SAAT mengajari menulis puisi, siapa pun sebaiknya anak-anak tak dicekoki teori-teori berat, apalagi memaksa mereka menulis tentang sesuatu yang tak sepenuhnya mereka pahami. Biarkan anak-anak menjadi bos bagi dirinya sendiri.
Menjadi bos, mengenal dan menjadi diri sendiri, itu sesungguhnya juga tidak mudah bagi anak-anak. Tapi tugas pengajar adalah menuntun mereka untuk menemukan ide, bukan memberikan ide dan gagasan. Dengan begitu, puisi dapat menjadikan anak-anak mengenal jati diri dan menjadi diri mereka seutuhnya.
Pesan itu terdengar dalam Workshop ‘Cipta Puisi Tingkat SD’. Sastrawan Mas Ruscitadewi saat menjadi pembicara dalam workshop itu mengatakan, “Kami ingin anak-anak dapat mengenali dan menjadi dirinya sendiri. Setelah itu barulah mereka akan dapat mengekspresikan inspirasinya.”
Workshop digelar di Ruangan Mini Cinema 21 , Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Rabu 6 September 2017. Workshop ini merupakan rangkaian dari kegiatan Bali Mandara Nawanatya tahun 2017.
Pada kesempatan itu Mas Ruscita mengenalkan kepada siswa-siswa SD yang hadir tentang bagaimana teknik menuliskan gagasan atau ide puisi. Sebab, menurut Mas Ruscita, selama ini ada anggapan orang, sulit sekali menjadi pengarang. Padahal menjadi pengarang itu tidak sesulit yang mereka bayangkan.
“Jadi saya ingin membangkitkan anak-anak agar sejak kecil terbiasa menulis dan menuangkan ide-idenya. Dalam kesempatan ini di bidang pusi,” jelas Mas Ruscita.
Caranya, menurut Mas Ruscita dengan menjadikan diri mereka bos. “Menjadi bos maksudnya merekalah yang menentukan sendiri ide apa yang ingin mereka tulis dan mereka yang menentukan pilihan katanya sendiri,” ucap Mas Ruscita Dewi.
Hanya dengan cara seperti itu, anak-anak menjadi bebas mengekspresikan dirinya. “Sehingga anak menjadi nyaman dan bahagia. Tidak harus semua anak menjadi penyair. Itu yang penting,” tandas Mas Ruscita.
Sementara itu pembicara lainnya, I Gede Mas Suputra menekan tentang gagasan dan menggali gagasan dan ide. Selain itu De Mas — begitu ia biasa dipanggil— juga trik cara mengumpulkan dan menabung kata-kata yang dapat dijadikan bahan menulis puisi. “Karena dalam puisi yang utama adalah memilih kata-kata,” ungkap Mas Suputra.
Sementara itu saat pembukaan, Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan provinsi Bali, Ni Wayan Sulastriani mengatakan, ”Workshop ini untuk mendorong dan menggali bakat anak-anak dalam menciptakan puisi. Sehingga lahir penulis-penulis puisi muda berbakat”. (T/R)