“Banyak jalan menuju Roma” begitu kata bijak yang sering terlontar untuk membesarkan hati orang-orang yang merasa kecewa karena harapannya tak sesuai dengan kenyataan.
Kata “Roma” walaupun berarti sebuah tempat di Eropa, tetapi dalam hubungan dengan kalimat tersebut bermakna sangat luas. Selain sebagai tempat, bisa juga berarti kondisi, perasaan, dan pencapaian dan lain-lain. Tetapi inti dari maksud kata “Roma” tersebut adalah tujuan yang ingin capai.
Tujuan bisa menyangkut banyak hal, dari tujuan pribadi yang bersifat harian, mingguan, bulanan, tahunan, bahkan selama hidup, juga bisa melebar ke sekitar, seperti tujuan sebagai pasangan, keluarga, keluarga besar, masyarakat, suku, rasa, bangsa sampai tujuan sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang hidup di bumi. Tapi apapun bentuk, berapapun luas, lebar, tingkat, kelipatan dan lain-lain, untuk mencapai tujuan diperlukan alat, yang dipadankan dengan jalan.
Dalam melakukan aktifitas keagamaan, yang bertujuan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, ketika melihat upacara besar yang banyak dikritik kalangan cendikiawan seorang teman dengan santai dan bijak berucap, “Bagus sekali, karena sebuah tujuan memang seharusnya memiliki banyak jalan, sehingga saat bersama menuju ke sana, kemungkinan untuk saling mendahului menjadi kecil,” katanya.
“Banyak jalan” dua kata itu, ternyata selain bisa untuk menghibur hati yang kecewa, juga bisa dipakai untuk mentoleransi perbedaan. Di luar kedua fungsi itu, penyampaian tentang “banyak jalan” untuk sampai di tujuan, juga bisa menunjukkan keluasan wawasan si pengucap, yang telah sampai di tujuan. Dalam hal ini dua kata “banyak jalan” bisa berarti penghiburan, permakluman dan penguasaan.
Jika kita ingin ke suatu tujuan, misalkan saja ke Besakih, maka untuk sampai di sana, kita tetap harus mengambil satu jalan dari “banyak jalan” yang kita tahu untuk sampai di Besakih. Pengetahuan tentang “banyak jalan” untuk ke Besakih tidak akan pernah mengantarkan seseorang untuk sampai di Besakih.
Karena untuk sampai di Besakih, seseorang harus “berjalan” pada satu jalan. Hanya dengan berjalan, seseorang akan sampai di tujuan. Memang masing-masing jalan mempunyai tantangannya sendiri, tetapi kesadaran akan jalan yang dipilih dan kemungkinan resiko yang dihadapi akan membuat seseorang menjadi waspada.
Ketika “”berjalan” ke tujuan ada kemungkinan kita salah jalan, tersesat, atau perangkat yang kita pakai dalam perjalanan tak memungkinkan bagi kita untuk melanjutkan perjalanan. Saat seperti itu, bisa saja kita memutuskan untuk memilih jalan lain, dengan tetap berfokus pada tujuan awal yaitu ke Besakih.
Dalam perjalanan, apapun jenis perjalanan itu, sebelum memutuskan memilih jalan, maka sangat penting untuk memahami kondisi diri sendiri, dan kemungkinan-kemungkinan untuk berganti jalan.
Kadang-kadang ada orang-orang yang merasa tidak cocok dengan “banyak jalan,” yang telah ada, sehingga selalu berganti-ganti jalan. Karena selalu berganti jalan, ia tak akan pernah sampai di tujuan, karena ia tidak berjalan, tetapi “jalan-jalan” yang meletakkan tujuannya pada jalan itu sendiri.
Atau ada juga orang yang setelah berjalan merasa tidak bisa sampai di tujuan melalui jalan tersebut, dan melalui “banyak jalan” yang sudah tersedia. Untuk yang seperti ini, sebaiknya ia segera mengumpulkan daya upaya untuk “membuka jalan” merealisasikan makna sesungguhnya dari kalimat “banyak jalan” menuju Roma.
Selamat menjalani