12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kelak, Mungkin Kiamat Disebabkan Punahnya Akal Sehat Manusia

Yoga PramarthabyYoga Pramartha
February 2, 2018
inOpini

Foto: Mursal Buyung

248
SHARES

“Kenapa kita di sini?”

SEBUAH pertanyaan klasik yang telah tergerus zaman dan tak dihiraukan lagi. Sebagian besar orang akan menertawakan pertanyaan itu. Tapi tak akan ada yang bisa menjawabnya. Dari zaman filsuf Yunani, seperti Plato, Socrates, Aristoteles dan lain sebagainya, hingga zaman digital ini pertanyaan itu tetap tidak akan memiliki jawaban sempurna.

Kehidupan semakin kompleks. Kebutuhan hidup semakin banyak. Ambisi manusia semakin luas. Semua itu membuat umat manusia melupakan pertanyaan itu. Pertanyaan mendasar sederhana namun yang tak akan bisa terjawab.

Konflik dan bentrok tak ada habisnya, bahkan untuk masalah-masalah sepele. Siswa sudah merasa hebat dan merasa tak memerlukan guru lagi. Pejabat sudah terlena dengan sistem yang membebaskan mereka mengambil uang tanpa bekerja. Anak muda sudah mulai meragukan eksistensi mereka saat melihat jumlah like yang sedikit pada foto yang baru saja mereka unggah di media sosial. Pemuka agama tidak lagi mengemukakan agama, tetapi justru kepentingan manusiawinya. Yang benar ditindas, yang salah dimuliakan.

Kaliyuga.

Ya, kaliyuga. Begitulah orang Bali menyebutnya. Saat saya masih kecil saya pikir itu hanyalah bualan dan gertakan belaka. Namun seiring tumbuh dewasa, saya merasakannya dan itu memang benar terjadi. Semuanya dibalik-balik. Tidak ada lagi common sense, akal sehat. Akal sehat sudah tidak berlaku lagi.

Apakah Anda pernah berpikir bahwa hari kiamat adalah hari di mana komet besar menghantam Bumi? Ataukah hari di mana alien menginvasi planet kita? Ataukah hari di mana terjadinya badai matahari? Atau mungkin Anda percaya dengan kiamat yang disebabkan oleh zombie? Atau apakah anda berpikir kiamat terjadi karena wabah penyakit yang tak bisa disembuhkan?

Di antara semua kemungkinan penyebab kiamat ada satu kemungkinan lain: kiamat karena manusia kehilangan akal sehat. Kemungkinan punahnya manusia karena kehilangan akal sehat sudah pernah difilmkan pada tahun 2006.

Film berjudul “Idiocracy” menceritakan dua tokoh utamanya bangun dari hibernasi panjang selama 500 tahun dan melihat peradaban manusia yang mengalami degradasi mental. Yang ada hanyalah budaya-budaya orang-orang bodoh, dungu dan malas. Semua orang memiliki IQ rendah. Tidak ada lagi keingintahuan intelektual, tanggung jawab sosial dilupakan sepenuhnya, keadilan dan hak manusia pun sudah tak berlaku lagi. Akal sehat sudah punah.

Atas dasar inilah saya sedikit mendukung masyarakat Jepang yang cenderung memilih untuk tidak menikah dan tidak ingin punya anak. Untuk apa menciptakan generasi baru, jika Bumi ini hanya akan semakin teracuni? Bahkan ada sebuah gerakan bernama Voluntary Human Extinction Movement, atau secara harfiah berarti gerakan kepunahan manusia secara sukarela.

Dalam pandangan gerakan ini, tujuan untuk tidak mereproduksi manusia lagi adalah untuk mengurangi degradasi lingkungan. Dan diterima atau tidak, saya rasa tingkat kerusakan lingkungan memang berbanding lurus dengan jumlah populasi manusia.

Bumi ini rusak. Manusia yang hidup di dalamnya sebenarnya dihukum.

Hidup tak karuan. Terbebani masalah pekerjaan. Terbebani masalah keluarga. Terlilit hutang, anak-anak terlantar. Sakit hati ditinggal pacar. Beban berat menyelesaikan skripsi. Lalu gantung diri. Semuanya menyebalkan. Semuanya adalah masalah. Hidup di Bumi ini adalah hukuman. Lalu untuk apa hidup jika hanya untuk menjalani hukuman?

Itu hanyalah salah satu cara pandang terhadap kehidupan.

Hidup juga bisa dipandang sebagai hadiah. Manusia yang hidup di Bumi ini adalah para pemenang.

Hidup adalah sebuah kesempatan yang diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik mungkin. Sang pemenang diberikan kesempatan untuk mengecap segala karunia Tuhan. Mulai dari segala pengalaman berharga, kebersamaan dengan orang-orang terkasih dan kemampuan merasakan cinta. Kemampuan menikmati tempat-tempat indah di seluruh pelosok dunia. Semuanya itu adalah keistimewaan manusia hidup. Hanya manusia yang hiduplah yang mampu menikmati segala keindahan itu.

Sudah ada banyak orang yang sadar akan hal ini, dan saya yakin semakin lama akan semakin banyak yang sadar akan keindahan Bumi dan semuanya akan kembali ke akal sehat mereka. Semakin kita sadar, akan semakin sedikit konflik dan bentrok antar agama, semakin berkurang siswa yang tidak menghormati gurunya, akan berkurang pejabat yang korup, semua pemuda tak akan mempedulikan media sosial mereka karena mereka tahu bahwa keberadaan dirinya tak perlu dibuktikan dengan jumlah like, dan para pemuka agama akan kembali ke akal sehat mereka dan mengajarkan agama dengan cara yang sepatutnya.

Hanya butuh kesadaran. Kesadaran yang dipicu dengan cara belajar seumur hidup. Belajar tanpa henti, baca buku setiap hari, cari pengalaman positif sebanyak-banyaknya.

Hanya butuh kesadaran dan keingintahuan untuk menjawab pertanyaan “Kenapa kita di sini?”

Apakah kita adalah orang-orang yang dihukum untuk menjalani kehidupan sulit yang penuh masalah? Atau apakah kita merupakan para pemenang yang dihadiahi kesempatan untuk merasakan kenikmatan hidup yang tak terbatas dalam harmoni dan kedamaian?

Dalam mitologi Yunani terdapat istilah “Era Keemasan” di mana kedamaian, keharmonisan, kestabilan dan kesejahteraan hidup pada suatu masa terjadi. Di masa ini, manusia hidup hingga masa tua dan pada akhirnya meninggal dengan tenang. Saat itu semuanya stabil, tidak seperti masa ini. Tapi era keemasan itu bisa kita wujudkan kembali jika kita semua sepakat untuk sadar dan kembali ke akal sehat kita.

Hentikan Kaliyuga bersama-sama.

Dari sekian jenis makhluk di Bumi ini, hanya manusia hidup saja yang mampu merasakan kesedihan dan kebahagiaan. Hanya manusia hidup saja yang mampu memutuskan untuk memilih perasaan yang mana.

Hanya satu dari sedikit kesadaran saya yang sederhana. Semoga tidak ada yang tersinggung. Ambilah manfaatnya dan lupakan hal yang tidak penting. Semua orang tujuannya baik.

Salam Damai 😀

Tags: kemanusiaankiamat
Previous Post

Dan Semua Berubah Ketika Tugas Kuliah Menyerang…

Next Post

In Memoriam Durpa: Merdekalah di Sorga Seperti Kemerdekaan dalam Berkesenian

Yoga Pramartha

Yoga Pramartha

Bernama lengkap Kadek Yoga Pramartha. Lahir 1 Juni 1994 dan kini tinggal di Banjar Batanwani, Desa Kukuh, Marga, Tabanan.

Next Post

In Memoriam Durpa: Merdekalah di Sorga Seperti Kemerdekaan dalam Berkesenian

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co