SANGGAR Kampung Seni JKP berkolaborasi dengan Ketut Lanus dan Ary Wijaya menampilkan pentas musikalisasi puisi ‘Rasaning Embang’. Musikalisasi puisi ini menampilkan lima puisi karya Mas Ruscita Dewi. Sementara teater Antariksa menampilkan drama dengan lakon ‘Retisatya Anucara’.
Awalnya , menurut Ngurah Arya Dimas Hendratno dari Sanggar Kampung Seni JKP, ada 15 puisi yang dipelajari untuk dipentaskan. Kemudian dari 15 puisi itu terpilih sembilan puisi. Dari sembilan puisi itu setelah diskusi dengan pemusik (Ketut Lanus dan Ary Wijaya –red) disepakati lima puisi saja yang dipentaskan. “Pemilihan puisi itu dengan pertimbangan vocal, improvisasi pada lagu, improvisasi pada suasana dan pertimbangan pada musik yang masih memberi kami ruang untuk berekspresi.,” terang Arya Dimas.
Menurut Arya Dimas, mereka hanya sempat latihan bersama tiga kali. Itupun dalam kurun waktu sekitar seminggu sebelum pentas. “Karena kami hanya pengganti (menggantikan SMA Soverdi Tuban yang mengundurkan diri –red) dan persiapannya kurang maksimal,” aku Arya Dimas yang tampil bersama Demas, Wah Alit, Ariani dan Inten mementaskan musikalisasi puisi ‘Rasaning Embang’, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam 27 Mei 2017. Pementasan itu merupakan rangkaian dari gelar seni akhir pekan Bali Mandara Nawanatya II – 2017.
Penampilan yang menarik ini, tidak lepas dari beberapa kelemahan. Itu mendapat sorotan dari pengamat sastra, Dewa Jayendra. “Musikalisasi puisi tadi (Kampung Seni JKP –red) konsepnya masih lemah. Hanya saja tertolong dengan aksi panggung dari Arya Dimas dan kawan-kawan,” sorot Jayendra.
Teater Antariksa
Usai Sanggar JKP, tampil Teater Antariksa – SMAN 7 Denpasar yang mementaskan drama dengan lakon ‘Retisatya Anucara’. Lakon ini menceritakan tentang keberadaan sebuah desa denga dua orang Mpu yang memiliki sifat berbeda. Mpu Gundakarna merupakan sosok yang jahat. Ia akan menggunakan segala cara untuk mengalahkan lawannya yakni Mpu Wisnusarya. Hingga pada suatu ketika Mpu Gundakarna berkeinginan mengincar kandungan istri Mpu Wisnusarya guna meningkatkan ilmunya.Namun keinginan tersebut kemudian berhasil digagalkan oleh Mpu Wisnusarya.
Walau begitu ada kesempatan maka Mpu Gundakarna menggunakan ilmu hitam untuk membunuh orang-orang di desa tersebut termasuk istri Mpu Wisnusarya. Kematian sang istri membuat Mpu Wisnusarya murka. Terjadilah pertarungan antara Mpu Wisnusarya dan Mpu Gundakarna. Akhirnya Mpu Gundakarna tewas dalam pertarungan tersebut.
Pementasan teater Antariksa tidak lepas dari apresiasi Jayendra. Menurut Jayendra untuk keutuhan pertunjukkan sudah utuh. “Hanya saja kalau dari kedalaman perlu lebih mendalami lagi. Selain itu terlihat dialog yang masih datar, peristiwa tidak diangkat dengan tepat dan naskahnya saya sepakat masih lemah,” apresiasi Jayendra. (T/R)