5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

4 Tahun Jokowi, 4 Tahun Saya

Riki Dhamparan PutrabyRiki Dhamparan Putra
October 25, 2018
inEsai
4 Tahun Jokowi, 4 Tahun Saya

Saya (penulis) dan Andrinof Chaniago

60
SHARES

MUNGKIN saya ke-geer-an, tapi fakta memang, saya merasa ‘dimata-matai’ oleh Presiden Jokowi. Prosesnya dimulai ketika September 2014 lalu saya menerbitkan kumpulan puisi yang kedua, Mencari Kubur Baridin. Pada saat yang sama, Jokowi juga mempersiapkan kabinet kerja pertamanya selaku Presiden RI.

Entah mengapa pula saat launching kumpulan puisi itu di Denpasar, moderator (Wayan Sunarta, S.Sos) menanyakan kepada saya mengapa judul buku saya bukan “Mencari kursi di kabinet Jokowi”, misalnya? Waktu itu setelan pakaian saya kebetulan pula bernuansa Jokowi. Kemeja putih bersih, celana hitam, pas dengan badan postur yang langsing.

Jadi mungkin moderator waktu itu punya alasan untuk bertanya seperti di atas. Dan waktu itu tentu saja, saya hanya tersenyum saja.

Tak lama kemudian, viral di media sosial foto Jokowi sedang mengenakan sarung dan kaos singlet di istana. Iseng, saya mengupload pula foto saya di FB sedang mengenakan sarung tapi berkemeja dan berfose di kontrakan, istana saya. Segera saja, foto itu mendapat respon dari teman-teman. Langsung banyak komentar. Saya menduga, foto saya itu juga viral walaupun hanya di kalangan teman-teman saya sendiri yang tak seberapa jumlahnya.

Setelah itu, saya menyangka, tak akan ada lagi moment unik yang bakal membantu saya terhubung secara aneh dan imajinatif dengan Jokowi. Ternyata saya salah. Di Kalimalang, di pintu gang utama menuju kontrakan saya, sedang dibangun pintu tol Becak-Ayu. Singkatan dari tol Bekasi–Cawang–Kampung Melayu. Proses pembangunan tol itu sangat menganggu saya secara pribadi, karena membuat jalan becek ketika hujan, dan membuat saya harus memutar lebih jauh untuk menyeberang ke jalan Kalimalang.

Saking jengkelnya saya pada pembangunan tol itu, saya sampai menulis puisi bergaya protes,: Tol, jangan brengsek//engkau bukan pintuku/bukan tempat laluku//…pergilah engkau bersama suara berisik kendaraan roda empat dan alat-alat berat itu//pergilah bersama kaum kelas menengah//angka-angka projek….

Begitulah. Tapi puisi itu tak pernah saya lanjutkan. Tiba-tiba saya merasa iba pada kelas menengah dan orang-orang kaya yang mobilnya kesusahan lewat di jalan Kalimalang yang sempit itu. Juga kepada pengguna trasportasi umum yang setiap hari terpaksa bermacet-macet di jalan Kalimalang untuk berangkat dan pulang kerja. Mungkin tol akan membantu mereka lebih cepat, pikir saya waktu itu.

Dan memang demikianlah adanya. Walaupun puisi saya tak berlanjut, tol itu berlanjut dengan cepat. Mungkin tidak sampai dua tahun sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi. Celakanya, seremoni peresmiannya dilakukan di pintu gang ke kontrakan saya yang kini menjadi pintu tol itu. Lagi-lagi, saya merasa dimata-matai Jokowi. Bayangkan, kami hanya berjarak kira-kira tiga puluh meter saja. Saya menonton di kontrakan yang sempit, Jokowi membuka seremoni tol tak jauh dari saya.

Sekarang, jalan sepanjang Kalimalang sudah jauh lebih lebar. Di atas aliran sungai, berdiri megah salah satu bukti kerja Jokowi yang tentu saja besar manfaatnya bagi mobilitas masyarakat. Bangun-bangunan bedeng dan permanen yang dulu menyesaki pinggir sungai, kini sudah berganti jalan umum. Kalau dari estetika, memang jauh lebih rapi dan tertib kelihatan.

Jalan raya, memang salah satu capaian Jokowi paling menonjol dalam kerjanya sebagai presiden. Selama 4 tahun, ia telah membangun ribuan kilimeter jalan. Menurut keterangan terakhir mentri PUPR, sampai 2018 pemerintah telah membangun 3.432 km jalan nasional, 941 km jalan tol, dan 39,8 km jembatan untuk mendukung konektivitas. Sebagai proyek itu itu dibangun di luar Jawa. Artinya, melalui infrastruktur, Jokowi melakukan pemerataan pembangunan dengan kuantitas yang belum pernah dicapai sebelumnya.

Papua, menjadi pulau yang mendapat fokus luar biasa dari Jokowi untuk infrastruktur ini. Sepanjang 1.066 kilimoter jalan Trans Papua sudah tersambung dan beraspal. Sejak republik berdiri, orang Papua mungkin tak akan pernah membayangkan bisa memiliki jalan sepanjang itu. Sikap ngotot Jokowi untuk menembus Papua dengan jalan, bagaimana pun harus diapresiasi sebagai bukti program pemerataan dan pemanusiaan di sisi lain. Tanah Papua yang isi buminya banyak dikeruk untuk kepentingan nasional itu, selama ini memang jauh dari pembangunan. Tak heran, jika warga di sana menamai jalan-jalan yang kini ada itu dengan ungkapan: Jalan Jokowi.

Infrastruktur jalan juga yang membawa saya pada peristiwa unik yang lain, yang membuat saya makin merasa memang punya hubungan khas dengan Presiden Jokowi. Kisahnya akhir tahun lalu, saya dan kawan saya David Krisna Alka, bertemu mantan Menteri Bappenas, Andrinof Chaniago di tempat nongkrong saya di Kalibata City.

Saya dan Andrinof mendiskusikan kemungkinan untuk meneruskan gagasan balai seni STA yang terbengkalai di Toya Bungkah, Kintamani, Bali. Cita-cita kebudayaan STA, menurut pandangan saya perlu dirintis ulang di Sumatra Barat karena wialayah itu memiliki syarat-syarat materil dan immateril yang memadai untuk mewujudkan cita-cita STA itu. Bahkan kali ini, gagasan kebudayaan itu lebih diperluas sesuai dengan konteks dan visi zaman post-milenial.

Andrinof sepikiran, dan kami merencanakan terlebih dahulu sebuah event kebudayaan yang bakal mempertemukan seniman, sastrawan, pemikir kesenian, kalangan industri budaya dan pariwisata. Tujuan kegiatan ini untuk tahun pertama, mendorong kalangan pemodal meningkatkan aksi – dari sekedar partisipasi ke investasi dalam kebudayaan.

Saya pun pulanglah ke Padang untuk mempersiapkan kemungkinan itu. Tempat yang saya tuju kebetulan kampung saya, Mandeh, yang saat ini menjadi destinasi pariwisata andalan Provinsi Sumatra Barat. Tempat yang sangat indah dan perawan, dengan topografi perbukitan dan aliran sungai yang langsung bertemu dengan pantai. Di depannya pulau-pulau berpasir putih memagari segara-segara bening berombak tenang. melindungi kawasan itu dari keganasan Samudera Hindia. 80 % hutan perbukitan di Mandeh adalah hutan lindung yang hijau, dan di sisinya kini telah dibangun jalan aspal beton yang lebar dan mulus sepanjang 56 km.

Jalan ke Mandeh, Sumatra Barat, yang dibuat Jokowi

Jalan itu tak lama lagi akan selesai seluruhnya dan akan tembus ke kota Padang hingga memudahkan wisatawan mengunjungi Mandeh dari bandara. Tapi yang lebih terpenting adalah penduduk di kawasan Mandeh itu sendiri yang terdiri dari beberapa desa. Sekarang mereka sudah memiliki akses darat untuk ke luar. Harga dji sam soe juga menjadi lebih murah. Tak heran, kalau masyarakat di sana menjadi mengenal Jokowi lebih dari warga Sumatra Barat di daerah lain yang tak terlalu cocok dengan Jokowi karena alasan yang tak saya tahu.

Di kawasan Mandeh itu ada satu kampung bernama Sungai Nyalo, dihuni kira-kira 200 kk saja. Waktu saya tiba, wali nagarinya membawa saya ke pelanta kayu di depan sebuah kedai di tepi laut dekat gelanggang nagari. Kami pun mengobrol di situ dan tahulah saya, pelanta yang sama, juga menjadi tempat duduk Jokowi saat datang ke Sungai Nyalo untuk meresmikan kawasan Mandeh sebagai destinasi wisata . Sebuah pelanta kayu yang diteduhkan dengan atap daun kelapa, diteguhkan dengan sebuah sandaran dari kayu Laban sebesar lengan orang dewasa.

Di situlah, saya pun bercakap-cakap dengan warga sampai sore, seperti halnya Jokowi bercakap-cakap mendengarkan keluhan masyarakat. Bedanya saya merokok, dan tidak pakai pengawal, kecuali kepala dinasa pariwisata kabupaten Pesisir Selatan yang waktu itu menemani saya. Dan sejujurnya, diam-diam saya memang membayangkan andai diri saya seorang presiden kala itu.

Kegiatan budaya yang direncanakan akhir tahun 2018 itu, belum terwujud. Uda An (Andrinof Chaniago) yang sedianya mencarikan duit untuk acara itu, ternyata tak kunjung kongkrit. Kesibukannya selaku komisasris utama BRI tampaknya terlalu menyita waktu, hingga kami pun sudah agak sulit bertemu belakangan. Terakhir saat kami ngopi lagi di tempat nongkrong saya di Kalibata City, kami masih saja dalam tahap pembahasan.

Mungkin itulah beda yang nyata antara Jokowi dengan saya. Jokowi mewujudkan rencana-rencananya dalam empat tahun ini, sementara saya tetap dalam rencana-rencana. Beda lainnya, Jokowi orang yang ngotot, sementara saya orang yang rileks dalam banyak hal. Padahal dalam kehidupan ini memang kita perlu ngotot untuk beberapa hal. Seperti misalnya sikap ngotot Jokowi agar jalan Trans Papua dibangun. Tanpa sikap ngotot, hal itu tentu tak akan tercapai. Sebab menurut laporan khusus Harian Kompas, upaya membangun infrastruktur jalan di Papua sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1970 di awal orde baru. Tapi karena tak ada pemimpin yang ngotot, jalan itu tak jadi-jadi. Jokowi lain, ia ngotot, jalan pun jadi menembus pedalaman dan perbatasan.

Cukup lama saya di kampung akhir tahun 2017 itu. Di luar dugaan, saya mendadak jadi ‘jubir’ tak resmi Jokowi tanpa pelantikan, tanpa pengangkatan. Orang kampung saya, yang memang tidak memilih Jokowi di pemilu 2014, rupanya melampiaskan semua kesusahan ekonomi mereka pada Jokowi. Terutama petani karet. Harga getah karet murah, menurut mereka itu sejak Jokowi menjadi presiden. Yang lebih mengejutkan ketika kebanyakan orang kampung saya menyangka Jokowi akan mengubah Indonesia jadi negara komunis, Jokowi membenci ulama, dan isu-isu sejenis yang kita tahu merupakan hoax berunsur fitnah yang telah muncul menyerang Jokowi sejak ia maju menjadi capres di pemilu 2014 lalu.

Saya tentu merasa tak nyaman karena kebanyakan orang kampung saya melakukan penilaian terhadap pemimpinnya berdasar hoax. Bukannya alim, hal itu malah akan membuat Sumatra Barat bertambah tampak bodoh. Jadi pelan-pelan saya menjelaskan duduk perkara beberapa topik saat ngobrol di lapau-lapau maupun saat bersama orang kampung di ladang. Saya terangkan, tidak betul Indonesia akan jadi komunis, saya paparkan Jokowi itu orang soleh karena sudah 20 tahun tidak pernah berhenti melakukan puasa Daud atau pun puasa senin-kamis. Mana mungkin orang seperti itu membenci ulama?

Mungkin karena seringnya saya berdiskusi semacam itu dengan orang kampung saya, ada teman berseloroh saya ini orang istana. Lumayan, saya naik status, dari penyair ke orang istana. Percakapan-percakapan di lapau itu mungkin memang membawa hasil. Selama tiga bulan di kampung, saya melihat banyak perkembangan di level wacana terkait Jokowi. Di lapau-lapau, banyak orang yang mulai positif melihat Jokowi. Karena itu sembari bercanda, ketika baru-baru lalu sejumlah kepala daerah di Sumbar menyatakan diri mendukung Jokowi dua periode, saya katakan pada teman-teman saya, itu terjadi karena saya pulang kampung. Hehehe..

Beberapa penjelasan saya mengenai Jokowi itu juga terbukti benarnya dan dilihat sendiri oleh orang Sumbar. Contohnya, waktu Jokowi bertandang ke sate Mak Syukur di Sumatra Barat saat melakukan kunjungan kerja di Padang. Waktu itu Jokowi sedang melakukan puasa sunah Senin – Kamis. Jadi tak makan saat sampai di warung sate Mak Syukur yang terkenal itu. Pejabat dan ulama Sumbar yang sempat mengira Jokowi bukan orang muslim, pasti akan tercengang-cengang. Dan karena media setempat mengabarkan pula kejadian itu, orang kampung saya tahu. Akibatnya, mulai percaya kepada saya. Jadi layaklah, kalau saya mengklaim, Jokowi perlu berterimakasih kepada saya.

Tetapi bukan hanya di Jakarta dan Sumbar saja, hubungan goib antara saya dan Jokowi terjadi. Februari 2018 lalu, Presiden Jokowi berkunjung ke desa Marga Tabanan. Di media, saya lihat fotonya sedang berkumpul bersama petani di sebuah sawah di Desa Kukuh. Setelah saya amat-amati, pematang sawah tempat Jokowi berkumpul itu, adalah pematang yang sama yang dulu saya titi saat masih menjadi warga desa di Marga. Saya jadi tersenyum-senyum sendiri melihat foto itu: memang Jokowi tampaknya sengaja mengikuti titik-titik perjalanan saya…. (T)

Jakarta, Oktober 2018

Tags: JokowiPapuaSumatra
Previous Post

Horeee, Warga Sedahan-Mengwi Punya Balai Banjar Baru

Next Post

Kampung Papua, Antara Eksploitasi dan Konservasi (1)

Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

Next Post
Kampung Papua, Antara Eksploitasi dan Konservasi (1)

Kampung Papua, Antara Eksploitasi dan Konservasi (1)

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co