BAGI sebagian orang, umur 76 tahun mungkin adalah waktu yang sehat untuk rehat dari segudang aktivitas yang menguras tenaga. Duduk, menikmati secangkir kopi, dan membaca koran, adalah hal-hal yang memang paling dekat jika kita membicarakan umur masa tua. Selebihnya mungkin istirahat atau bersendagurau bersama cucu dan anak tentang masa-masa jaya saat masih muda dulu.
Tapi bagi Bob Dylan, musisi pemberontak yang menempati urutan kedua dalam daftar Greatest Artists of All Time versi majalah Rolling Stone ini, umur 76 belum waktu tepat untuk beristirahat. Sampai saat ini, pelantun lagu-lagu “The Time They Are A Changing”, ”Like A Rolling Stones, Blowin’ In The Wind”, ”Desolation Row” atau “Don’t Think Twice It’s Alright” itu masih semangat untuk tetap hidup dalam gairah seni dan perlawanan yang ia guratkan lewat lirik dan notasinya.
Bob Dylan lahir di Duluth, Minnesota, Amerika Serikat pada 24 Mei 1941. Pemilik nama lengkap Robert Allen Zimmerman ini adalah seorang seniman yang multitalenta. Selain sebagai penyanyi, Bob Dylan juga adalah seorang penulis dan penyair yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tak tanggung-tanggung, tahun 2016 lalu dia sempat menggemparkan dunia karena dinobatkan sebagai peraih Nobel Sastra, sebuah penghargaan paling bergengsi di bidang sastra. Meskipun banyak pertanyaan yang muncul dari penghargaan itu, pihak penyelenggara nobel Swedish Academy menerangkan bahwa Bob Dylan sangat berkontribusi dalam penulisan puitis tradisi lagu Amerika.
Mengutip Billboard, Dylan mempunyai 5 bukti dalam lagu-lagunya yang dapat menjelaskan dia memang seorang penulis dan pencerita yang baik. Ada beragam kisah menarik dalam setiap lagu-lagu yang ditulis Dylan. Ada pun lima lagu tersebut adalah: “Bob Dylan’s 115th Dream” , ”She’s Your Lover Now”, “ The Ballad of Frankie Lee and Judas Priest”, “Hurricane”, dan “Tangled Up in Blue”.
Layaknya lirik-lirik lagunya yang kian membara, jiwa seni dan perlawanan Bob Dylan selalu menyalak tak pernah padam pada usia senjanya. Tahun 1960 merupakan tahun keemasan bagi seorang Dylan di mana di tahun-tahun ini Bob Dylan mengeluarkan beberapa lagu untuk merespon isu-isu sosial politik yang terjadi. Tak jarang beberapa lagu dari Bob Dylan digunakan sebagai soundtrack lagu perlawanan yang menyelusup dalam hingar bingar situasi sosial politik saat itu.
Come writers and critics
Who prophesize with your pen
And keep your eyes wide
The chance won’t come again
And don’t speak too soon
For the wheel’s still in spin
And there’s no tellin’ who
That it’s namin’
For the loser now
Will be later to win
For the times they are a-changin’.
Come senators, congressmen
Please heed the call
Don’t stand in the doorway
Don’t block up the hall
For he that gets hurt
Will be he who has stalled
There’s a battle outside
And it is ragin’
It’ll soon shake your windows
And rattle your walls
For the times they are a-changin’.
(Ayo penulis dan tukang kritik
Yang bekerja dengan pena
Dan tetap buka matamu lebar-lebar
Kesempatan ini tidak akan datang lagi
Dan jangan terlalu dini untuk bersuara
Untuk roda yang masih berputar
Dan tidak ada yang tahu siapa
Itu adalah penamaan
Untuk yang kalah sekarang
Akan menang nanti
Di saat-saat mereka berubah
Ayo senator dan para penghadir kongres
Tolong dengarkan panggilan
Jangan berdiri di depan pintu
Jangan menutup aula
Untuk dia yang tersakiti
Akan menjadi dia yang gugur
Ada sebuah pertempuran di luar
Dan itu sedang berkecamuk
Itu akan segera mengguncang jendelamu
Dan mendesak dinding dindingmu
Di saat-saat mereka berubah)
76 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seorang Bob Dylan dalam menunjukkan bahwa seni adalah media perlawanan dan kata-kata adalah senjatanya. Bob Dylan telah menjadi saksi perubahan jaman dan peradaban yang masih tetap memiliki dua sisi kehidupan; baik dan buruk, hitam dan putih. Fisik boleh berubah dan ringkih, tapi semangat perlawanan tak boleh padam.
Selamat ulang tahun Bob! (T)