak ada habisnya antara Dharma melawan Adharma. Di sana melalui Galungan kita menguatkan diri agar selalu ingat, eling.
Sebenarnya saat perayaan kemenangan Dharma, kita sekaligus merayakan kekalahan Adharma. Karena sesungguhnya Dharma dan Adharma ada dalam diri kita. [T]