22 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Drama Sukreni Wang Sistri Listuayu: Bahasa Bali, Populer, Modern, dan Kadar Tradisional

Wulan Dewi SaraswatibyWulan Dewi Saraswati
March 2, 2019
inUlasan
Drama Sukreni Wang Sistri Listuayu: Bahasa Bali, Populer, Modern, dan Kadar Tradisional

Pementasan drama musikal Sukreni Wang Sistri Listuayu oleh Kelompok Sekali Pentas di Gedung Ksirarnawa Taman BUdaya Denpasar, Kamis, 28 Februari 2019. (Foto; Adi Ngurah)

145
SHARES

Pementasan Sukreni Wang Sistri Listuayu merupakan sebuah kelahiran drama musikal Bali yang modern. Optimisme Kelompok Sekali Pentas untuk menampilkan pementasan yang berkualitas, patut diapresiasi. Usaha-usaha yang berawal dari penggarapan naskah, pemilihan pemain, komposisi gerak, rancangan kostum, serta gebrakan musik yang mengigit tidak terlepas dari peran sutradara.

Sutradara—I Wayan Sumahardika dan penata musik—Herry Windi Anggara, sangat sadar tentang kebutuhan penonton yang ingin tercebur dalam humor-humor tradisional, namun masih kental dengan unsur teatrikal. Maka mereka memutuskan pementasan ini sebagai teater populer.

Keputusasaan terhadap teater nampaknya mampu ditangkis usai menyaksikan pementasan Sukreni pada Kamis, 28 Februari 2019 di Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar. Proses ini tentu berawal dari penjelajahan makna filosofis teks lama Sukreni Gadis Bali karya A.A. Pandji Tisna, yang berhasil disadur ke dalam naskah drama modern berbahasa Bali.

Alih wahana ini tidak bisa terjadi secara instan tanpa kemampuan kognitif yang efektif dari penyadur naskah. Dari segi pemilihan teks ini, sudah terlihat kejelian sutradara untuk membangkitkan kembali cerita-cerita yang hampir dilupakan. Apakah kisah ini masih relevan di zaman melinial kini? Saya pikir itu tergantung pada strategi komposisinya.

Dari segi penggarapan naskahnya, menurut Darma Putra ada beberapa kata dalam bahasa Bali yang terasa kaku dan kurang natural (Baca: Sukreni, Jegeg Megledag). Sejalan dengan hal tersebut, nampaknya proses alih wahana dari novel ke naskah drama juga terhalang sor singgih bahasa. Beberapa adegan terasa kurang menyatu dengan rasa base Bali. Di sini terlihat bahwa Kelompok Sekali Pentas masih perlu lagi berlatih menggunakan bahasa Bali yang baik dan benar.

Meski begitu, kekurangan perbendaharaan kata ini dtutupi oleh banyolan-banyolan sehari-hari yang tidak mementingkan tata bahasa Bali. Mereka juga cerdas dalam meniru aksen lokal sehingga menutupi kekauan dialog tersebut.

Pemain-pemain yang terlibat dalam pementasan ini juga cukup mempuni. Wirama, Wirasa, Wiraga yang menjadi dasar dari pembentukan karakter berhasil dikuasai. Usaha-usaha itu cukup terlihat seperti tokoh Men Negara diperankan dengan gesit dan legit oleh Kiky. Hemat saya, Kiky dengan sadar memanfaatkan postur tubuhnya untuk mengusai panggung.

Selain itu, irama dialog yang lebih sering meninggi bukanlah hal sulit baginya. Namun dalam wirasa, kedalaman merasakan peristiwa masih belum terlihat pada garis-garis wajahnya. Lain lagi dengan Ni Negari yakni Desi Nurani. Peran ini nampaknya tidak terlalu sulit untuknya yang sudah sering berada dipanggung. Namun, kekuatannya bisa-bisa menutupi potensi aktor-aktor lain. Syukurlah peran I Gusti Made Tusan oleh Indra Mpol tidak tertutupi. Indra mampu membuat ritme dan emosi di panggung terjaga.

Foto: Adi Ngurah

Pemain-pemain menarik lainnya seperti adegan anak-anak SD ini cukup menarik. Memang terasa kurang mendidik, namun ini juga bisa dijadikan bahan edukasi dalam melihat kemungkinan-kemungkinan negatif dari masa pubertas. Kelenturan anak-anak ini bergoyang dan berdialog cukup mengundang tawa. Gerak-gerik spontan yang tertata juga membuat penoton tertawa pada saatnya.

Gelak tawa penonton ini tentu sudah dihitung, diperkirakan, direncanakan oleh penata gerak. Gerakan yang melesat dan kompak, tarian yang panas dan cadas juga mengundang tepuk tangan penonton. Para penonton seperti menyaksikan Broadway atau Bollywood versi Bali. Mereka diajak, digiring, dan dijerumuskan ke dalam keriuhan panggung.

Semua hal itu tentu merupakan penemuan teknik baru (meski tidak benar-benar baru). Sejalan dengan Benny Yohanes, penemuan baru dalam konteks ekspresi artistik juga penting. Tentu sutradara sudah paham dengan penawaran teknik baru tersebut. Penawaran itu memberi perluasan perspektif bagi penikmat seni dalam memahami pementasan.

Perluasan perspektif yang ditawarkan Sumahardika yakni pertama tidak ada panggung tunggal, kedua peran pemusik dan pemain yang saling berinteraksi, dan ketiga penggunaan musik disko elektro yang tidak biasa dalam pementasan berbahasa Bali. Kualitasnya timbul seperti menonton teater kontemporer kelas Dobly Teater atau TMII. Meski begitu penonton masih merasakan sentuhan tradisional. Seperti menonton drama gong di banjar yang tidak membatasi interaksi penonton dengan pemain atau pemain dengan pemusik.

Bobot artistik yang tak kalah penting tentu penggrapan musik yang dinamis tanpa mengesampingkan kebutuhan teks. Dialog-dialog yang dilagukan menjadi segar oleh penataan musik yang seimbang. Terepas dari permasalahan teknis seperti mic yang lepas, posisi mic yang tidak pas, atau teknik penggunaan mic yang tidak tepat, pemain tetap menjaga suasana pemantasan.

Hal teknis tersebut ditutupi dengan musik dan juga penyanyi di bagian musik. Saat mendengar lagu-lagu yang dinyanyikan, penonton seperti ada didalamnya karena dialog yang dipilih untuk dinyanyikan masih familiar. Berbagai teknik musik juga disajikan, namun kurangnya penggunaan unsur-unsur tradisional seperti terasa kehilangan ruh dan jiwa drama Bali tersebut.

Musik dan gerakan yang ritmis ini didukung pula oleh rancangan kostum pemain. Kostum-kostum yang digunakan sudah dipirkan dengan matang. Warna-warna yang dipilih tidak sembarang. Seperti warna merah menyala, orange, hijau muda, biru muda, kuning terang adalah warna yang mengundang selera.

Penonton tergugah untuk terus mengikuti alur cerita berkat kostum ini. Bila ditelisik dari latar belakang cerita Sukreni Gadis Bali, tentu belum ada penggunaan warna-warna terang seperti itu. Design rok dan baju crop-top juga belum ada. Meski begitu, gebrakan kostum ini akan menjadi jembatan waktu antara lampau dan masa kini. Jembatan latar tempat juga terlihat dari penggunaan properti yang efektif. Perubahan latar warung menjadi kamar atau rumah bisa diubah dengan hanya mebalikan property tersebut.

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa penemuan teknik baru ini berpotensi menciptakan genre baru dalam ranah teater. Landasan konseptual yang matang ini tentu lahir berkat tempaan berpuluh-puluh pementsan, berlembar-lembar referensi, dan bertahun-tahun mengutak atik komposisi yang tepat. Bangunan pertunjukan seperti ini menemukan strukturnya tidak saja dalam dramatiknya namun musikalitas dan kandungan lokalitas juga kental terasa.

Pertanggung jawaban moral kepada penonton juga terampaikan. Penonton tidak saja diberikan parodi-parodi melainkan penonton diajak mengkritisi pristiwa sosial tentang pemerkosaan. Apakah ini berhenti hanya sampai pada riuh tawa penonton? Tentu tidak. Memanfaatkan konteks wacana sosial tentang pemerkosaan saat ini akan membuat penonton mulai berpikir. Di balik tepuk tangan penonton tentu ada pertanyaan tentang keadilan bagi perempuan, tentu ada percikan ide tentang anti kekerasan. Proses berpikir itu akan melahirkan budaya berpikir kritis sebagai oleh-oleh usai menonton pementasan.

Budaya berpikir kritis dan kreatif secara kolektif ini adalah proses yang harus dilalui oleh Kelompok Sekali Pentas. Tentu tidak mudah mengharmoniskan puluhan egoisme. Sejalan dengan pesatnya teknologi, pemikiran akan makin mempuni.

Kita pun sebagai pegiat seni makin diuji. Ujian-ujian itu akan dibuktikan dengan kematangan emosi, system berpikir yang cadas, hasrat mencoba hal baru, dan mental yang tangguh. Namun dengan demikian pula hasil optimal mampu diraih. Keberhasilan sutradara, penata musik, pemain, dan kru diharapkan tidak berhenti sampai pencapaian ektrinsik. Perlu penggalian kedalaman diri agar benar-benar mampu menghidupkan jiwa berkesenian secara kolaboratif. [T]

Tags: Bahasa BaliDramadrama gongmusikTeater
Previous Post

Sukreni, Jegeg Magledag!

Next Post

Acceptance

Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati

Penulis, sutradara, dan pengajar. Saat ini tengah mendalami praktik kesenian berdasarkan tarot dengan pendekatan terapiutik partisipatoris

Next Post
Acceptance

Acceptance

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor
Persona

I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor

“Nu medagang godoh?” KETIKA awal-awal pindah ke Denpasar, setiap pulang kampung, pertanyaan bernada mengejek itu kerap dilontarkan orang-orang kepada I...

by Dede Putra Wiguna
May 21, 2025
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co