5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sirih dan Sejarah Budaya Kita

Riki Dhamparan PutrabyRiki Dhamparan Putra
February 2, 2018
inEsai

Foto: Putik

16
SHARES

”Berbeda-beda, tetapi mengunyah sirih.” Semboyan ini mungkin cocok untuk menggambarkan kesatuan masyarakat Indonesia. Mengingat, bahasa dan etnik yang berbeda-beda ternyata tunduk pada sirih. Bagi sesiapa yang pernah mengunjungi pelosok-pelosok nagari di Sumatera, Sulawesi, ataupun Indonesia bagian timur, dipastikan masih akan menemui budaya mengunyah sirih ini.

Dalam masyarakat suku di Nusa Tenggara Timur, seperti di Tilong Kupang atau di Nagakeo, kebiasaan mengunyah sirih sampai kini masih dilakukan oleh lelaki dan perempuan. Bahannya pun serupa, yaitu daun sirih, kapur, pinang, dan gambir. Yang membedakan hanyalah jenis kapur, teknologi pengolahan, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyertai tradisi itu. Namun, terlepas dari perbedaan itu, sirih sejak ribuan tahun telah dimuliakan dalam kebudayaan-kebudayaan lokal kita.

Salah satu kaba Minangkabau menyebutkan, Cindua Mato mempunyai ilmu pusaka yang bernama Sirih Tanyo-tanyo. Ia dapat berbicara dengan tengkorak-tengkorak di Bukit Tambun Tulang dengan cara mengunyah daun sirih lalu menyemburkannya ke tengkorak tersebut. Dengan cara itu, Cindua memanggil roh tengkorak itu kembali agar masuk ke badan yang sudah menjadi tulang belulang dan menanyai sebab-sebab kematian mereka.

Pada kali lain, Cindua Mato juga menyemburkan air daun sirih yang sudah dimantrai kepada musuhnya, Imbang Jayo, yang sedang tidur. Imbang yang sakti pun tak berdaya. Ilmu itu dipercaya masih diwariskan sampai sekarang dalam masyarakat Minang dan menjadi ciri mistik lokal yang diandalkan.

Warisan keadaban

Di luar budaya Minangkabau, banyak juga informasi sejarah yang menggambarkan kegunaan dan kemuliaan sirih. Sebuah versi Sawerigading menyebutkan bahwa I Lagaligo (tokoh dalam prosa gigantik Bugis, I Lagaligo) menenangkan diri dengan cara mengunyah sirih. Begitu pula hikayat-hikayat Batak dari masa silam yang menyebutkan adanya Taman Sirih (Taman Obat) sebagai tanda ketinggian ilmu medis Batak kuno. Dalam Negarakertagama, berkali-kali kita temukan sirih sebagai sarana perjamuan antara raja-raja.

Tak diragukan lagi faedah sirih buat kesehatan. Banyak penelitian ilmiah membuktikannya dan ilmu kesehatan modern pun telah mengambil manfaat herba ini. Namun, dalam pengetahuan lokal budaya Nusantara, manfaat sirih lebih maju dari yang diketahui orang di abad ini. Sirih tampil dalam berbagai ritual adat dan menjadi lambang dari adanya warisan keberadaban yang dilandasi rasa hormat dan kebersamaan. Dalam masyarakat Melayu Sumatera, misalnya, sirih adalah sarana pokok dalam berbagai alek adat, seperti perkawinan, menjamba tamu, atau menjambang guru.

Di banyak daerah di Sumatera Barat, sampai sekarang orang menggunakan sirih untuk ”maucok” atau mengundang orang kampung apabila ada warga yang hendak menikah, menyeraya (bergotong royong) ke sawah, membangun rumah, batagak pangulu, atau memperbaiki surau. Tata cara penggunaan sirih ini pun bertahap-tahap.

Kalau hanya mengundang, cukup dibawa sirih sehelai, tanpa carana dan tak perlu pepatah petitih. Kalau sudah di dalam perjamuan formal, seperti bajamba, atau meminang, mestilah didahului dengan beberapa patah kata pengantar (berbalas kata/pantun) sebelum sirih disila untuk dimakan.

Hal serupa berlaku dalam adat negeri-negeri Sumatera lain. Karena itu, dalam prosesi adat, sirih diletakkan di tempat khusus bernama carana, yaitu tepak yang dialas dengan kain bersulam benang emas agar terlihat menawan. Lengkap dengan kapur, gambir, dan pinang. Ini menandai hati yang tulus dan sikap hormat. Dari sinilah bermula ungkapan sekapur sirih. Filosofi budaya alam lisan yang diteruskan dalam kaidah persuratan Melayu hingga kini.

Ruang batin

Kalau dihayati, spirit dalam proses budaya sirih ini adalah berperannya ”sikap batin”, yakni rasa hormat dan ketulusan dalam proses-proses ritual yang bersifat materi. Sirih yang pahit dan kecut seakan terasa manis karena adanya proses kultural yang dilandasi ketulusan dan sikap hormat kepada orang lain.

Dengan cara demikian, sirih tak hanya menjadi media silaturahim dan komunikasi antarbudaya, tetapi sekaligus penanda adanya strategi budaya berkelanjutan dari leluhur masyarakat Nusantara sejak ribuan tahun silam. Bagian inilah yang layak kita refleksikan dalam kehidupan hari ini. Kebudayaan perlu memberi tempat bagi eksistensi ”ruang batin” untuk mengawal jalannya peradaban agar tidak tergelincir dalam dimensi jasmaniah belaka.

Dapat dibayangkan, tanpa sikap batin dalam proses budaya, selembar daun sirih tak akan beda dengan tiket sirkus. Ia tak lebih dari benda komoditas yang tidak mengajarkan apa-apa kepada manusia kecuali kepuasan syahwat. Sayangnya, sikap batin ini menjadi tidak penting belakangan. Budaya urban yang terus dibangun justru menggusur eksistensi ruang batin ini.

Pada tataran kenegaraan, dalam dimensi politik, ekonomi, dan hukum, sikap batin inilah yang justru menjadi hal langka, bahkan kerap kali absen, dalam proses penetapan kebijakan atau dalam implementasi kebijakan itu sendiri. Situasi yang membuat banyak pekerjaan pemerintah, sebagai penyelenggara negara, tidak mendapatkan tempat di batin atau hati masyarakat. Gejala yang ternyata juga terjadi dalam lapangan hidup lain, dari akademik hingga agama, dari pendidikan hingga kesenian.

Para ahli kebudayaan mengatakan, inilah ironi dari zaman yang sakit. Kebudayaan bergerak tanpa budaya dan bukannya menjadi obat, malahan menjadi sumber penyakit baru bagi manusia. Terlebih pahit manakala ternyata pemerintah tak pernah mengevaluasi strategi kebudayaan yang telah mereka rancang di tataran formal itu. Pemerintah malah terus membebani tubuh yang sakit itu dengan kebijakan-kebijakan yang terlalu berorientasi pada ekonomi dan politik. Aneh sekali, negeri yang pernah menyebarkan peradaban ke seluruh dunia ini ternyata tidak memahami arti kebudayaan dalam kehidupannya. (T)

*Tulisan ini pernah dimuat di Kompas

Tags: floraIndonesiakebudayaansejarahtanaman obat
Previous Post

“Homo Ludens”: Permainan adalah Pendidikan Itu Sendiri

Next Post

“Paukon”, Kalender Budaya, dan Imajinasi Kebangsaan

Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

Next Post

“Paukon”, Kalender Budaya, dan Imajinasi Kebangsaan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co