Perlindungan adalah power. Kekuatan!
Singa yang kuat, melindungi hutan agar tidak dijarah oleh penebang liar. Hutan kuat dan lebat, melindungi singa supaya tidak diburu oleh pemburu. Bayangkan jika keduanya kerjanya hanya ribut-ribut tidak karuan. Singa menyalahkan hutan, dan hutan menyalahkan singa. Keduanya bukan tidak mungkin hanya akan tinggal cerita.
Bagi yang suka sendiri, teman adalah juga perlindungan. Seekor ular berbakti kepada Siwa dengan teguh. Karena keteguhan itulah, ular diijinkan untuk melilit pada lehernya. Burung Garuda yang mestinya memakan ular, justru memberi hormat kepadanya.
Sri Rama berteman dengan pasukan kera. Yang dengan setia membantu merebut kembali Sita. Jangankan sungai-sungai atau tembok tetangga yang tidak seberapa tinggi. Bahkan lautan pun diseberangi.
Karna? Ia selalu dihina karena oleh kebanyakan orang, karenaayahnya adalah seorang kusir. Tapi Duryodhana tidak begitu, ia menjadikan Karna temannya dan menghormatinya sebagai manusia. Dalam satu pustaka kakawin memang disebut, tingkahning suta manuteng bapa. Artinya, perilaku anak sesuai perilaku ayahnya. Apa benar begitu? Karena konon, tiap-tiap manusia membawa hasil perbuatannya pada masa dahulu. Hasil itu dinikmati hari ini. Gitukatanya.
Seorang anak berlindung pada orang tuanya. Maka orang tua juga mesti memperhatikan anaknya. Jangan sampai anak-anak mengalami kekerasan fisik maupun psikis. Jangan sampai anak-anak jadi bulan-bulanan zombie tukang sodomi.
Tapi bukan berarti anak-anak tidak boleh dimarahi. Hanya orang tua lemah lunglai yang tidak berani memarahi anaknya jika salah. Dalam pendidikan, reward and punishment itu biasa saja. Keduanya adalah modal ilmu pendidikan.
Bagi lelaki, diragukan kelelakiannya adalah kelemahan. Makanya bagi para lelaki jaman dahulu yang diragukan, disediakan pustaka untuk memperbesar apa yang dianggapnya kecil dan memperkuat apa yang dianggapnya lemah. Ingin tahu?
Ada sebuah pustaka yang menyebut ilmu bernama Aji Montong. Aji Montong ini menjelaskan tentang cara-cara memperbesar dan memperkuat. Isinya kurang lebih menunjukkan bahan-bahan yang digunakan untuk menyukseskan tujuan itu. Bahannya ada beberapa, seperti: minyak burung bulus, getah sirih, dan getah waduri. Agar lebih afdol, konon pembuatannya pada hari kliwon. Kliwon itu adalah perhitungan hari yang dimulai dari umanis,kemudian setelahnya adalah paing, pon, wage dan terakhir adalah kliwon. Jadi kliwon datang setiap lima hari sekali.
Agama adalah perlindungan, karena ia menyediakan kekuatan. Ia bisa diibaratkan sebagai panglima perang yang siap melindungi orang-orang dari ketidakyakinan terhadap ini dan itu. Ia juga adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sulit itu dan ini. Tapi apapun yang terlalu kuat jika tidak dilandasi oleh moral, dia bisa menjadi racun yang siap membunuh siapa saja.
Ilmu pengetahuan juga adalah perlindungan. Dia menjadi pelindung karena ia adalah kekuatan sekaligus teman. Ia kuat karena segala pengetahuan memungkinkan orang menggenggam dunia. Ia teman, karena kemanamu pergi ia akan ikut tanpa ketahuan. Jadi belajarlah yang rajin.
Uang itu juga perlindungan. Karena ia bisa mengontrol siapa saja yang tergila-gila padanya. Bayangkan, sebuah negara bisa hancur karenanya. Ideologi yang dibuat-buat, juga runtuh di hadapannya. Perbanyaklah uang, sambil tidak lupa menabung. Karena menabung pangkal kuat. Apalagi jika umur sudah mulai bertambah. Pasti ada keperluan ini dan itu yang terencana dan mendadak.
Senyum juga perlindungan. Bagi orang yang sedih, jika tidak ingin diketahui, ia bisa tersenyum-senyum. Mulut tersenyum, hati menangis. Orang bahkan bisa tersenyum lebarrr sekaliiiselebar lengkung katulistiwa di lautan lepas sambil menggerutu dalam hati. Tidak hanya tersenyum, orang bisa juga tertawa terbahak-bahak, tapi hatinya tidak. Bagi mereka yang tidak terlatih melihat dan merasakan, yang dinikmatinya hanyalah senyum dan tawa jadi-jadian.
Pura-pura adalah perlindungan. Jika kita ditanya ini dan itu, kita boleh menjawab sekenanya tapi logis. Kalau mau, boleh juga menjawabnya dengan milyaran kata-kata yang bisa dikatakan. Ingat, hati-hatilah memilih kata-kata. Soalnya, kata-kata haruslah yang terpilih. Kalau tidak, nanti tidak terlihat kecerdasan yang kau miliki. Setelah itu, cobalah untuk bercerita banyak hal tentang ini yang begitu, dan itu yang begini. Kita juga dipersilahkan untuk bercerita tentang segala sesuatu yang tidak benar-benar kita ketahui. Istilah Balinya mamongah.
Masih banyak lagi yang bisa dijadikan perlindungan. Tapi pertanyaannya, berlindung dari apa ya? Agar jelas, saya akan uraikan segala yang harus diwaspadai sehingga kita mesti punya perlindungan. Jadi begini kawan-kawan.
Yang harus diwaspadai adalah musuh. Ada berbagai musuh memang yang kita ajak hidup di dunia ini. Musuh-musuh itu adalah:
1] Keinginan. Hati-hati dengannya, karena menurut orang bijaksana, keinginan bahkan lebih banyak dari rerumputan. Ia bisa tumbuh berkembang dengan pesat dan lebat. Setelah satu, tumbuh dua. Setelah dua jadi empat. Setelah empat berlipat-lipat.
2] Rakus. Ini namanya sudah di atas dari keinginan. Dari sekian banyak keinginan, ada saja pastinya yang sudah tercapai. Tapi pencapaian itu dirasa kurang terus. Mendapat satu ingin dua. Dapat dua ingin empat. Dapat empat ingin berlipat-lipat.
3] Marah. Apalagi point satu ini. Dia sangatlah berbahaya. Soalnya kalau sudah marah. Kewarasan jadi hilang. Matahari tidak lagi menerangi, tapi membakar. Perut terasa diputar-putar. Pikiran semerawut. Kebijaksanaan hilang. Maka wajarlah oleh para petapa, dianjurkan untuk tidak marah-marah. Apalagi sering marah tidak jelas. Bukannya ditakuti, tapi diajak ke sebuah rumah untuk mengobati sakit pikiran itu.
4] Bingung. Apalagi yang lebih membingungkan dari pada kebingungan? Kalau sudah bingung, utara jadi selatan, timur jadi barat. Atas jadi bawah. Kepala bukan untuk berpikir, tapi untuk berjalan. Seperti lagu-lagu, kaki di kepala, kepala di kaki. Tapi ini bukan gerakan yoga. Kebingungan bisa disebabkan karena point ketiga di atas. Bisa juga disebabkan oleh point kelima di bawah ini.
5] Mabuk. Ini juga musuh. Karena selain membuat bingung, mabuk juga membuat pusing. Saat pusing, dunia ini baru benar-benar terasa berputar. Kalau dipikir-pikir aneh juga. Jika otak sedang sadar, dunia yang konon berputar ini, kita rasakan berhenti. Tapi kalau mabuk, dunia yang awalnya dirasa diam, malah berputar. Bagaimana ini?
6] Iri. Kalau yang ini, sudah tidak asing lagi. Semua manusia memilikinya tanpa terkecuali. Sayangnya, tidak semua manusia menyadari apa yang ia miliki. Ia akan sadar, kalau sudah melihat orang-orang sekitarnya ngomong kene keto tentangnya. Tapi dia sendiri tidak sadar kalau ia juga termasuk golongan nyinyir. Banyak orang nyinyir. Konyolnya, orang-orang nyinyir itu hanya bisa ngomong. Tapi karyanya hanya seperempat dari yang dinyinyirinya.
CANGAK YANG LAIN:
- Swastyastu, Nama Saya Cangak
- Pemimpin dan Pandita
- Aturan Mati
- Muka Gua
- Siapa yang Tahu?
- Panduan Nyepi ala Cangak
- Kembali
- Yang Kita Cari Adalah Hening
- Siang Malam Berpikir Sendiri
- Teman Tidak Makan Teman
- Menerima Tanpa Terlena
Tapi saya haruslah maklum. Soalnya, yang begitu-begitu pasti mengira dirinya kritis terhadap lingkungan. Yang dimaksud lingkungan, ya segala situasi dan kondisi. Baik itu sistem kepemerintahan, politik, agama, sampai moksa. Tapi karena semua orang punya benih nyinyir, kalau ada orang melakukannya anggap saja dia sedang melakukan swadharma.
Swa artinya sendiri, dharma boleh diartikan kewajiban atau tugas. Karena itu tugas sendiri, mestinya juga bisa dinikmati sendiri. Awakta rumuhun warah ring hayu [dirimu dulu ajarkan yang baik-baik]. Tentu saja itu berlaku untuk saya.
Cara kerjanya memang begitu, siapa yang berkata, dialah yang pertama-tama kena. Kurang konyol apalagi cara kerja dunia ini? Karena konyol, mari tertawakan sajalah. Sambil tertawa, saya ingin menyampaikan bahwa saya juga punya kekuatan. Bagi Cangak, kemampuan terbang adalah kekuatan. Saya bisa berpindah dengan mudah dari satu telaga ke telaga lainnya.
Karena itulah, saya ingin berbagi kemampuan itu kepada ikan-ikan di sini. Bagi mereka yang memiliki kekuatan, memang semestinya melindungi yang lemah. Lihatlah, air sudah semakin surut tapi kalian belum juga mau tahu. Janganlah asik sendiri. Kalau tidak, telaga ini akan jadi kuburan masal. Memang, kalau kematian itu tidak bisa dihindari. Tapi bertahan hidup juga penting.
Saya juga tidak akan bicara lagi. Soalnya kalian sudah sangat tahu kalau hidup ini adalah aliran suka-duka. Meski konon suka duka seperti musim yang terus berganti, keduanya seringkali sulit diatasi. Tidakkah kalian pernah memikirkannya? [T]