Di kampusku, mahasiswa calon sarjana yang menginjak semester 4 harus mengambil mata kuliah tambahan di hari libur semesternya. Mata kuliah itu namanya KKN. Kepanjangannya Kuliah Kerja Nyata, sembari berkuliah sambil bekerja dan dilakukan secara nyata, sembari berkuliah secara nyata, bekerja juga dilakukan secara nyata. Sembari dilakukan secara nyata, kuliah dan bekerja secara nyata, kegiatan ini memang nyata adanya.
Bahasaku kuucapkan berulang ulang karena kejadian ini ternyata memang selalu berulang dan tak akan terhindari. Sebelum menginjak musim KKN banyak sekali artikel yang bertebaran di sosial media yang mengkaji serba serbi KKN itu sendiri dan tidak terkecuali promosi sablon baju, cetak spanduk, cetak plakat bahkan hingga jasa penjaga pacar saat KKN agar ia tidak macam-macam saat KKN nanti.
Itulah salah satu hal yang abadi setiap memasuki musim KKN. Semua yang tampak di sosial media adalah sisi terang yang mampu meningkatkan daya tarik calon calon peserta KKN bahkan terkadang menjadi solusi bagi kaum jomblo yang terbiasa hidup sebatang kara dalam konteks asmara, “Santai saja, nanti di KKN pasti dapat kok!” Ucap alumni KKN tahun sebelumnya dan beberapa teman yang sudah tidak sebatang kara lagi.
Namun membicarakan sisi terang tentu tak lepas dari sisi gelap karena sejatinya cahaya dan bayang bayang adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sisi gelap itu pernah beberapa kali terekspos namun dikalahkan dengan ketenaran sisi terang. Mungkin karena memang sudah kodratnya sisi gelap dikalahkan oleh sisi terang.
Sisi gelap itu adalah patah hati, kisah yang kandas sebelum atau sesudah lepas landas kerap terjadi dan tak terpisahkan dari cinta lokasi. Entah itu kandas karena terpisahkan selama satu bulan kurang lebih ataupun kandas karena hanya mampu bertahan selama satu bulan itu.
Tak jarang terjadi kisah seorang pria yang jatuh cinta kepada seorang perempuan yang kebetulan berada di satu tempat KKN yang sama, namun harus kandas karena perempuan itu ternyata tidak berekspektasi akan kehadiran pria itu dalam kehidupan asmaranya dan harus kandas dan berakhir dalam patah hati.
Ataupun kisah mainstream lainnya yang menceritakan sepasang kekasih yang harus terpisahkan jarak dan sinyal karena ditempatkan di tempat yang terpencil, dengan berbekal kepercayaan yang suatu saat nanti akan diuji selama satu bulan kurang lebih.
Hanya ada tiga kemungkinan yang akan terjadi entah itu mereka berhasil melewati ujian itu dan berbahagia, atau mereka gagal di ujian itu kemudian berakhir dengan kandasnya hubungan mereka di pertengahan KKN dan yang terakhir adalah rasa cemburu yang datang belakangan pasca KKN lalu berakhir dengan nasib yang sama seperti kemungkinan kedua.
Sejatinya tidak hanya saat KKN tercipta sebuah cerita perihal kandasnya hubungan seseorang, namun kuantitas peristiwa tersebut bertambah drastis ketika KKN. Ebiet G Ade pernah mengatakan bahwa cintanya kandas di rerumputan, sekarang aku berkata cintaku kandas di perkuliahan.., ya, perkuliahan sambil bekerja dan dilakukan secara nyata. [T]