5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cerita-Cerita di Garis Perkembangan – Catatan Lomba Cerpen Festra Basindo Undiksha

I Putu Agus Phebi RosadibyI Putu Agus Phebi Rosadi
February 2, 2018
inUlasan

Para juara lomba menulis cerpen diapit pengajar di Basindo Undiksha Singaraja

43
SHARES

PENYELENGGARAAN lomba menulis cerpen Festival Sastra (Festra) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, tahun ini kembali diadakan dengan peserta yang relatif banyak. Artinya, para penulis cerpen masih bersedia memberikan kepercayaannya untuk mengikutsertakan naskahnya.

Dalam keseluruhan lomba, sebagian peserta memang telah sanggup berada pada capaian bahwa mereka telah berusaha untuk menulis cerpen yang bagus. Akan tetapi, banyak pula yang tak sadar, sebagai penulis cerita pendek, selain kita berjalan pada keyakinan, perlu kiranya pikiran bahwa menulis cerita itu memerlukan banyak pertimbangan.

Sebagaimana kita tahu bahwasannya sebuah cerpen adalah ekspresi naratif. Kesadaran semacam ini adalah sebuah struktur untuk membuat cerita pendek yang tak dapat digugat dan tak diketemukan celah lemahnya. Sebab dalam sebuah lomba menulis cerita pendek, yang ditemukan hanyalah pencerita yang sempurna. Pencerita yang baik akan tersisih, apalagi pencerita yang buruk. Pencerita yang buruk tak akan dapat tempat. Tak akan dicatat.

Jika anggapan itu bisa saya andalkan, maka sebagai tukang cerita, tuntutan dalam laku kerja adalah menemukan hal yang baru dan menceritakannya dengan indah. Sementara di tengahnya adalah proses transformasi ide menjadi tulisan. Dalam proses itulah kemudian dibutuhkan egoisme dan ambisi dalam diri. Ketidakpuasan adalah kunci membuat cerita yang sempurna.

Apa yang kemudian dikatakan Jardiel Poncela bahwa Ketika sesuatu dapat dibaca tanpa usaha, usaha besar telah dilakukan dalam penulisannya. Usaha itu kita terjemahkan dalam wujud si pencerita yang mesti berulang-ulang membaca tulisannya dan menduga-duga apa yang menjadi kelemahan. Kemudian merasa tidak puas dan memperbaikinya lagi. Hingga tak terjadi kesalahan, apalagi kesalahan yang bersifat elementer (belepotan dalam penggunaan kaidah bahasa). Itu sangat disayangkan bagi sebuah naskah yang akan diikutsertakan dalam sebuah lomba.

Tapi harapan untuk mencapai hal itu demikian jauh adanya. Dari banyak naskah yang terkumpul lebih banyak naskah yang berada di tataran baik. Tidak mumpuni sebagai cerita pendek yang sempurna. Banyak penulis tidak sadar bahwa setiap elemen akan saling menguatkan. Tak ada yang boleh berdiri sendiri. Membumbung tinggi sekali. Seperti filsafat dari Jepang; paku yang menonjol harus dipalu.

Pada cerpen Jiwa-Jiwa Laut karya Livia Hilda misalnya, si penulis mencoba mencari jawab —ke manakah manusia setelah mati? Ia mencoba memberi warna baru dengan perumpamaan bahwa jiwa-jiwa orang yang telah mati berumah di laut. Bukan di surga atau neraka yang tidak jelas tempatnya. Saya rasa ini adalah cerpen dengan tema yang paling berat. Dan tentu amat sulit menyulap tema yang berat menjadi suguhan yang ringan seumpama Albert Camus mengkongkretkan absurditas L’etranger.

Hampir sebagian dari cerpen Jiwa-Jiwa Laut mampu diceritakannya dengan baik. Namun tak sedikit pula bagian cerita yang menjadi celah kelemahan. Si pencerita tak mampu memberi beban yang seimbang antara ekplorasi imajiner dan realitas. Kadang-kadang, bila penulis cerita lebih mengedepankan imajiner yang terjadi justru cerita itu lebih dekat dengan cerita fantasi yang memerlukan pemikiran tertentu untuk menerimanya.

Si penulis juga terlalu enteng menggunakan nama tokoh Sukab dan Alina yang selama ini dekat di telinga kita sebagai tokoh yang digunakan Seno Gumira Ajidarma. Mestinya si pencerita ini tidak melakukan hal itu. Penentuan nama tokoh kadang-kadang juga penting agar ia menjadi cerita yang original seutuhnya. Tapi, toh, cerita ini memiliki kelemahan paling sedikit sehingga ia pantas menjadi cerpen terbaik.

Sementara pada cerita John Yang Malang karya Bayu Catur terlihat sangat mementingkan teknik bercerita ketimbang apa yang dia ceritakan. Sebenarnya, cerpen ini juga memiliki potensi menjadi cerpen yang sempurna. Namun sayangnya, si pencerita justru menjejal dengan dialog-dialog yang berbau fisafat sehingga terlihat penulis mengungkapkan sesuatu yang abstrak secara abstrak pula. Inilah yang disinyalir oleh Sutardji Calzoum Bachri sebagai salah satu penyakit cerpen Indonesia. Hal itu kiranya tak perlu dilakukan penulis dalam durasi halaman cerita yang singkat karena berisiko meniadakan cerita.

Cerita semacam ini juga kerap menimbulkan tingkat kehambaran cerita yang tinggi. Penulis juga tak menyadari, bahwa dalam menulis cerpen penting juga memosisikan diri sebagai pembaca. Cerpen yang berhasil tentu akan membuat pembaca tak akan menyangka bahwa ia akan mendapat sebuah kejutan ketika ia selesai membacanya.

Kasus ketimpangan takaran cerita juga terjadi pada cerpen Sepanjang Kabut Berembus karya Ida Ayu Made Diah Naraswari. Cerita ini mencoba menggali sebuah kepercayaan sebuah desa tentang kabut yang sanggup membunuh manusia. Eksplorasi kultur etnik semacam ini memang manjadi lahan basah yang menjanjikan untuk diolah menjadi sebuah cerita pendek. Dan menghadapi lahan basah, tentu penulis harus sadar bahwa ia harus menjelma petani yang pandai membaca curah tanah dan cuaca di sekitar. Jika tak demikian, ia tak akan sanggup menuai buah yang baik dari pohon yang ia tanam.

Dalam membaca cerpen Sepanjang Kabut Berembus ini, ada usaha berpikir dengan logika terbalik —menentang pemikiran orang desa yang berpegang teguh pada hal-hal yang bersifat kepercayaan. Hal ini memang cukup berhasil dilakukan. Namun sayangnya, penulis terjebak dengan menciptakan alur patah-patah. Dan celaka pula, cerita ini menjadi lemah karena fokus ceritanya pecah.

Ada juga cerpen dengan judul Tanah Wayah karya Putri Handayani dan Jero Mangku Alit karya I Putu Darmika yang menempel unsur ke-bali-annya dengan dominan. Si penulis cerpen menyelipkan mantra-mantra dan istilah yang bersifat kontekstual dan amat sulit dipahami tanpa catatan kaki atau penjelasan dalam bentuk lainnya. Hal semacam ini sering kita masukkan ke dalam sebuah tindakan salah kaprah. Mengambil tema lokal sebagai penanda primodial mestinya cukup saja menggunakan cara showing don’t telling. Cukup tunjukkan, jangan katakan.

Sementara cerita yang lain seperti Missing you, Imoral, Bukan Sebelah Tangan, dan Unusual Thing (untuk mewakili karya lainnya) dominan mengambil tema sekolah. Tema yang semacam itu tidaklah buruk bila ia dituturkan dengan cara pandang yang lain dan dengan teknik bercerita yang rapi dan mumpuni.

Katakanlah cerita Kenakalan Remaja Manusia yang ditulis Eliza Vitri Handayani di Koran Tempo. Cerpen itu memiliki daya tutur yang kuat dengan setiap elemen yang tidak hanya menempel, tapi melekat seutuhnya. Si pencerita amat rapi menata setiap unsur cerita. Di satu sisi, kita memang tidak bisa memuja cerpen yang rapi. Tapi di sisi lain, cerpen yang rapi kadang sering kita sebut bagus. Mungkin demikian yang sering terjadi bila kita mengalami sebuah proses pembacaan teks cerpen.

Itulah yang menjadi musabab kebanyakan cerita yang terkumpul dalam lomba ini masih berada di garis perkembangan. Artinya memerlukan intensitas menulis yang lebih tinggi agar mencapai kestabilan dalam bercerita dan menuai takaran yang pas untuk dinikmati sebagai cerita pendek. Kemudian, sebagai pencerita kita senantiasa membayangkan seorang pembaca memeluk erat sebuah kertas. Di atas kertas itu, adalah sebuah cerita yang kita tulis.

Pada akhirnya, keberhasilan panita Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, dalam menggelar sebuah lomba adalah sebuah kenyataan yang harus direnungkan. Setiap tahun dalam lomba ini, kadang ada penulis yang tampil gemilang dan tak beberapa lama kemudian menghilang. Terlebih lagi, tahun ini lomba yang digelar menyasar usia muda (15-22 tahun).

Kisaran usia itu amatlah labil dalam bidang kepenulisan. Hal ini juga tak urung mestinya menjadi tantangan agar tak setiap lomba berakhir hanya pada penentuan juara dan setelah itu, boleh tak ada kabar berita. Saya memandang lomba menulis cerpen ini adalah salah satu ruang untuk terus berusaha menghasilkan penulis-penulis baru dan di dalamnya juga ada usaha pembinaan dan pengembangan minat kepenulisan. Dan usaha yang demikian tentu tak akan mudah. Tak akan pernah. (T)

Pemenang Lomba Menulis Cerpen Festra Basindo Undiksha Singaraja

Juara 1
Jiwa-jiwa Laut/Livia Hilda/Sastra Inggris Undiksha
Juara 2
John yang Malang/Bayu Catur/SMA Lab Undiksha
Juara 3
Sepanjang Kabut Berhembus/Ida Ayu Made Diah Naraswari/BK Undiksha
Harapan 1
I Wayan Agus Wiratama/Bahasa Indonesia Undiksha
Harapan 2
Ketut Degeng dan Rumah Singgah/Gusti Putu Satia Guna/Bahasa Indonesia Undiksha

*Penulis adalah salah satu anggota Dewan Juri

Tags: CerpenLombasastraUndiksha
Previous Post

Membidik Peristiwa Menelisik Makna – Catatan Lomba Puisi Festra Basindo Undiksha

Next Post

Satia Guna Main “Bahaya”, Teror Cerita Teror Aktor…

I Putu Agus Phebi Rosadi

I Putu Agus Phebi Rosadi

Setelah menempuh pendidikan di Singaraja, ia kembali ke kampung halamannya di Jembrana untuk menjadi petani sembari nyambi jadi guru. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan cerpen.

Next Post

Satia Guna Main “Bahaya”, Teror Cerita Teror Aktor…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co