BENCANA Gunung Agung tahun 1963 berlangsung sangat panjang. Untuk itu, dibutuhkan gerakan moral yang terorganisir sehingga bisa membantu meringankan beban pengungsi dalam jangka panjang.
Bali memiliki semangat Nyama Braya yang sangat kuat. Berbekal tradisi dan budaya ini, masyarakat Bali mudah mengadaptasi gerakan moral ini. Gerakan moral ini akan meringankan beban pengungsi dalam jangka panjang, baik kehidupan sosial, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Gerakan moral ini akan membentuk pola penanggulangan bencana mandiri di Bali sehingga siap menghadapi setiap bencana.
1. Gerakan Moral “Keluarga Asuh Pengungsi G. Agung” dilaksanakanndengan prinsip 1 Keluarga = 1 KK pengungsi.
2. Pola kekerabatan msh kuat di antara pengungsi. jadi solusinya:
a. Satu keluarga pengungsi diasuh dalam lokasi keluarga asuh yang lokasinya berdekatan.
b. Satu dusun pengungsi diposisikan di lokasi satu dusun desa asuh
c. Satu desa pengungsi dilokasikan di satu desa asuh
3. Untuk menjaga kekerabatan pengungsi, dusun atau desa asuh membuat kegiatan di balai banjar atau balai desa yang melibatkan pengungsi sehingga mereka bisa bersosialisasi setiap waktu.
4. Dusun atau desa asuh membuat kegiatan, misalnya
a. Belajar dan bermain bagi anak-anak.
b. Swa karya bagi pengungsi yang bisa menghasilkan uang bagi mereka dimana karyanya dijual di desa asuh atau dibantu utk disalurkan ke desa lain atau ke pasar. aktivitas ini akan tetap menjadikan mereka mandiri dan tangguh menghadapi bencana dalam jangka panjang.
5. Makanan bagi pengungsi tetap disalurkan oleh posko pengungsian yang dikelola oleh pemerintah, misalnya pembagian beras melalui banjar di tiap desa dalam setiap kegiatan sehingga keluarga asuh tidak terbebani dengan makanan bagi keluarga pengungsi.
6. Pendidikan bagi anak-anak Paud, TK, SD, SMP, SMA disalurkan di sekolah-sekolah desa asuh atau kecamatan asuh.
7. Kesehatan pengungsi dijamin oleh pemerintah melalui progran pemeriksaan kesehatan di dusun atau desa asuh secara berkala.
Gerakan moral keluarga asuh pengungsi ini mencangkup kehidupan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan pengungsi selama menghadapi bencana. Gerakan moral ini juga akan membuat suasana bencana tidak lagi mencekam dan menyedihkan bagi masyarakat Bali. (T)