JIKA memasuki Desa Plaga (di Kecaman Petang, Badung, Bali), silahkan pelan-pelan, jika perlu berhentilah, jika beruntung akan berjumpa dengan ‘bunga (Mpu) Bahula’.
Warga muda Desa Plaga ini mungkin saja telah lupa asal nama desanya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di lembah-lembah dan jalan di desa ini. Nama tumbuhan ini adalah Bahula. Nama lokalnya adalah Pelaga (Kapulaga). Tumbuhan ini mirip dengan Gamongan dan Jahe.
Bahula dalam nama Sansekerta dari Pelaga atau Kapulaga. Bahula* ini mengingatkan kita pada seorang tokoh di masa silam yang bergelar Mpu Bahula. Mpu Bahula adalah putra dari Mpu Baradah yang tersohor dalam sejarah Jawa dan Bali.
Kenapa kira-kira nama sosok Mpu tercerahi bergelar Bahula?
Jika masuk angin, sakit tenggorokan, sering pilek dan tidak enak badan, di masa lalu obatnya adalah seduhan tanaman Bahula. Cukup minum teh atau seduhan Pelaga/Kapulaga.
Caranya? Batang kapulaga ditumbuk dan dikeringkan. Batang Kapulaga kering itu direbus dan disaring, lalu diminum seperti halnya minum teh.
Literatur herbal menyebutkan kapulaga terkenal sebagai ekspektoran. Beberapa penelitian mengungkapkan khasiat ekspektoran itu ternyata berasal dari kandungan minyak atsiri sineol-karminatif yang juga bekerja pada obat masuk angin. Sineol yang serupa tetapi tak sama dengan eukaliptol kayu putih ini lebih pedas, tetapi sejuk saat ditelan. Biasa dipakai untuk membuat peppermint.
Praktek pemanfaatan Kapulaga dapat ditemui dalam masyarakat Badui, minuman kapulaga dimanfaatkan untuk penghangat sekaligus penjaga stamina atau daya tahan tubuh.
Selain batangnya, biji kapulaga banyak sekali manfaatnya, seperti: Mengatasi gangguan tenggorokan, kembung, kejang perut, sakit perut, masuk angin, bau mulut (air rebusan bahan-bahan diminum), muntah, radang lambung (maag), dan demam, batuk rejan (bisa diminum atau tumbukannya dioleskan pada dada dan leher).
Biji Kapulaga kini telah banyak diekstrak menjadi minyak asiri dikenal dengan nama oil of cardamom dijual dalam dalam botol.
Jika Anda bermasalah dengan mulut Anda (maksudnya bau mulut menyengat), Kapulaga bisa dijadikan bahan baku cairan untuk mengatasi bau mulut dengan jalan air rebusan campuran bunga kapulaga dan bahan lain dipakai berkumur.
Yang istimewa, aroma rebusan ‘Bunga Mpu Bahula’ ini membuat mulut kita jadi harum. Tak salah jika tumbuhan penuh khasiat ini menjadi gelar Mpu yang mampu menundukkan Dyah Ratnamanggali putri dari Dyah Rangdeng Dirah yang tersohor sakti menguasai berbagai ‘aji wegig’.
Dari perkawinan Mpu Bahula dengan Dyah Ratnamanggali lahirlah Mpu Tantular, seorang bhujangga tercerahi yang menulis kita ‘Kakawin Sutasoma’. Mpu Tantular mempunyai empat orang putra yaitu Danghyang Asmaranata, Danghyang Sidhimantra, Danghyang Manawasikan serta Danghyang Kepakisan. Darah dan ajaran Mpu Bahula** mewarnai sejarah kepanditaan di Bali. (T)
Keterangan:
*Bahulā (बहुला) juga disebutkan penggunaanya dalam Āyurvedic. Bahulā (बहुला) merupakan nama sungai dekat tujuh gunung di sisi barat gunung Naiṣadha, demikian disebutkan dalam Varāhapurāṇa.Bahulāvana (बहुलावन)—adalah nama hutan di sisi barat Sungai Yamunā.
** Dalam ajaran Buddha ada juga disebut ‘Bahulā Sutta’ (Mahā-Paññā Vagga V.412) yaitu ajaran yang menyebutkan bahwa ada empat kondisi yang membantu pertumbuhan wawasan dan kesadaran kita: 1). Mengikuti kebajikan, 2). Mendengar hal-hal yang baik, 3). Perhatian yang sistematis terhadapnya, dan 4). Hidup sesuai dengan ajaran kebajikan. Keempat kondisi tersebut, disebut ‘Bahulā Sutta’, jika dikembangkan dan dibuat bertumbuh, membantu pertumbuhan wawasan kesadaran dan kedamaian batin kita.
Catatan Harian, 18 November 2017