15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sirih dan Sejarah Budaya Kita

Riki Dhamparan PutrabyRiki Dhamparan Putra
February 2, 2018
inEsai

Foto: Putik

16
SHARES

”Berbeda-beda, tetapi mengunyah sirih.” Semboyan ini mungkin cocok untuk menggambarkan kesatuan masyarakat Indonesia. Mengingat, bahasa dan etnik yang berbeda-beda ternyata tunduk pada sirih. Bagi sesiapa yang pernah mengunjungi pelosok-pelosok nagari di Sumatera, Sulawesi, ataupun Indonesia bagian timur, dipastikan masih akan menemui budaya mengunyah sirih ini.

Dalam masyarakat suku di Nusa Tenggara Timur, seperti di Tilong Kupang atau di Nagakeo, kebiasaan mengunyah sirih sampai kini masih dilakukan oleh lelaki dan perempuan. Bahannya pun serupa, yaitu daun sirih, kapur, pinang, dan gambir. Yang membedakan hanyalah jenis kapur, teknologi pengolahan, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyertai tradisi itu. Namun, terlepas dari perbedaan itu, sirih sejak ribuan tahun telah dimuliakan dalam kebudayaan-kebudayaan lokal kita.

Salah satu kaba Minangkabau menyebutkan, Cindua Mato mempunyai ilmu pusaka yang bernama Sirih Tanyo-tanyo. Ia dapat berbicara dengan tengkorak-tengkorak di Bukit Tambun Tulang dengan cara mengunyah daun sirih lalu menyemburkannya ke tengkorak tersebut. Dengan cara itu, Cindua memanggil roh tengkorak itu kembali agar masuk ke badan yang sudah menjadi tulang belulang dan menanyai sebab-sebab kematian mereka.

Pada kali lain, Cindua Mato juga menyemburkan air daun sirih yang sudah dimantrai kepada musuhnya, Imbang Jayo, yang sedang tidur. Imbang yang sakti pun tak berdaya. Ilmu itu dipercaya masih diwariskan sampai sekarang dalam masyarakat Minang dan menjadi ciri mistik lokal yang diandalkan.

Warisan keadaban

Di luar budaya Minangkabau, banyak juga informasi sejarah yang menggambarkan kegunaan dan kemuliaan sirih. Sebuah versi Sawerigading menyebutkan bahwa I Lagaligo (tokoh dalam prosa gigantik Bugis, I Lagaligo) menenangkan diri dengan cara mengunyah sirih. Begitu pula hikayat-hikayat Batak dari masa silam yang menyebutkan adanya Taman Sirih (Taman Obat) sebagai tanda ketinggian ilmu medis Batak kuno. Dalam Negarakertagama, berkali-kali kita temukan sirih sebagai sarana perjamuan antara raja-raja.

Tak diragukan lagi faedah sirih buat kesehatan. Banyak penelitian ilmiah membuktikannya dan ilmu kesehatan modern pun telah mengambil manfaat herba ini. Namun, dalam pengetahuan lokal budaya Nusantara, manfaat sirih lebih maju dari yang diketahui orang di abad ini. Sirih tampil dalam berbagai ritual adat dan menjadi lambang dari adanya warisan keberadaban yang dilandasi rasa hormat dan kebersamaan. Dalam masyarakat Melayu Sumatera, misalnya, sirih adalah sarana pokok dalam berbagai alek adat, seperti perkawinan, menjamba tamu, atau menjambang guru.

Di banyak daerah di Sumatera Barat, sampai sekarang orang menggunakan sirih untuk ”maucok” atau mengundang orang kampung apabila ada warga yang hendak menikah, menyeraya (bergotong royong) ke sawah, membangun rumah, batagak pangulu, atau memperbaiki surau. Tata cara penggunaan sirih ini pun bertahap-tahap.

Kalau hanya mengundang, cukup dibawa sirih sehelai, tanpa carana dan tak perlu pepatah petitih. Kalau sudah di dalam perjamuan formal, seperti bajamba, atau meminang, mestilah didahului dengan beberapa patah kata pengantar (berbalas kata/pantun) sebelum sirih disila untuk dimakan.

Hal serupa berlaku dalam adat negeri-negeri Sumatera lain. Karena itu, dalam prosesi adat, sirih diletakkan di tempat khusus bernama carana, yaitu tepak yang dialas dengan kain bersulam benang emas agar terlihat menawan. Lengkap dengan kapur, gambir, dan pinang. Ini menandai hati yang tulus dan sikap hormat. Dari sinilah bermula ungkapan sekapur sirih. Filosofi budaya alam lisan yang diteruskan dalam kaidah persuratan Melayu hingga kini.

Ruang batin

Kalau dihayati, spirit dalam proses budaya sirih ini adalah berperannya ”sikap batin”, yakni rasa hormat dan ketulusan dalam proses-proses ritual yang bersifat materi. Sirih yang pahit dan kecut seakan terasa manis karena adanya proses kultural yang dilandasi ketulusan dan sikap hormat kepada orang lain.

Dengan cara demikian, sirih tak hanya menjadi media silaturahim dan komunikasi antarbudaya, tetapi sekaligus penanda adanya strategi budaya berkelanjutan dari leluhur masyarakat Nusantara sejak ribuan tahun silam. Bagian inilah yang layak kita refleksikan dalam kehidupan hari ini. Kebudayaan perlu memberi tempat bagi eksistensi ”ruang batin” untuk mengawal jalannya peradaban agar tidak tergelincir dalam dimensi jasmaniah belaka.

Dapat dibayangkan, tanpa sikap batin dalam proses budaya, selembar daun sirih tak akan beda dengan tiket sirkus. Ia tak lebih dari benda komoditas yang tidak mengajarkan apa-apa kepada manusia kecuali kepuasan syahwat. Sayangnya, sikap batin ini menjadi tidak penting belakangan. Budaya urban yang terus dibangun justru menggusur eksistensi ruang batin ini.

Pada tataran kenegaraan, dalam dimensi politik, ekonomi, dan hukum, sikap batin inilah yang justru menjadi hal langka, bahkan kerap kali absen, dalam proses penetapan kebijakan atau dalam implementasi kebijakan itu sendiri. Situasi yang membuat banyak pekerjaan pemerintah, sebagai penyelenggara negara, tidak mendapatkan tempat di batin atau hati masyarakat. Gejala yang ternyata juga terjadi dalam lapangan hidup lain, dari akademik hingga agama, dari pendidikan hingga kesenian.

Para ahli kebudayaan mengatakan, inilah ironi dari zaman yang sakit. Kebudayaan bergerak tanpa budaya dan bukannya menjadi obat, malahan menjadi sumber penyakit baru bagi manusia. Terlebih pahit manakala ternyata pemerintah tak pernah mengevaluasi strategi kebudayaan yang telah mereka rancang di tataran formal itu. Pemerintah malah terus membebani tubuh yang sakit itu dengan kebijakan-kebijakan yang terlalu berorientasi pada ekonomi dan politik. Aneh sekali, negeri yang pernah menyebarkan peradaban ke seluruh dunia ini ternyata tidak memahami arti kebudayaan dalam kehidupannya. (T)

*Tulisan ini pernah dimuat di Kompas

Tags: floraIndonesiakebudayaansejarahtanaman obat
Previous Post

“Homo Ludens”: Permainan adalah Pendidikan Itu Sendiri

Next Post

“Paukon”, Kalender Budaya, dan Imajinasi Kebangsaan

Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

Next Post

“Paukon”, Kalender Budaya, dan Imajinasi Kebangsaan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co