Pernah ga kamu ngrasa tujuan hidupmu apa sih? Ngrasa kariermu gini-gini aja plus gajinya? Bakal jadi apa sih 5 tahun dari sekarang? Kehidupan asmara gimana? Jika pernah, selamat, kamu memasuki umur quarter life crisis.
Jadi menurut wikipedia, mereka yang usia tamat kuliah hingga berumur 27 tahun akan mengalami fase ini. Fase dimana kamu merasa agak “worry” dengan aspek kehidupan baik itu karier, asmara dan kehidupan sosialmu. Jadi, jika ada sarjana S1 yang baru diwisuda beberapa bulan lalu, dan bengong-bengong melulu, perlu dicurigai — bisa saja mengalami fase ini.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi ini? Karena saya sudah mengalami fase-fase ini, walaupun saya engga expert soal ini, ijinkan saya berbagi pengalaman tentang ini. Ketika saya berada dalam quarter life crisis, yang saya lakukan pertama kali adalah membuat rencana hidup saya 5 tahun ke depan.
Saya menulis detail di bullet journal ,melihat 5 tahun dari sekarang saya ingin menjadi apa. Tulis secara detail semua aspek kehidupanmu. Kalau kamu ingin menjadi pengusaha, tulis detail usaha apa yang ingin kamu lakukan. Life mapping begitu orang menyebutnya.
Setelah itu, yang saya lakukan adalah membuat diagram venn Ikigai. Ikigai adalah konsep Jepang mengenai tujuan hidup (life purpose) atau bahasa singkatnya bagaimana menemukan kebermaknaan dalam hidup. Setiap kolom harus diisi dan pertanyaannya harus dijawab. Ketika mengisi diagram Ikigai, kita akan seperti merefleksi hidup kita. Selama kita hidup apa saja yang sudah kita lakukan dan memetakannya.

(source : google)
Selesai membuat life mapping dan Ikigai, kini saat mencocokan. Apakah hal-hal yang kita inginkan 5 tahun lagi sudah kita lakukan hari ini? Apakah yang kita kerjakan menunjang untuk mimpi kita? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan muncul ketika kita sudah selesai mengerjakannya. Penting untuk kita memahami, dan mempelajari diri kita. Dimana kelemahan dan kekuatan diri kita agar kita bisa melangkah dengan pasti dan bermanfaat.
Find your right mentor
Sebagai anak muda kita belum banyak makan asam garam. Carilah mentor yang tepat untuk 2 hal penting dalam hidup. Kepribadian dan karier. Mentor yang membuat kamu merasa nyaman ketika membicarakan sesuatu dan kamu memberikan kepercayaan kepadanya. Mentor inilah yang akan memberikan nasehat dan saran dalam setiap perjalanan hidupmu.
Contohnya saya yang bekerja di sekolah SPK memiliki seorang mentor guru internasional dalam hal karier. Bersama mentor, saya akan menuliskan hal-hal yang ingin saya pelajari selama setahun, dan tugas seorang mentor adalah menggambarkan tujuan tersebut dan melakukan support check in mengenai ini.
Mentor juga akan menanyakan seberapa jauh perkembangan kamu belajar soal hal ini? Dan yang paling penting juga adalah mentor kepribadian. Kita sebagai manusia tidak bisa menilai diri kita sendiri. Bisa tetapi tidak obyektif. Kita pasti mempunyai pembelaan-pembelaan atas hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itulah mentor kepribadian, keluarga, dan teman-teman terdekat perlu memberikan masukan untuk diri kita agar menjadi lebih baik.
Eksplorasi diri. Trial and error
Sebelum berumur 30 tahun, cobalah berbagai hal. Bertemulah dengan banyak orang. Bernetworkinglah. Dari setiap pertemuan-pertemuanmu, kamu akan belajar dari orang lain. Belajar tidak hanya dari buku dan sekolah.
Ikutlah berbagai macam komunitas dari pengusaha, sosial, sastra, hewan dan lain-lain tetapi tetap tidak melalaikan kewajiban utamamu. Dari sana kamu akan melihat ‘kesukaan’ mu dimana dan hal mana yang membuatmu merasa lebih hidup.
Pada akhirnya, kita tidak berkompetisi dengan orang lain. Tetapi menjadi versi terbaik kita setiap hari. [T]