20 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Politik Kasur dan Dengkur

Made Birus SuarbawabyMade Birus Suarbawa
April 13, 2019
inCerpen
Politik Kasur dan Dengkur

Ilustrasi diolah dari lukisan Komang Astiari dan IB Pandit Parastu

9
SHARES

Cerpen Made Suarbawa

Jabatan sebagai Pekaseh1 menjadikan Sadra bukan lagi petani biasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia memiliki kesibukan menjalankan tugas sebagai tampuk pimpinan tertinggi dalam struktur kepengurusansubak2 di desanya. Dibantu oleh dua orang prajuru3 yang menjadi tangan kanan sekaligus penyambung lidah dengan para petani selaku anggota subak, segala informasi dan kebijakan dapat segera tersampaikan dengan akurat dan tepat pada seluruh anggota subak. Belum lagi sebagian anggota subak tinggal dan berasal dari beberapa desa lain yang kebetulan memiliki sawah di desa itu, sangat menguras tenaganya.

Kesibukan yang didasari sikap ngayah4 untuk kepentingan masyarakat banyak itu, mendapat tentangan luar biasa dari Istri Sadra. Kepolosannya dan keluguan sebagai petani tulen serta sikap yang selalu iklas dan suka-rela tanpa peduli siang atau malam, tidak hirau hujan berangin, membuat jengkel dan geram Konten, istrinya.

Sejak proses pemilihan, ketika nama Sadra mulai masuk dalam bursa desas-desus bakal calon Pekaseh, Konten sudah wanti-wanti agar jabatan itu ditolak saja. Dalam benak Konten, jabatan seperti itu hanya menghabiskan tenaga dan pikiran tanpa memperoleh imbalan yang sepadan. Intinya rugi. Itulah sebabnya sangat sulit untuk mendapatkan orang yang bersedia dan suka rela mengajukan diri untuk mengemban jabatan itu.

“Sudahlah, siapa yang akan memilih orang yang tidak memiliki pengalaman dan petani bodoh seperti Aku?” Ungkap Sadra tenang-tenang saja menanggapi kehawatiran istrinya.

“Ya, karena Bli5 dianggap bodoh, orang-orang akan memilih Bli, makanya belajar sedikit tentang politik, Bliitu sedang dipolitiki”

Sadra tertawa terbahak-bahak mendengar istilah yang dikatakan istrinya. “Apalagi itu dipolitiki?” Sadra terbatuk-batuk.

“Sudah sadar diri bodoh jangan berlagak seperti orang bodoh, itu artinya Bliakan dimanfaatkan, orang-orang akan mengambil keuntungan dari kebodohan itu. Ayo Bli, buka mata sedikit, lihat apa yang sedang terjadi di luar rumah kita. Jangan hanya taunya lumpur, mintur6, kukur7 dan tidur!” Konten semakin sengit.

“Kamu ini kenapa, orang lain makan cabe kenapa harus kita yang kepedasan. Keuntungan apa yang bisa diambil dari kita, kita ini petani, punya apa?”

“Ya itu, karena kita tidak punya apa-apa, hanya punya kebodohan dan keluguan, bersanding dengan mereka maka mereka akan semakin pintar untuk membodohi kita, para petani.”

“Aduh, pusing.”

“Pokoknya jabatan itu harus ditolak, bila perlu, saat sangkepan8nanti jangan datang, biar orang lain yang dipilih!”

Perdebatan di beranda rumah itu berakhir ketika malam semakin larut dan mereka harus memutuskan untuk masuk kamar.  Dan selalu seperti itu selama berhari-hari, hingga akhirnya sangkepan subak dilaksanakan dan Sadra terpilih secara musyawarah mufakat sebagai pekaseh baru dan akan memangku jabatan selama lima musim tanam.

Perdebatan berkembang lebih rame, tidak hanya di beranda, kini sampai ke sumur, dapur hingga kasur dan semakin banyak perumpamaan, kemungkinan, kerugian dan bukti-bukti yang di ungkapkan Konten.

“Apa sebenarnya yang Bli cari, apa tidak bisa diurus besok, apa lagi ini sudah malam dan di luar sedang hujan lebat.” Geram Konten suatu malam.

“Kalau tidak sekarang, gorong-gorong itu akan semakin tersumbat oleh sampah, air terus semakin besar dan pasti akan meluap hingga membanjiri seluruh areal persawahan, padi yang baru tanam akan rusak” Sadra mengenakan sepatu karet tinggi yang dia sebut sebagai sepatu selop. Di kepalanya bertengger topi lebar yang terbuat dari anyaman bambu dan berlapis plastik bening.

“Apa orang lain mau peduli? Mereka paling-paling sudah tidur pulas, peluk istri, mimpi indah!”

“Ini giliranku untuk ngayah, giliran mereka ya nanti.” Sadra sudah siap berangkat. Tangannya menenteng senter, caluk9 dan payung yang siap dikembangkan.

“Apa untungnya buat kita, mereka yang enak-enak tidur yang akan menikmatinya. Apa untungnya coba?” Konten menyusul suaminya sampai ke pintu rumah.

“Ngayah ya tidak ada untungnya, kalau mau untung ya bagusnya jadi tengkulak.” Sadra berlalu menembus hujan dikegelapan malam. Cahaya lampu senter yang dibawanya hanya mampu menembus malam dalam jarak satu meter.

Sikap Sadra sebagai seorang pemimpin yang selalu mengutamakan kesejahtraan dan kepentingan anggotanya tetap menjadi poin persoalan dan memancing opini tajam Konten. Bukan hanya persoalan mengurus saluran irigasi yang mampet saat datang hujan dan banjir di malam hari.

Saat musim turun kesawah dimulai, karena kesibukan mengurus segala keperluan musim tanam bagi anggotanya, sawah Sadra termasuk yang terakhir dijamah bajak. Saat pembagian benih padi pun demikian. Sadra mengambil bagian paling terakhir setelah seluruh anggota yang lain mengambil jatah dan yang tersisa hanya 15,5 kilogram dari seharusnya 25 kilogram yang dia perlukan untuk.

“Kalau begini urusannya, kita benar-benar menelan kerugian.” Pekik Konten saat mengetahui jatah benih padi mereka kurang sekitar 9,5 kilogram. “Bagaimana kalau nanti kita kekurangan saat menanam?”

“Jangan risau, kita bisa ambil di tempat Bli Jantuk atau Bli Kari, pasti ada lebihnya.”

“Bukan persoalan kita bisa ambil sana-sini, tapi asas kebersamaan dan keadilan tidak tegak. Keadilan bukan cuma buat mereka, tapi juga kita. Bagaimana panen kita bisa bagus, jatah benih kurang, pupuk kurang, untuk menyemprot hama tidak sempat. Pikir Bli, jangan hanya mikir mereka!”

“Ya baiklah, sekarang ayo pikirkan diri kita saja.” Sadra menarik tangan istrinya masuk kedalam kamar, karena hanya itu yang bisa menghentikan perdebatan di beranda malam itu.

* * *

Musim panen menjelang, bulir-bulir padi berwarna keemasan terhampar luas menghias seluruh desa. Para tengkulak berkeliaran menaksir tiap petak sawah. Dengan nada merayu dan kata-kata manis mencoba menawar padi-padi milik petani dengan harga miring nyaris jatuh. Tidak luput dengan padi milik Sadra.

Seorang tengkulak baru saja meninggalkan pekarangan rumah Sadra. Perdebatan segera mulai menghangat.

“Ini yang selalu aku takutkan Bli. Padi kita hanya ditawar 8 juta, coba kalau benih kita tidak kurang, pupuk cukup, hama di semprot, burung diusir, kita bisa dapat uang lebih dari 8 juta. Lihat Bli Jantuk, padinya ditawar 15 juta, Bli Kari sudah beli motor baru dari uang panjar saja. Kita dapat apa?” Suara Konten sangat memelas dengan wajah merengut.

“Wee, biar kata suamimu ini bodoh, kalau soal hitung-menghitung masih handal. Sawah kita hanya 50 are ditawar 10 juta, ya untung, sawah BliJantuk 1 hektar, hanya ditawar 18 juta, ya buntung. Kalau Bli Kari bisa beli motor baru, ya karena sawahnya 5 hektar, kalau sawah kita 5 hektar, bukan motor tapi mobil kita beli”

Konten masih diam membisu, tangannya memeluk tiang jineng.

“Kamu tahu kita sedang untung, hutang yang harus kita bayar di KUD berkurang karena jatah benih kita kurang, pupuk juga kurang, pestisida tidak beli. Dan para tengkulak memberi harga tinggi karena melihat jabatanku.”

Perdebatan siang di jineng10 berhenti sampai di situ, dengan kesimpulan dimenangkan oleh Sadra dengan kekalahan diderita oleh Konten yang terpukul telak hingga lidahnya kelu.

* * *

“Bli! gawat Bli!” Teriak Konten suatu petang di tahun ketiga jabatan Sadra sebagai pekaseh. Dia lari tergopoh-gopoh dari jalan menuju rumahnya. Sadra yang sedang sibuk memberi makan burung tekukur peliharaannya hanya menoleh sebentar tanpa komentar.

“Bli harus melawan karena ini sebuah konspirasi jahat!” Konten terengah-engah, berdiri memegang lutut di dekat Sadra.

“Kamu ini kenapa, apa yang harus dilawan, apa yang jahat?”

“Bli, beberapa orang akan berusaha menurunkan Bli dari jabatan Bli saat ini.”

“Bagus itu!”

“Bagus bagaimana? Ini konspirasi jahat, tidak sesuai aturan.”

“Ngomong apa kamu ini!” Sadra beranjak membereskan kaleng pakan tekukurnya.

“Begini Bli…”

“Nanti saja, aku mau mandi dulu…!” Sadra melangkah menuju kamar mandi meninggalkan Konten yang masih mematung di dekat kandang tekukur.

* * *

“Begini Bli…” Konten memulai ceritanya saat Sadra sudah selesai mandi dan mereka duduk di beranda rumah. “Beberapa orang yang tidak perlu aku sebutkan namanya, sedang mengincar jabatan yang Blipegang sekarang. Bli tidak boleh membiarkan ini terjadi.”

“Bukankah itu bagus, selama ini kita ribut terus gara-gara jabatanku ini.”

“Bli, pikiran mereka yang jahat ini yang tidak bisa aku terima, cara-cara tidak konstitusional, tidak sesuai adeaerte!” Konten semakin sengit.

“Mulutmu itu suka melilit kalau ngomong.”

“Bli, mereka hanya memikirkan keuntungan, selama ini tidak ada yang bersedia memangku jabatan ini, tapi begitu terkabar akan ada dana puluhan juta, mereka mulai kasak- kusuk, di mana hati nurani mereka, di mana jiwa mereka untuk ngayah?”

“Kenapa harus dipusingkan, kalau mereka mau, biarlah mereka ambil.”

“Bli…! jangan bodoh lagi, ini ketidak adilan, ini yang aku bilang kita sedang dipolitiki, dimanfaatkan!”

“Kalau kita memang bisa bermanfaat bagi orang lain, bukannya itu bagus? Berarti tidak sia-sia hidup kita di dunia”

“Heeh…! bodoh, bodoh, bodoh…!” Tangan Konten mengepal, giginya gemeretek menahan darah yang mulai naik ke ubun-ubunnya dan membuat mukanya memerah seperti kepiting rebus.

“Siapa yang maksa, kamu sendiri yang mau kawin sama orang bodoh.”

“Jujur saja Bli, aku hawatir dengan nasib uang yang akan turun nantinya, orang-orang itu tidak kredibel sama sekali.”

“Bagaimana kita bisa menilai orang seperti itu?”

“Sudah jelas Bli, sama sekali tidak kredibel,ada uang mereka datang tidak ada uang mereka menghilang, apa uangnya tidak akan ikut menghilang?”

“Sebenarnya uang siapa yang kamu ributkan?”

“Uang kita, uang rakyat.”

“Saat jadi pejabat miskin saja kamu ribut, bagaimana saat aku jadi pejabatyang pegang uang banyak, apa kamu tidak tambah ribut kalau aku mau kawin lagi?” Wajah Konten makin sengit mendengar ucapan suaminya.

“Ini politik kotor Bli, politik busuk!”

“Sudah, kita pikir politik Kasur dan dengkur saja, sudah malam.” Sadra menarik tangan istrinya masuk ke dalam kamar. Lampu depan rumah dipadamkan. Malam mengalir tenang, hawa dingin menyelimuti desa itu. Bulan bopeng di belahan langit barat memendarkan cahaya temaram. Binatang malam menyanyikan lagu cinta.

Denpasar, Agustus 2008

Note:

  1. Ketua subak
  2. Organisasi yang mengatur sistem pengairan/irigasi di Bali
  3. Staff yang bertugas sebagai kurir informasi.
  4. Pekerjaan suka-rela/kerja bakti
  5. Abang
  6. Memancing kepiting.
  7. Burung tekukur.
  8. Rapat
  9. Sejenis parang
  10. Lumbung padi.
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Devy Gita # Tali Merah yang Kau Ikat

Next Post

Buku “Rawi Tanah Bakarti” – Dalam Balutan Musikalitas yang Intens

Made Birus Suarbawa

Made Birus Suarbawa

Nama lahir saya I Made Suarbawa dan mesin ketik adalah hadiah terindah dalam hidup saya. Bercerita dalam berbagai medium adalah cara berbagi paling menyenangkan. Tulisan, foto dan film adalah media yang sedang saya dalami dan nikmati.

Next Post
Buku “Rawi Tanah Bakarti” – Dalam Balutan Musikalitas yang Intens

Buku "Rawi Tanah Bakarti" - Dalam Balutan Musikalitas yang Intens

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

by I Nyoman Tingkat
May 19, 2025
0
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

PADA 2009, Prof. Winarno Surakhmad, M.Sc.Ed. menerbitkan buku berjudul “Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi”.  Buku setebal 496 halamanitu diberikan...

Read more

Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

by Dewa Rhadea
May 19, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PAGI ini, saya membaca sebuah berita yang membuat dada saya sesak: sekelompok siswa Sekolah Dasar (SD) di Cilangkap, Depok, terlibat...

Read more

Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

by Made Chandra
May 19, 2025
0
Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

Upaya Membaca yang Dianggap Lalu, untuk Membaca Masa Kini serta Menerka Masa Depan KADANG kala selalu terbersit dalam pikiran, apa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt
Persona

Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt

TERSELIPLAH sosok lelaki bertopi di antara sahut-riuh pedagang dan deru kendaraan di jalanan sekitar Pasar Seririt, Buleleng, Bali, pada satu...

by Komang Puja Savitri
May 19, 2025
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co