10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ditunggu Karena Makna, Isi Angpao itu Bonus | Cerita Engkong Tentang Imlek

Julio SaputrabyJulio Saputra
February 10, 2021
inEsai

Foto koleksi penulis

63
SHARES

SAYA warga keturunan. Keturunan Tionghoa sekaligus keturunan Bali. Di tubuh saya mengalir darah Tionghoa dari leluhur Tionghoa, dan darah Bali dari ibu kandung saya.

Sebagai warga keturunan Tionghoa, sudah pasti saya merayakan hari terpenting dalam tradisi Cina, yaitu Tahun Baru Cina atau yang biasa disebut Imlek. Tapi, sebagai warga keuturunan juga, saya tak sepenuhnya paham tentang sejumlah hal di hari raya itu, sehingga sejak kecil saya rajin bertanya.

Orang yang menjadi sasaran pertanyaan saya adalah engkong saya. Karena engkong saya-lah di keluarga saya orang Tionghoa tulen, bukan campuran seperti saya.

Pertanyaannya standar-standar saja, seperti pertanyaan anak-anak pada umumnya. Kenapa Imlek dirayakan secara meriah bahkan sudah ditungu-tunggu dan disiapkan jauh-jauh hari sebelum Imlek tiba? Kenapa Imlek itu penting? Kenapa menggunakan ini? Kenapa menggunakan itu dan lain sebagainya?

Misalnya saya melihat berbagai dekorasi dan pernak-pernik khas hari raya berwarna merah, seperti lampion, pohon angpao, ucapan-ucapan selamat tahun baru, atau dekorasi berupa barangsai dan naga. Semua dekorasi tersebut dapat saya jumpai di mana-mana, mulai dari rumah, restorant, bandara, lobi hotel, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Kenapa ya? Kenapa Imlek ditunggu-tunggu? Apakah karena saat Imlek ada pembagian angpao? Atau karena saat Imlek akan ada berbagai hidangan lezat?

Jawaban engkong saya, ya singkat saja. “Semua itu karena makna!” katanya.

Ya, kata engkong, karena makna. Katanya, maknalah yang membuat Imlek itu penting. Katanya, segala sesuatu dalam Imlek memiliki makna. Maknalah yang membuat Imlek penuh sukacita.

Maknalah yang membuat Imlek selalu ditunggu-tunggu, bukan isi angpao tapi makna angpao, bukan hidangan lezat tapi makna hidangan. Isi angpao dan lezatnya hidangan adalah bonus.

Kembali muncul pertanyaan dalam pikiran saya, memang maknanya apa sampai-sampai masyarakat Tionghoa termasuk keluargaku merayakannya dengan sangat bahagia? Maka engkong pun bercerita agak panjang.

Asal Mula Imlek

Kata engkong, Imlek dirayakan untuk memperingati kemenangan manusia melawan hewan mitos bernama Nian. Hewan itu selalu muncul saat hari pertama tahun baru, memakan semua ternak warga, hasil pertanian, bahkan ia juga memakan orang saat itu, terutama anak-anak. Agar mereka semua selamat, orang-orang mulai menaruh sejumlah makanan di depan pintu rumah mereka, berharap Nian akan memakan makanan yang mereka berikan.

Mereka percaya bahwa Nian yang sudah memakan makanan yang di depan rumah tidak akan lagi memangsa ternak mereka. Katanya lagi, pernah ada yang melihat Nian lari ketakutan dan lari dari seorang anak kecil berbaju merah. Sejak itu, orang-orang menggantung lentera atau lampion merah di depan rumah mereka, dan sejak itu pula, Nian tak pernah lagi muncul di desa mereka.

Itulah mengapa warna merah dipercaya dapat mengusir setan atau roh jahat, selain membawa keberuntungan, berkah, dan kesejahteraan, katanya.

Kemudian, engkong melanjutkan dengan makna-makna yang bisa dijumpai saat Imlek. Saya mendengarkan engkong penuh rasa penasaran, dan satupun tidak saya lewatkan. Engkong memberi tahu makna-makna dalam jeruk mandarin, mie, kue keranjang, permen dan manisan, angpao, tebu, dan lampion.

Jeruk Mandarin

Katanya, jeruk mandarin merupakan simbol kekayaan dalam kepercayaan dan budaya Cina. Kenapa? Karena jeruk mandarin terlihat seperti bola-bola emas, dan dalam bahasa mandarin kata jeruk dan emas memilki kesamaan. Engkong juga bercerita bahwa jeruk mandarin sebaiknya dihaturkan atau dihidangkan lengkap dengan daunnya, karena jeruk yang lengkap dengan daunnya dapat menggambarkan keawetan. Orang-orang Tionghoa selalu mengharapkan keawetan.

Mie

Katanya lagi, mie merupakan simbol panjang umur bagi orang-orang Tionghoa. Itulah mengapa mie saat Imlek kerap kali disebut sebagai mie panjang umur, dibuat sepanjang mungkin dengan harapan orang-orang yang memakannya akan memiliki umur yang panjang. Berarti saya harus banyak-banyak makan mie panjang umur agar saya berumur panjang. Hhhmm, saya kan tidak suka mie. Tapi, saya ingat, itulah makna.

Kue Keranjang

Kue keranjang, kata engkong, harus dimakan sebelum memakan nasi dan lauk pauknya. Katanya sebagai sebuah penghargaan agar selalu beruntung dalam melakukan pekerjaan apapun. Kue keranjang selalu disusun bertingkat dan tinggi. Katanya lagi, makin ke atas makin mengecil kue yang disusun. Itu menunjukan peningkatan rezeki dan peningkatan kemakmuran bagi orang-orang Tionghoa. Selain itu, kata engkong lagi, kue keranjang juga bermakan kerekatan hubungan dalam keluarga, persaudaraan bahkan juga pertemanan. Hhmmmm, begitu rupanya.

Permen dan Manisan

“Permen dan Manis tentu rasanya manis,” kata engkong. Saya bergumam dalam hati, “Tentu saja, kalau asin itu namanya asinan Kong, bukan manisan”. Kemudian engkong melanjutkan lagi, permen dan manisan ini katanya mewakili harapan, keingan dan cita-cita orang-orang Tionghoa yang ingin diraih di tahun yang baru. Kenapa manisan? Agar harapan dan cita-cita yang diraih juga terasa manis. Manis dalam artian penuh suka cita.

Angpao

Nah, untuk yang satu ini sebenarnya saya berharap engkong bercerita sambil memberikan satu atau dua angpao ke saya. Katanya, Hongbao (Hong = Merah, Bao = tas, kantung) atau yang lumrah disebut angpao, bermakna hadiah bagi anak-anak karena umur mereka bertambah.

Kalau dulu, katanya anak-anak diberikan yang manis-manis, seperti makanan, manisan dan lain-lain. “Lalu kenapa sekarang uang?” tanyaku lagi.
Katanya, lebih baik memberikan anak-anak uang agar mereka lebih mudah memilih atau membeli hadiah yang mereka inginkan. Angpao juga berwarna merah karena warna merah katanya membawa berkah dan rezeki.

Saya bergumam, “Kalau angapo warna merah isinya juga merah, ya bagus, kalau angpao warna merah tapi isinya warna biru apalagi hijau, kan sedih,”. Namun, saya ingat lagi kata engkong: bukan isi angpao tapi makna angpao, bukan hidangan lezat tapi makna hidangan. Isi angpao dan lezatnya hidangan adalah bonus. Jadi, saya tetap dapat makna, meski bonusnya sedikit.

Tebu

Setiap Imlek, biasanya orang-orang akan memasang pohon tebu di pintu masuk pekarangan rumah meraka. Kata engkong, tebu memilki makna sebagai keberuntungan dan symbol panjang umur. “Semakin panjang dan semakin banyak ruas pada tebu yang kau pakai, semakin beruntung juga kau nanti,” tambah engkong. Tebu juga manis, diharapkan hidup yang dijalani orang Tionghoa juga manis, seperti tebu.

Lampion

Lampion, kata engkong, menggambarkan kebahagian seseorang. Itulah mengapa lampion-lampion tidak hanya ditemukan saat Imlek saja, tetapi juga dalam acara-acara kebahagiaan, seperti pernikahan, peresmian sebuah tempat suci dan lain-lain. Adanya lampion katanya juga diharapkan sebagai penerang jalan orang0orang Tionghoa agar tidak tersesat dalam kegelapan.

Akhirnya saya simpulkan sendiri, Imlek selalu dirayakan penuh sukacita karena ternyata memang karena Imlek penuh makna yang sangat mendalam. Kepercayaannya selalu memiliki nilai yang sangat berharga bagi orang-orang Tionghoa.  Saya tak lagi heran, mengapa Imlek selalu dinanti-nanti orang-orang Tionghoa, karena engkong sudah memberikan jawabannya: penuh makna.

Tentu masih ada banyak makna dalam Imlek yang belum disampaikan engkong. Biarlah nanti saya cari sendiri. Xin Nian Kuai Le, Gong Xi Fa Cai. (T)

Baca juga: Di Bali, Imlek juga Disebut Galungan Cina

Tags: baliImlekTionghoa
Previous Post

Di Bali, Imlek juga Disebut Galungan Cina

Next Post

Sedikit-Sedikit Mengenai Puisi Wislawa Szymborska: Keanggunan Berpikir, Kenakalan Perspektif

Julio Saputra

Julio Saputra

Alumni Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Punya kesukaan menulis status galau di media sosial. Pemain teater yang aktif bergaul di Komunitas Mahima

Next Post

Sedikit-Sedikit Mengenai Puisi Wislawa Szymborska: Keanggunan Berpikir, Kenakalan Perspektif

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co