Ketika usai tamat wisuda, kita akan dihadapkan pada suatu situasi untuk bekerja atau menjadi pengusaha. Bagi mereka yang notabene keluarga pengusaha, ya melanjutkan usaha keluarga bisa jadi pilihan yang ciamik. Tapi, bagi mereka yang bukan dari latar belakang tersebut, bekerja sudah tentu sebuah keharusan. Mau makan apa kalo tidak bekerja? Hehehe ..
Permasalahan kemudian terjadi pada anak muda yang sudah bekerja beberapa tahun kemudian bingung apakah mau resign dari pekerjaan di kantornya atau tetap bertahan? Belum lagi anak muda yang loncat sana-loncat sini untuk menemukan pekerjaan yang pas. Pas dengan kesukaan kita dan pas gajinya.
Menurut saya bekerja berarti bertumbuh. Bertumbuh sesuai dengan hal yang kita inginkan dan menjadi versi terbaik kita setiap hari. Salah satu pertimbangan ketika saya memilih tempat kerja dan bertahan di tempat kerja adalah seberapa besar tempat kerja tersebut mendukung saya untuk bertumbuh agar bisa menampilkan perfomance yang terbaik.
Bila tempat kerja atau bos kita, tidak mendukung dalam hal professional development sebaiknya langkah mundur teratur perlu dilakukan sebelum terlambat. Waktu muda adalah waktu yang sangat pas untuk mengeksplorasi diri hingga kita tahu bagian mana dari diri kita yang menjadi “kekuatan diri”. Hal ini kemudian akan tergantung dari personal masing-masing dari kita, apakah kita adalah tipe orang pembelajar seumur hidup, tipe orang gt gt aja, atau pemalas.
Gaji tentu saja. Menjadi realistis sangat perlu di kala tidak ada yang gratis di dunia ini. Tapi menurut saya, gaji bukan persoalan yang pokok dalam bertahan atau resign bekerja. Maybe after 28, you can seriously thinking about that. Gaji yang kita terima akan mengikuti kemampuan dan skills kita. Semakin kita memiliki knowledge, skills, dan value maka gaji kita juga akan bertambah. Investasi leher ke atas seperti membeli buku, mengikuti workshop sesuai bidang yang kita ingin kembangkan harus dilakukan. Kalau kita tidak melakukan ini, ya siap siap aja kita tergilas dengan anak-anak muda lainnya.
Culture. Ini menyangkut soal hubungan kita dengan sesama kolega, teman kerja, staf lain dan budaya yang berkembang di tempat kerja. Budaya di tempat kerja yang ditumbuhkan sangat tergantung dari atasan kita masing-masing. Kalau kamu merasa valuedalam diri kamu tidak sesuai dengan culture tempat kerjamu, sebaiknya ya kamu resign saja. Jangan membohongi diri. Stay true to yourself.
Menyoal anak muda yang pindah-pindah bekerja menurut saya itu adalah sebuah pilihan. Tetapi alangkah lebih baiknya untuk mencoba melakukannya, menekuninya hingga mencintai pekerjaan itu. Berikan jangka waktu misalnya 3 bulan dan selalu tanyakan pada diri sendiri. Ini akan menyangkut nama baikmu agar tidak dicap “kutu loncat” oleh bagian HRD (Human Resource Department). Percaya dan nikmatilah sebuah proses. Mutiara yang indah harus ditempa dengan proses yang panjang hingga harganya menjadi mahal.
Di lain hal, adapula beberapa anak muda yang lama terkungkung pada pekerjaannya. Hingga pada fase nyaman dan tidak ingin berpindah karena sudah tahu alur pekerjaannya. Bila saya diijinkan berpendapat, saya akan bilang kasihan. Karena dengan potensi dan pengalamannya, anak muda ini bisa mendapatkan pengalaman-pengalaman terbaik dalam hidupnya. Pengalaman yang nantinya bisa diceritakan pada anaknya.
Kembali lagi, semua itu adalah sebuah pilihan. Pilihan yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dipikirkan secara matang. [T]