5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Manafsir Lagu Rindu dari Hujan – Catatan Buku Puisi IGA Maya Kurnia

I Putu Agus Phebi RosadibyI Putu Agus Phebi Rosadi
March 31, 2019
inUlasan
Manafsir Lagu Rindu dari Hujan – Catatan Buku Puisi IGA Maya Kurnia
43
SHARES

Sebuah teks (puisi) adalah sebuah piknik seperti apa yang dikatakan Zvetan Todorov. Saya setuju. Demikian pula sebaliknya sebuah piknik, bisa jadi sebuah teks. Sebuah teks, memang kerap adalah hasil sebuah perjalanan. Kita pergi ke suatu tempat, lalu menulisnya.

Inilah yang kemudian saya katakan bahwa pekerjaan menulis puisi adalah pekerjaan yang mengharuskan penulisnya untuk mengalami paling tidak secara visual. Menyerap apa yang kita lihat. Mengunjungi atau melihat tempat yang memang benar ingin ditulis. Tempat, barangkali saja bukan tempat yang senyatanya adalah realita. Tempat hemat saya, juga bisa berupa peristiwa yang mana kita bisa menemempatkan tubuh di sana. Kenangan, misalnya adalah sebuah tempat dimana kita bisa hadir di dalamnya.

Kenangan memang masih saja kerap menjadi sebuah elemen puisi paling laris. Berangkat dari hal itu.  Jika setuju, Puisi adalah sebuah hasil tangkapan yang mengungkapkan sebuah ketakjuban. Puisi adalah proses simbolik dan mimetik dalam tubuh kita. Segala sesuatu mungkin kita tiru dari apa yang kita rasakan dan kita akhirnya membiarkan naluriah dalam tubuh kita menyimbolkannya dalam sebuah bahasa.

Puisi-puisi Maya Kurnia bagia saya hampir semuanya adalah sebuah ketakjuban pada sebuah kenangan. Kata-kata yang kerap menjadi simbol sebuah kenangan amat berserakan dan saya merasa yakin untuk tak perlu menghitungnya demi sebuah pembelaan bahwa kata-kata menjadi simbol itu memang benar banyak adanya. Bagaimana Maya takjub kepada hujan yang membawakannya suatu ingatan akan kerinduan dapat kita lihat dari kutipan puisi yang berjudul

Menunggu Hujan Membawakan Lagu Rindu.

……………….

……………..

Menunggu Hujan di depan gedung kejaksaan,

seperti menunggumu beratus ratus hari lalu.

Kalimat beratus hari lalu sangat mencolok bahwa peristiwa yang muncul amatlah jauh di belakang. Sesuatu yang jauh di belakan itulah simbol bahasa dari sebuah kenangan. Ternyata medan kenangan yang dibawa hujan sanggup membawa Maya Kurnia pada sebuah tingkat estetika puisi yang menyentuhnya sangat dalam.

Demikian juga dalam puisi Biarkan rindu ini

………….

…………………

Aroma getah ranting patah

Mengingatkanku tentang ratusan hari

Maya masih tak melepaskan ingatan dari kepalanya. Ia seperti mengatakan Ingatlah sebuah kenangan, maka kita akan takjub seperti sebuah perasaan ketika jatuh cinta. Sebenarnya, tanpa ditulispun, ingatan akan hal semacam itu adalah elemen puisi. Tapi sebagai puisi yang utuh, tentu saja ia harus ditulis.

Di lain puisi, dalam puisi  Memandang hujan

Kamu mengukir diri di dinding jiwa

Menyusun notasi lagu hujan di Juli

Menyetubuhiku pada setiap derasnya

Sekalipun hamil anggur cintaku

Aku tak peduli

Memandangi hujan saat ini

Seperti seranjang denganmu saat itu

Maya Kurnia membuat saya sadar bahwa puisi hemat saya adalah deretan kata-kata yang harus tampil serentak. Mengutip Nirwan Dewanto dalam Gerimis Logam, Mayat Oleander Mungkin kita bisa saja membayangkan setiap bait sebagai sebuah paragraf yang sebagian besar unsurnya hilang.

Dalam puisi di atas muncul pasangan kata Hamil Anggur Cintaku. Kita hanya menebak apakah kata anggur mewakili kemanisan hubungan, atau kemabukan. Juga dalam kalimat Notasi Lagu Bulan Juli. Kita hanya menebak unsur yang hadir sebagai elemen puisi itu. Bagaimanakah notasi lagu hujan bulan juli. Jika dalam prosa mungkin hal itu akan dijelaskan, apakah lagu hujan bulan juli dalam konteks penulis itu adalah hujan yang lebat dan menyebabkan dingin, atau hujan ritmis yang membuat suasana lebih sendu.

Nah unsur semacam itu amat sulit kita tebak dan hadirkan secara pemaknaan yang pasti. Jika pun kita berupaya menghadirkan unsur itu, maka tidak tersedia cukup peluang untuk itu. Puisi itu seperti melompat cepat menuju akhirnya sendiri. Melalui puisi, bahasa meragukan dirinya sebagai alat komunikasi.

Puisi-puisi Maya Kurnia yang lain juga hadir hampir memiliki ciri, jenis, dan struktur yang sama, bangun yang sama. Maya kerap mengulangi komposisi puisi yang satu dengan puisi lainnya.

Saya kira, puisi-puisi Maya Kurnia adalah sebuah momen yang digubahnya menjadi puisi suasana. Ia kadang menyelipkan tempat-tempat —yang hemat saya, ia fungsikan sebagai properti pada tubuh puisi. Apa yang saya tafsir dalam puisi-puisinya barangkali sebuah fokus peristiwa yang menjadikan ruh puisi itu sendiri. Tipografi dalam puisinya juga hampir semuanya standard dan tak neko, dalam artian ada upaya melakukan eksperimen.

Ia juga tak melakukan varian lain seperti memainkan makna, atau usaha untuk membangun filsafat. Ia menjatuhkan gaya penulisan puisinya pada taraf penciptaan makna. Maya kerap pelan-pelan membangun sebuah kenangan seolah-olah surut dan larut pada sebuah keadaan. Ia seakan bicara, ah, sudahlah kenangan, kau mungkin boleh datang bertandang dan diam lebih lama. Dalam puisi berikut ini maya dengan jelas melakukan hal itu.

Cinta rahasia

………………

………….

Peluk aku erat

Di antara ruang waktumu

Kita akan bicara

Dengan bahasa hati

Tentang cinta rahasia

Melewati masa reinkarnasi

Sungguh, aku rindu :

Mengurai peluh denganmu

Maya membiarkan kenangan hidup dalam dirinya bahkan hingga tahap reinkarnasi. Kenapa Maya Kurnia takjub dengan kenangan atau waktu yang telah berlalu? Inilah yang disebut Stephen Hawking sebagai panah waktu yang berarah mundur. Manusia adalah mahluk yang hidup dengan panah waktu psikologi yang berarah mundur, bukan ke depan. Sebab itulah manusia sanggup menapak ke masa lalu, sedang masa depan, adalah objek yang belum terpecahkan.

Menapak hal itu, Maya Kurnia, ingin benar memelihara rasa takjubnya lebih lama. Ia benar-benar menikmati kenangan itu dan membiarkan dirinya surut larut. Munculnya kata reinkarnasi bagi saya adalah sebuah penanda waktu yang lama. Ia sebagai ikon yang mewakili makna waktu yang tak terbatas. Saya sendiri tak sanggup menafsir, apalagi memastikan, kapan kita akan mengalami reinkarnasi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk reinkarnasi. Tak pernah terkira.

Setelah Menikmati tamasya kenangan yang disuguhkan Maya Kurnia dalam puisi-puisinya, saya kira ia jarang sekali menjatuhkan pilihan pada kata kompleks yang membuat kita mencari dan menafsirkan makna. Ia lebih memilih kata-kata sederhana yang memang familiar ketimbang melakukan upaya adopsi atau melakukan neologisme, penciptaan diksi dan idiom.

Ketika kata tak kita temukan di kamus dan di pasaran, maka kita harus buat sendiri dengan tujuan tertentu. Bisa untuk mewakili apa yang kita ingin sampaikan atau memang sengaja mencari bentuk yang baru. Ole melakukan itu. Belalang Tanah, Tikus bunga, Ulat Beruang. Ini adalah kemampuan menghibrida. Mencangkok sebagian genetika penamaan.

Contoh lain yakni, Umbu juga melakukan neologisme, ia menciptakan kata Deskara, misalnya. Kita menebak nebak arti kata tersebut. yang ternyata adalah singkatan dari desa kala patra. Tapi memang begitulah tugas yang tidak sengaja dibebankan kepada penyair. Meskipun dalam hal ini tak semua yang diciptakan berhasil. Dan sebagai pembaca yang lepas dari penulis, menghadapi hal semacam itu amat sulit dan bisa saja keliru seperti apa yang dilakukan Zen Hae tempo lalu pada diskusi Salihara.

Zen mengira kata akanan dalam bujuk pangkal akanan (Sajak Putih) adalah neologisme yang bisa tafsir artinya sebagai sesuatu yang akan terjadi. Akan-akanan. Tapi dengan segera gunawan muhamad mengoreksi dan mengatakan bahwa kata akanan memang ada dalam kamus lama yang berarti kali langit. Hal seperti itu memang kita sadari kerap terjadi bila kita memang benar melepaskan teks dari penulisnya.

Meksipun Maya Kurnia tak melakukan hal semacam itu, puisi-puisinya memamng masih enak dinikmati sebagai puisi. Barangkali, begitulah tujuan ia menulis puisi. Dan tentu saja ada banyak tujuan dan pertanyaan sebelum menulis puisi. Misalnkan, bagaimana takaran puisi agar pas dan memiliki bentuk utuh dan mendekati sempurna? Bagaimana menulis puisi agar berbeda dengan puisi orang lain? Bagaimana menemukan bentuk baru dalam menulis puisi?

Dan pertanyaan yang paling sederhana dalam menulis puisi adalah bagaimana mengungkapkan perasaan lewat puisi. Dan saya kira puisi puisi Maya Kurnia adalah upaya untuk menjawab pertanyaan terakhir itu. Sebab itulah, mudah-mudahan saya tidak salah untuk mengatakan bahwa Maya Kurnia tidak labil dalam puisi-puisinya. Ia setia memilih bentuk puisi yang sama.

Begitulah kiranya saya mendekati puisi puisi Maya Kurnia dengan tafsir spekulatif. Maya menyerahkan pikirannya dalam kata-kata, sedang saya, sebagai pembaca datang dengan khazanah dalam kepala. Barangkali hanya dengan hal itulah saya bisa mendekatinya. Betapapun, hal yang saya dekati adalah puisi. Sesuatu yang tak serta merta memberikan jawaban atas siapapun yang memberikan pertanyaan setelah membacanya. [T]

Tags: BukuPuisi
Previous Post

Kartun Anak-Anak Asuhan Oom Pasikom – Catatan Pameran “Kartun Ber(b)isik” di Bentara Budaya Bali

Next Post

Counscious Healthy Eating

I Putu Agus Phebi Rosadi

I Putu Agus Phebi Rosadi

Setelah menempuh pendidikan di Singaraja, ia kembali ke kampung halamannya di Jembrana untuk menjadi petani sembari nyambi jadi guru. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan cerpen.

Next Post
Counscious Healthy Eating

Counscious Healthy Eating

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co