Boleh dikata Street Art atau “seni jalanan” adalah bentuk ekspresi kesenian yang direpresentasikan di “jalanan” atau ruang publik di luar medan sosial seni rupa umumnya semisal galeri ataupun art space.
Merayakan 9 tahun keberadaannya, Djamur, komunitas street art Bali, akan mengadakan pameran bersama; bukan semata menghadirkan karya yang sudah jadi, melainkan adalah sebentuk proses cipta langsung atau on the spot, yang diupayakan akan ditayangkan langsung secara berkala melalui live streaming di youtube chanel Bentara Budaya Bali.
Awal Proses : Jumat, 22 Desember 2017, pukul 18.30 WITA.
Pameran berlangsung : 23 Desember – 5 Januari 2018, pukul 10.00 – 18.00 WITA
Mulai dari karya mural, grafiti, stensil, patung, object art, hingga performance art. Pendek kata adalah sebentuk street art dengan segala macam ekspresi kesenian, merespon secara menyeluruh ruang publik Bentara Budaya Bali.
Merujuk tajuk “Gift From Street”, mereka akan menyikapi fenomena sosial budaya, mengkritisi hiruk pikuk dunia politik tanpa tergelincir jadi partisan, juga bayang bayang bencana ekologis, hingga persoalan life style dalam masyarakat urban.
Dalam konteks seni rupa Bali, street art telah menjadi “jalan” kreatif beberapa seniman muda, kelompok maupun personal. Mulai marak pada akhir dekade 90an hingga awal era milenial di dekade 2000an, seturut munculnya kesadaran untuk menggali kemungkinan kemungkinan estetik dan artistik baru.
Djamur adalah salah satu komunitas perupa muda di Bali, berdiri tahun 2007, yang dalam perkembangannya diidentikkan sebagai salah satu komunitas street art di Bali khususnya mural.
Namun komunitas ini tidak pernah “fanatik” untuk menyekat ekspresi kesenian mereka sebagai seniman ruang publik. Berbagai aktivitas berkesenian seperti pameran di ruang-ruang kebudayaan dan art space pun kerap mereka jajagi sebagai sebuah bentuk perayaan sekaligus upaya terobosan kreatif guna menghasilkan karya unggul yang lebih kontekstual dengan publik luas.
Turut memaknai rangkaian pameran ini, dihadirkan pula pertunjukan akustik, performing art serta artist talk.
Adapun personil komunitas Djamur yang terlibat dalam pameran ini antara lain; Mankgen aka Genetik, Arde Wiyasa aka Sangut, Anak Agung Gede Wira Merta, Icha Capunk , Perwira Kusuma, Arsew Made, Gede Sumarjaya aka Bull, Gede Agustinus Darmawan aka Timbool, I Kadek Surya Darma aka Goswah, Gung Risma, I Wayan Wasudewa aka Datuk Artwork, Gede Bambang Yoga, Jombol, I Nyoman Suradman, I Ketut Bagia yasa, Gede Adi Semarajaya. Sebagai kurator adalah I Made Susanta Dwitanaya.
Sebelumnya, Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia juga menyelenggarakan pameran street art serangkaian program World Culture Forum (WCF) 2016 yang kembali dilangsungkan di Bali pada 10-14 Oktober 2016, merujuk tajuk “Budaya Untuk Bumi yang Terbuka, Toleran dan Beragam”. Para seniman street art yang terlibat tergabung dalam Komunitas Pojok, Komunitas Djamur dan Slinat. Mereka berkarya secara on the spot di Bentara Budaya Bali, sebagaimana proses cipta alami mereka selama ini. (T/R)