DI India dan di Bali, orang berdoa dan berikrar di dalam dirinya, mengajak bicara dan bersyukur, menyembahyangi berbagai alat-alat yang membantu dalam pekerjaan seseorang setiap hari. Tradisi ini merupakan tradisi bersyukur, karena Tuhan memberkati perkakas kerja kita untuk memenuhi tugas dan panggilan hidup (dharma).
Jika setiap hari ada doa sebelum bekerja, serta samudana (doa sebelum mulai memakai peralatan kerja), secara berkala mereka merayakan secara khusus puja atau perayaan untuk alat-alat kerja mereka. Di India disebut Ayudha Puja, di Bali disebut Tumpek Landep.
Tumpek Landep dan Ayudha Puja adalah hari perayaan atau ibadah atau persembahan untuk segala peralatan yang dipakai dalam kehidupan seseorang. Ketika Tumpek Landep dan Ayudha Puja, orang India dan Bali menyucikan (dengan sarana banten/canang/sesasji) segala jenis peralatan perang, peralatan tani, pusaka dan keris, mesin seperti kendaraan , mesin bubut, peralatan bergerak lainnya, alat rumah tangga biasa, perangkat listrik dan elektronik dan komputer.
Tradisi ini mengajari seseorang untuk dapat dengan sadar bersyukur melihat sesuatu yang ilahi ada dalam alat-alat dan benda-benda yang digunakan setiap hari, dengan demikian ini akan membantu seseorang untuk melihat pekerjaannya sebagai sebuah persembahan kepada Sang Pencipta. Ini juga akan membantu seseorang untuk senantiasa terhubung dan ingat pada keilahian yang menjadi esensi berbagai perabotan tersebut.
Tradisi Hindu, baik di Bali dan di India, melihat kekuatan ilahi ada dalam segala benda, menyusup dalam kehidupan manusia dan menjiwai alam semesta. Hindu Bali dan India menghormati batu, pohon, sungai tanaman obat, udara, ruang dan bumi, hewan, serangga, burung, tikus , makhluk laut dan reptil dan segala makhluk (sarvaprani).
Menurut pandangan dan keyakinan Hindu, keilahian menjiwai esensi segala ciptaanNya, baik besi, baja dan berbagai piranti yang menyusun mesin, komputer, dan segala teknologi modern. Ini budaya Hindu dalam mengapresiasi alam dengan segala isinya, sebuah tradisi untuk memahami keseimbangan ekologi dunia ini dan penyelamatan semua penciptaan Tuhan di bumi ini.
Di India, sehari sebelum tiba Ayudha Puja, umat Hindu membersihkan berbagai peralatan mesin mereka, diminyaki, diservis, agar pagi-pagi di hari Ayudha Puja kendaraan bersih untuk dirias dan disucikan/disembahyangi dengan sesaji. Ini juga dilakukan di Bali.
Di India tradisi ritual pensucian dilakukan dengan memecahkan kelapa atau labu abu, yang melambangkan “Bali”, supaya kendaraan atau mesin tidak mengambil korban. Istilah “Bali” di India, baerarti “persembahan darah”. Labu dan kelapa sekarang menggantikan darah kerbau atau babi, namun masih di berbagai bagian di India memakai “Bali” dalam Ayudha Puja.
Di Bali tradisi ritual tidak dengan memecahkan kelapa, namun menempatkan daksina (kelapa dan sesaji) kendaraan, doa-doa dikumandangkan dengan berbagai mantra dan sesontengan (doa yang diucapkan dalam bahasa Bali), demi keselamatan harmoni peralatan dengan pemakaiannya.
Jika Anda berkendaraan di Hari Tumpek Landep di Bali, atau Hari Ayudha Puja di India, Anda akan menyaksikan kendaraan dihiasi dengan bunga-bunga dan sesaji. Di India sangat meriah; kendaraan diolesi dengan kumkum (color powder) dan pasta kur (limestone paste), berkalung bunga-bunga dan berhias pohon pisang. (T)