Enam seniman atau perupa Bali, Djaja Tjandra Kirana, Wayan Redika, Made Wiradana, Made Duatmika, I Ketut Suwidiarta dan IGM Wisatawan, bekerjasama dengan India Council for Cultural Relations (ICCR) menggelar puluhan karya di Indira Gandhi National Centre for the Arts, New Delhi, India, pada 13-20 Maret 2019.
Pameran yang telah di persiapkan sejak 3 bulan sebelumnya mengusung tema Art[i] Factual, merupakan senyawa yang liar antara kata Art, Artifact dan Factual yang secara imajiner dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali keagungan karya seni dan kebudayaan masa lampau sebagai titian jejak yang akan member pengaruh besar dalam proses penciptaan menuju karya kekinian yang aktual. Tema semacam ini berlatar pada kondisi kebudayaan Bali dan India yang kaya dan memiliki kemiripan visual dalam bernagai hal.
Kesempatan ini bagi para seniman Bali akan membuka wawasan budaya yang lebih luas terutama persoalan kedekatan kultur relegius antara dua bangsa. Bali memang memiliki pertalian penting dengan India, namun apa yang terjadi di ruang yang lebih nyata akan menjadi focus interaksi para seniman Bali dalam kegiatannya selama berpameran di Negara yang kaya akan sejarah ini.
Salah seorangseniman yang turut diundang, Wayan Redika menjelaskan jika ICCR melalui perwakilannya yang ada di Bali memberikan kesempatan kepada para seniman untuk mengekplorasi sejumlah peninggalan besar yang tercatat dalam kisah Ramayana dan Mahabrata sebagai simpul kedekatan sosial dengan peradaban masyarakat Bali.
Tema Art[i] Factual boleh memberikan bayangan kreasi, namun makna dalam Art[i] Factual tentu memerlukan daya jelajah intuisi dan renungan fikiran yang lebih khusus. Hal yang terkesan sederhana itu tak selalu mudah untuk diwujudkan. “Ini memerlukan kepekaan, kecerdasan imajinatif dan wawasan kebudayaan yang mendalam”, tuturWayanRedika
India memang menjadi rujukan relegi bagi masyarakat Bali, kedua daerah ini selain kaya akan ilham juga sarat peninggalan sejarah. “Lalu bagaimana ilham itu direduksi menjadi gagasan visual, inilah yang menjadi titik tuju pameran Art[i] Factual”, imbuh Redika.
Menurutnya, kesempatan untuk saling berbagi adalah tantangan bagi para seniman untuk meyakinkan orang banyak, bahwa kekuatan seni memang memiliki rasa dan tempat yang sama dari subyek yang lain. Seni memiliki fungsi penyadaran ketika peradaban yang terluka karena ketidaksadaran manusia. Di sini Art[i] Factual berupaya menjadi penyambung dan penyeimbang citra persaudaraan antara Bali dan India.
Di samping pameran lukisan, para seniman akan berbagi rasa, pendapat dan pengalaman berproses bersama para seniman di New Delhi. [T/*]