Danau Tamblingan merupakan anugerah Dewata yang telah memberikan kehidupan bagi sebagian masyarakat Bali. Sejak masa lampau rembesan air Danau Tamblingan telah mengairi petak-petak terasering sawah di sejumlah subak di Kabupaten Buleleng dan Tabanan.
Sejalan dengan perkembangan peradaban dan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan penduduk terhadap air minum yang layak juga meningkat. Danau Tamblingan, sekali lagi dilirik sebagai sumber air baku untuk diolah menjadi air minum memenuhi kebutuhan masyarakat di 14 desa di Kecamatan Banjar dan Sukasada Kabupaten Buleleng.
Rencana pemanfaatan air Danau Tamblingan sebagai sumber air baku perlu dikaji secara cermat agar tidak saling meniadakan dengan fungsi Danau Tamblingan sebagai sumber air sawah dan fungsi daya dukung lingkungan hidup.
Danau Tamblingan secara administratif berlokasi di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, dengan data teknis sebagai berikut. Curah hujan tahunan (R90) 1.484 mm. Elevasi muka air danau 1.216 m dpl. Kedalaman (maksimum) 37 m. Luas DAS 9,066 km2. Luas permukaan danau 1,461 km2. Volume danau 23,275 juta m3. Inflow dari sungai dan aliran air tanah. Tidak ada outflow ke sungai. Tetapi ada rembesan air yang dipakai air irigasi dan ada penguapan.
Rencana pengambilan air baku Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Danau Tamblingan harus memperhatikan aspek konservasi sehingga pengambilan air danau tidak menyebabkan penurunan yang drastis pada permukaan air danau.
Pengambilan air danau alternatif I dengan pengambilan air baku 166 L/dt akan terjadi penurunan permukaan air danau pada saat musim kemarau sebesar 2,82 m atau sebesar 7,4% dari kedalaman tampungan air danau.
Pengambilan alternatif II dengan pengambilan 100 L/dt akan terjadi penurunan muka air danau pada saat musim kemarau sebesar 2,22 m atau sebesar 5,6% dari kedalaman tampungan air danau.
Alternatif manapun yang akan diambil, penurunan permukaan dan volume air danau akan berdampak pada berkurangnya volume rembesan air danau yang secara tradisional telah mengairi sawah subak di Kabupaten Buleleng dan Tabanan.
Para tetua di Kabupaten Buleleng dan Tabanan yang mendapat anugerah kesuburan sawah dari rembesan air Danau Tamblingan telah menjaga kelestarian Danau Tamblingan dengan penuh rasa Bhakti (hormat) kepada Tuhan.
Rasa Bhakti itu diwujudkan dengan membangun Pura Ulun Danu Tamblingan dan menjaga hutan yang ada di sekitar danau. Pemilik sawah yang mendapat rembesan air dari Danau Tamblingan juga mempersembahkan sarin tahun (hasil pertanian) ke Pura Ulun Danu Tamblingan secara rutin sebagai wujud rasa Bhakti kepada Tuhan atas anugerah Danau Tamblingan.
Untuk menjaga kelestarian Danau Tamblingan agar tetap dapat menyediakan air memenuhi kebutuhan masyarakat, maka pengelola SPAM Tamblingan dan masyarakat yang akan memeroleh air minum dari SPAM Tamblingan perlu belajar Bhakti dari masa lampau, dari petani sawah di Buleleng dan Tabanan yang telah mendapat rembesan air dari Danau Tamblingan [T]
Singaraja 29092018
Catatan: Tulisan ini adalah refleksi sosial budaya atas studi kelayakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tamblingan