Berbicara tentang pendidikan kerap kali kita akan dikaitkan dengan banyak hal. Sudahkan pendidikan mampu mendidik generasi, sudahkan pendidikan efektif bagi perkembangan masyarakat, sudahkah pendidikan benar-benar mengemban fungsinya sesuai undang-undang pendidikan, atau bahkan sudahkah pendidikan berbasis karekter sesuai abad ke-21?
Hmmm…saya rasa setiap orang bahkan setiap golongan memiliki opininya sendiri bergantung pada sudut pandangnya.
Kali ini, saya akan menceritakan sedikit tentang apa yang saya dengar hari ini. Saya, mendapatkan tugas dari tempat saya bekerja untuk mengikuti kegiatan di salah satu sekolah swasta yang terkenal dan megah di kota saya tinggal. Tentu, sekolah ini membuat saya cukup terkesima sebab sangat berbeda dengan apa yang saya saksikan di sekolah saya. Tapi, kali ini saya tidak akan menceritakan tentang hal itu melainkan apa yang dapat saya dengar ketika mengikuti kegiatan tersebut.
Begini, dalam sebuah pendidikan tentunya ada sebuah sistem yang kiranya saling memengaruhi satu sama lain yang saya kira tidak bisa dipisahkan. Pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, bahkan lingkungan tempat pendidikan itu dijalankan. Siapakah yang berperan sangat penting di dalamnya? Tentu jawabannya akan berbeda-beda.
Nah, saat ini, saya akan menyampaikan bahwa yang berperan paling penting adalah si tenaga pendidik itu sendiri. Mengapa? Karena dari hasil pengamatan dan berbincang-bincang dengan peserta didik dan tentunya pengalaman pribadi bahwa hampir 85% kenyamanan belajar diciptakan oleh pendidik itu sendiri. Lalu, apa yang harus dilakukan pendidik agar bisa menciptakan kenyamanan tersebut? Jawabannya adalah jadilah guru yang baik. Nah, pertanyaannya, apakah yang membuat kita bisa menjadi seorang guru yang baik?
Pertama, pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Pengetahuan tidak hanya terbatas pada bidang yang diampu saja tetapi juga di luar bidang yang kiranya bisa menopang keberlangsungan materi pelajaran yang diampu. Pengetahuan tentunya harus berdasarkan atas keilmuan bukan opini atau yang lazim saja.
Bayangkan bagaimana jika seorang guru bahasa Indonesia tidak mampu membedakan penggunaan diyang serangkai maupun dipisah. Tentu ini bukan sebatas pengetahuan saja melainkan pengetahuan yang didasari oleh ilmu yang mendukungnya. Jika karena tahu saja barangkali yang lazimlah yang akan menjadi benar. Jadi, pengetahuan dengan dasar ilmu yang akan membuatmu menjadi guru yang baik bagi siswa.
Kedua, komunikasi (communication). Seorang guru harus memiliki daya komunikasi yang baik. Artinya, mampu berbicara secara jelas, lugas, dan tepat. Guru harus mampu menyampaikan pengetahuan dan ilmunya sesuai dengan yang dibutuhkan atau yang dapat dipahami siswa. Jangan sampai maksud hati terlihat hebat atau keren malah membuat diri menjadi tidak menarik karena pemilihan kata-kata yang tidak jelas, tidak lugas, dan tidak tepat.
Seorang guru harus bisa membuat murid memahami apa yang disampaikan melalui komunikasi. Jadi, setiap hal bisa dibicarakan, berbicaralah dengan baik dan tepat dengan tidak mengabaikan pengetahuan.
Ketiga, disipilin. Jadilah orang yang disiplin. Buatlah pengontrol untuk diri agar setiap proses bisa berjalan dengan baik. Disiplin adalah kunci kesuksesan. Jadi, disiplin salah satu cara untuk mengontrol diri agar bisa menjadi tetap baik-baik saja dan bisa menjadi guru yang baik. Paling tidak, guru harus ada tepat waktu di depan kelas dan keluar kelas.
Dengan demikian, hal sederhana ini mampu membuat siswa terkesan karena guru yang disiplin. Ya, meskipun terkadang ada siswa yang kesal dengan kedisiplinan atau kehadiran guru yang tepat waktu. Akan tetapi, percayalah di mata siswa guru akan mendapatkan tempat istimewa di hati siswa sebab pada dasarnya siswa adalah penilai yang objektif untuk gurunya.
Keempat, yang tidak kalah pentingnya adalah humor. Jadilah guru yang menyenangkan salah satunya dengan menyelipkan humor ketika proses pembelajaran. Humor yang dimaksud bukanlah bullying atau menertawakan karena kekurangan melainkan humor yang sifatnya mendidik.
Kelucuan yang dibuat tentunya sesuatu yang kiranya bisa membangun kembali semangat siswa untuk belajar. Hal ini dilakukan agar suasana menjadi lebih menyenangkan dan tidak menegangkan. Jadilah guru yang menyenangkan bukan menyebalkan, disenangi dan disegani bukan ditakuti.
Baiklah, saya rasa empat hal yang saya tangkap dari berkegiatan tadi cukup membuat pembaca kiranya bisa menjadi seorang guru yang baik. Ingat! GURU yang BAIK. Jadi, menjadilah baik terlebih dahulu untuk bisa menjadi hebat nantinya.