23 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Siapa Yang Tahu?

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
February 26, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
46
SHARES

Kita tidak pernah benar-benar mengetahui. Itu pasti. Maksudnya, ada saja yang terlewat dalam usaha mengetahui.

Buktinya, kita bisa melihat yang di hadapan mata, tapi tidak yang di belakang. Jangankan yang dibelakang, yang di samping saja sudah sulit untuk dilihat dengan jelas. Jika saya analogikan, yang ada didepan mata adalah siang, yang di belakang adalah malam, yang di samping kiri-kanan adalah sandya kala. Sesuatu terlihat jelas saat siang karena ada matahari, tapi menjadi tidak jelas pada malam hari. Di antara yang jelas dan tidak itu, ada sandi kala, atau dalam bahasa kerennya saru gremeng.

Nama lain saru gremeng adalah saru mua. Saru berarti tidak jelas, muaberarti wajah. Wajah-wajah yang tidak jelas bisa disebut saru gremeng. Apalagi bagi yang tidak memiliki sikap, bisa juga disebut demikian. Tetapi jangan berprasangka buruk dulu, sebab di dalam tradisi, saru gremeng sangat mistis. Diyakini begitu, karena berada di areal perbatasan. Perbatasan antara cahaya dan gelap atau sebaliknya.

Perbatasan memang riskan. Bagian paling riskan dari suatu negara adalah di perbatasan, makanya bagian itulah yang perlu dijaga dengan sangat baik. Bagian perbatasan, menjadi semacam identitas bagi suatu negara. Maka tidak heran jika pada area perbatasan, ada pemerintah yang berbondong-bondong membangun pembatas dengan berbagai ornamen ukiran. Tujuannya adalah untuk menunjukkan perhatiannya kepada masyarakat perbatasan. Sekaligus menjaga wibawa tentunya.

Ternyata perbatasan itu penting. Sebutan perbatasan pun berbeda-beda sesuai dengan yang dibatasinya. Perbatasan waktu disebutnya sandi kala. Perbatasan rumah disebut panyengker. Batas kebebasan disebut aturan. Batas hidup dan mati disebut tubuh. Batas tubuh manusia dengan alam sekelilingnya adalah bulu. Jadi bulu adalah salah satu jenis perbatasan, dan penting adanya.

Ternyata bulu itu penting. Bayangkan jika burung Cangak seperti saya, tidak punya bulu. Tidak mungkinlah bisa terbang. Bayangkan jika ada kepala manusia yang tidak berbulu [rambut], itu disebutnya gundul. Jangan salah, gundul juga penting, saking pentingnya sampai dibuatkan nyanyian gundul-gundul pacul. Saya sendiri belum mengerti, apa hubungan gundul dengan pacul?

Sebagaimana gundul, berbulu panjang pun penting. Contohnya, jika ada lelaki dengan rambut panjang, barangkali itu salah satu bentuk perlawanan. Melawan anggapan kebanyakan orang bahwa lelaki harus berambut pendek. Meski pun lebih sering, dengan rambut panjang dikiranya perempuan dari belakang. Untuk menanggulangi permasalahan itu, kebanyakan lelaki berambut panjang akan memelihara jenggot dan kumis. Jadi kelelakiannya tidak akan diragukan.

Contohnya, tonton saja film Mahabharata, kebanyakan tokoh lelakinya berambut panjang. Atau perhatikan aqua man, rambutnya juga panjang. Bagi penggemar anime, lihat saja Uciha Madara dengan mata saringgan yang tajam dan rambut hitamnya yang panjang. Hal ini juga berlaku untuk yang gundul, karena ada juga pahlawan-pahlawan super yang gundul. Semisal one punch man.Ia bisa mengalahkan musuh-musuhny hanya dengan satu pukulan saja. Yang gundul atau yang panjang, sama-sama punya sisi heroik.Gitu!

Tentang bulu, rambut dan perbatasan, ternyata kalau dipikir-pikir belum selesai. Ada banyak hal yang bisa dihubung-hubungkan dengan rambut. Semisal spiritual. Umumnya kalau ada orang berambut panjang, diikat rapih, akan ditanya “mau jadi pamangku?”. Pertanyaan itu seperti legitimasi, kalau rambut panjang adalah ciri. Padahal belum tentu rambut panjang berarti pamangku, sebab jaman sekarang, ada pamangku yang potongan rambutnya dicukur pendek dan rapi.

Bagaimana kalau jadi sulinggih? Kalau sulinggih, beda lagi. Rambut para sulinggih biasanya diikat ke atas, sehingga terlihat seperti gunung. Ada juga yang tidak diikat, tapi disisir dan dibiarkan tergerai sepundak. Bagaimana kalau sulinggih itu tidak punya rambut? Tentu bisa disiasati dengan jenggot. Tapi sepanjang-panjangnya jenggot yang tumbuh, belum pernah saya lihat ada yang diikat diatas kepala.

CANGAK SEBELUMNYA:

  • Swastyastu, Nama Saya Cangak
  • Pemimpin dan Pandita
  • Aturan Mati
  • Muka Gua

Ada sebuah catatan berjudul…. maaf saya lupa judulnya. Pokoknya di dalam catatan itu, ditulis tentang jenggot dan hubungannya dengan kelingsiran. Konon, bukanlah karena jenggotnya yang panjang dan putih, seseorang bisa disebut lingsir. Bukan pula karena kulitnya yang keriput, atau karena staminanya yang sudah menurun. Bukan juga karena sudah tidak lagi doyan nyeledet. Tetapi karena ilmunya sudah tinggi. Berilmu tinggi tapi tidak tinggi hati. Gitu!

Saya tidaklah bermaksud menertawakan euforia ramai-ramai melingsir. Itu jelas tidak baik. Sebab ada suatu bagian dari cerita Mahabarata, terutama setelah perang selesai, ada oknum wangsa Yadu meledek kemampuan seorang anak lingsir yang memang lingsir. Alhasil dikutuklah wangsa itu akan hancur karenanya. Tidak perlu menunggu waktu lama, kutuk itu berjalan dan wangsa Yadu lenyap. Begitu menurut ceritanya.

Takutkah dikutuk? Memangnya siapa yang tidak? Ada banyak sekali cerita yang diwarisi dalam tradisi, menceritakan perihal kutukan. Bhisma yang terkenal itu, adalah salah satu dari delapan Wasu yang dikutuk. Bahkan Arjuna juga dikutuk kehilangan kelelakiannya oleh seorang bidadari yang ditolak cintanya oleh Arjuna. Jadi hati-hatilah menolak cinta, nanti dikutuk. Ada juga yang dikutuk sampai mati, contohnya Dyah Harini dalam cerita Sumanasantaka. Itulah beberapa cerita tentang kutukan.

Beda cerita kutukan, beda lagi cerita tentang ketakutan. Ketakutan itu bisa datang dari hal-hal yang nyata dan hal-hal yang seperti tidak nyata. Contoh yang nyata, takut pada ketinggian, pada gelap, pada ular, pada macan, takut sendirian, dan seterusnya. Takut pada hal yang seperti tidak nyata lain lagi, contohnya takut pada hantu, pada kutukan leluhur, dan sebagainya. Ketakutan semacam itu bisa dimanagement oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Umumnya, orang-orang yang ahli dengan ketakutan, berpura-pura bodoh.

Ada cerita tentang I Belog yang ahli memanfaatkan ketakutan. Belog adalah bahasa Bali yang berarti bodoh. Ceritanya, I Belog sangat menginginkan Luh Ayux sebagai istrinya. Tetapi Pan Ayux, ayah dari Luh Ayux yang merasa sangat pintar, tidak menyetujuinya. Begitulah nama-nama orang dulu, nama ayah dan ibu diambil dari anaknya. Jika anaknya Gonjreng, maka ayah ibunya dipanggil Pan Gonjreng Men Gonjreng. Jika anaknya bernama Cubling, maka dipanggillah Pan Cubling dan Men Cubling. Jika anaknya Robet, maka dipanggillah Pan Robet dan Men Robet. Bagaimana jika anaknya dinamakan Ci atau Cor?

Selain pintar, Pan Ayux juga kedewan-dewan. Suatu hari dia merapal ajian ini dan itu di hadapan tempat suci leluhurnya. Tempat suci itu berbentuk gedong dengan satu pintu, dan cukup jika dimasuki oleh manusia. Ke tempat itulah I Belog masuk, dan pura-pura menjadi leluhur. Saat Pan Ayux sedang khusuk merapal ajian, I Belog bicara keras-keras. Pan Ayux ketakutan sekaligus senang karena baru kali ini dia didatangi langsung oleh leluhurnya. Ternyata rapalan ajiannya kali ini dapat menyenangkan hati leluhur.

Tapi yang namanya kesenangan tidak pernah berlangsung lama. Leluhur jadi-jadian itu menyuruh Pan Ayux untuk melakukan sesuatu hal yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya: menikahkan Luh Ayux dengan I Belog. Jika tidak dilakukan, konon menurut leluhur jadi-jadian itu, Pan Ayux akan dianugerahkan kutukan yang tidak bisa dihapuskan bahkan oleh sejuta banten sekalipun.

Itulah salah satu contoh cerita tentang orang pintar yang pura-pura bodoh, tapi bisa memanfaatkan ketakutan. Barangkali, pada masa kini banyak yang demikian. Diamanfaatkannya ketakutan serta kebodohan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itulah, kepada kaum ikan semuanya, jangan jadi ikan bodoh. Belajarlah yang banyak dan jangan mudah tertipu. Percayalah dengan nasihan dari seburung Cangak yang sudah berkelana lama-lama di berbagai belahan langit. Sudah begitu banyak yang saya temukan, dan lihat. Karena itu, saya punya cara pandang yang berbeda jika menilai sesuatu. Contohnya begini.

Ilmu itu adalah racun. Hati-hatilah mencernanya. Ilmu disebut racun jika yang menyebutnya adalah orang malas yang tidak suka belajar. Makanan adalah racun, atau dalam bahasa kerennya merta matemahan wisia. Makanan menjadi racun, jika tidak dikunyah sampai hancur. Bayangkan jika seonggok jagung di sudut kamar harus ditelan semua sekalian tanpa dikunyah. Menjadi tua renta adalah racun, terutama bagi para gadis atau lelaki muda yang ingin jatuh cinta. Itu yang mestinya diketahui dan dipahami oleh semuanya. Beda konteks, beda pula maksudnya. Maka pahamilah yang diketahui.

Rumus mengetahui tidak lebih sulit dari rumus phytagoras. Rumusnya begini, mengetahui adalah jika antara yang tahu dan yang diketahui tidak berbekas. Tidak berbekas maksudnya, sudah tidak teridentifikasi lagi apa yang diketahui, dan siapa yang mengetahui. Begitulah teorinya. Teori itu tidak sulit, asal mau dipahami.

Memahami yang diketahui adalah tantangan tersendiri bagi para kaum terpelajar. Cangak seperti saya, tidaklah semestinya diragukan lagi dalam hal pengetahuan dan pemahaman.Berkelana ke berbagai belahan langit, adalah swadharma bagi saya. Meskipun demikian, saya senang tinggal di telaga ini sebagaimana ikan-ikan kebanyakan. Tetapi Cangak tidak boleh berdiam diri di suatu tempat. Saya ingin dan harus pergi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.Kepada para ikan, saya hanya bisa mempersilahkan untuk berunding, dan memutuskan ingin ikut atau tidak. Semoga saja di telaga lain, yang akan saya tuju kali ini, airnya lebih jernih dan menyegarkan. Siapa yang tahu?! [T]

Tags: filsafatPengetahuanrenungan
Previous Post

Reuni Puisi Sanggar Cipta Budaya SMPN 1 Denpasar: GM Sukawidana itu “Nabe”

Next Post

Dendam Raksasa Rau: Tahun-Tahun Tanpa Matahari dan Bulan

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Dendam Raksasa Rau: Tahun-Tahun Tanpa Matahari dan Bulan

Dendam Raksasa Rau: Tahun-Tahun Tanpa Matahari dan Bulan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co