Masyarakat Bali adalah masyarakat yang ramah, terbuka kepada orang luar, cinta harmoni, dan memiliki budaya yang adi luhung yang tetap mampu bertahan.
Penilaian itu awalnya diwartakan oleh orientalis masa kolonial yang sempat mengunjungi Bali dan memandang masyarakat Bali sebagai masyarakat yang eksotik yang berbeda dengan masyarakatnya sendiri, masyarakat Barat, dan perlu dijaga kelestariannya. Suatu penilaian yang mungkin saja jujur. Akan tetapi bukan tidak mungkin memiliki tujuan tertentu.
Penilaian yang bernada pujian itu tersebar di Eropa dan masyarakat Barat pada umumnya yang menyebabkan mereka tertarik mengunjungi Bali. Masyarakat Bali, juga masyarakat Indonesia percaya kepada kebenaran penilaian itu. Kemudian pengetahuan dan kepercayaan itu dapat saja dimanfaatkan oleh yang berkepentingan.
Sampai saat ini, ketika masyarakat di seluruh dunia berubah dengan cepat di era industri 4.0, pengetahuan dan kepercayaan bahwa masyarakat Bali mampu mempertahankan nilai-nilai budayanya yang adi luhung masih lekat. Seorang aktivis media sosial yang pernah bermukim di Bali menulis, masyarakat Bali mampu mempertahankan nilai-nilai budaya yang dianutnya secara turun temurun.
Di Bali dengan mudah dapat disaksikan benda-benda, patung-patung, upacara-upacara dari masa lampau berdampingan dengan simbol-simbol teknologi mutakhir. Aktivis media sosial terkenal itu melanjutkan, biarkan Bali tetap demikian, jangan diusik.
Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya pujian itu masyarakat Bali, paling tidak sebagian, mendapat anugerah kemakmuran melalui pariwisata. Namun di sisi lain, tidak disadari masyarat Bali berada di bawah kendali kuasa karena kepercayaan terhadap pujian itu.
Khasanah teori sosial menyampaikan ada dua cara mengendalikan dan menguasai masyarakat. Pertama, mengendalikan pikiran melalui penyebaran pengetahuan dan kepercayaan. Kedua, menguasai sumber daya: faktor produksi, sumber pendapatan dan lainnya.
Masyarakat Bali yang memperoleh pengetahuan tentang dirinya dari orang asing dan memercayai kebenaran pengetahuan itu, telah berupaya mempertahankan gambaran orang asing tentang masyarakat Bali itu dengan segala biaya.
Orang Bali berupaya menampilkan dirinya sebagai masyarakat yang ramah bertahun-tahun, kalaupun orang yang datang ke Bali tidak selalu ramah terhadap Bali.
Orang Bali terbuka terhadap kedatangan orang luar Bali, meskipun kalau orang Bali ke luar Bali tidak selalu diterima dengan terbuka.
Orang Bali berupaya keras menjaga harmoni, toleran terhadap orang-orang yang berbeda identitas bahkan ketika orang lain tidak toleran terhadap orang Bali.
Segala sesuatu yang disebut budaya akan dipertahankan di Bali karena merupakan warisan yang adi luhung.
Mungkin itulah keberhasilan kendali kuasa atas masyarakat Bali melalui penyebaran pengetahuan dan kepercayaan. (T)
Singaraja 01022019