LELAKI ABSTRAK
Pada hamparan kanvasmu balon-balon meletus
menjadi wara-warni pelangi gugusan mega
awan pudar langit terhimpit mendung ditimpa matahari
siluet senja halimun anggun burung terbang oleng
gulita gurita malam raut leak seringai butakala
rumah reot kubah tua sarang laba-laba pohon tumbang
ngarai bebukitan bunga mekar bibir ranum kebaya tanggal
ranjang bergetar rimbun hijau semak kering daun gugur
ranting luruh kafilah garis patah abstraksi hati leleh.
Kau menari di sana menjadi bayangan tak teraba
menjadi kata tak terucap menjadi noktah tak terbaca
Aku si tuli bisu menyaksikanmu menjadi juru kunci
ranah sunyimu: penjaga kebun bercinta dengan pohon
perawat taman yang tak sempat menikmati bunga mekar
Kupu-kupu dungu kalah berebut madu dengan kumbang liar
Pungguk merindukan-dirindukan bulan di taman
malam zikir cinta di Snerayuza.
PEWARTA CINTA
Dara itu masih terlalu muda dipinang cinta
darimana segala bermula
mula tak berakhir hulu tak berhilir
tapi titah telah tertatah sekar terlanjur mekar
di taman takdir tersurat cerita dalam lontar
kepada bumi yang membesarkan ia berkata:
kesabaranku belum sampai pada-Nya!
bumi yang sedang berduka berfatwa:
“Kerelaan membuka jalan cinta
yang menganugerahi keutamaan
cinta yang memberimu firman.
Butakan matamu tulikan telingamu
pada segala yang bikin sakit
karena di sana maut numpang lewat
Langit memberkati. Ibu merestui!”
karma baik tak berakhir pada jalan buruk
cinta memilih permaisuri anak asuh bumi
bumi yang tersakiti berabad menanti
para khalifah penuntun jalan fitrah
syuhada yang menyediakan dirinya
jadi tumbal penyelamat kehidupan
Kau yang dijanjikan waktu tanyakan
kepada cinta yang mempermaisurimu:
titah apa hendak difirman?
Dara penggema gentakala pewarta cinta
sulukkanlah kasih di bumi lara.
Sebelum pergi singgah dulu
di rumah rindu peziarah kalbu
berbincang dengan waktu
membuka gerbang siang
menguak rahasia malam
malam berbunga-bunga
Malam Yang Cinta
LELAKI PEMIMPI
Kenangan kanak-kanak itu hadir kembali
dalam mimpinya: “Angin nakal, Bu
ia renggut layanganku dibawa ke barat
tapi besok kami akan bermain layangan lagi,”
ia dengar temannya mengadu pada ibunya
Bocah miskin-nelangsa yang sering kalah berebut mainan
tak bisa membuat layangan tak mampu membeli benang
tapi ingin bermain layangan seperti temannya yang lain.
Ia cari daun gadung diterbangkan dengan serat batang pisang
“Lihat Mak, layanganku bisa terbang!” pekiknya girang.
Emak tersedusedan melihat layangan daun gadung
anak lanang terbang sempoyongan.
Kenangan kanak itu datang lagi dalam mimpi semalam
bayangan suram masa silam si lanang lajang
serupa suratan hidupnya yang gagal sekarang
hingga subuh membangunkannya dengan azan
Subuh tak sampai hati membiarkan lelaki
pemimpi itu mati terbunuh mimpinya sendiri.
PERAWAT IKAN
Perawat ikan itu meninggalkan perusahaan yang
tak menghargai karyawan. Ikan-ikan mogok makan
karena kangen. Akuarium besar tempat tinggal induk ikan
pecah ditubruk kucing bunting ngidam lohan.
Perawat ikan membaca tulisan di koran:
“Ribuan ikan hias mogok makan karena ditinggal
pergi perawatnya. Pemilik perusahaan ikan hias
(juragan kikir yang sombong) frustasi
lalu gantung diri di kebun kemangi.
“Ini pasti bukan kabar burung, tapi kabar ikan
Bukan pula mimpi, tapi cerita ilusi seorang
lelaki sepi yang mendambakan istri.”
Perawat ikan yang telah kembali ke azal sunyi
terkekeh-kekeh: “Sayang aku telah bersuami
sayang aku telah dipermaisuri puisi!”
PEREMPUAN DI PEDIANGAN
perempuan di pediangan itu mungkin api
yang menjaga bara agar tetap nyala
sebab hawa begitu dingin
setelah ditinggal adam
sewaktu-waktu ia pasti bosan menyala
menyembunyikan sisa bara atau benar-benar mati
menjadi abu dipermainkan angin atau ditelan hujan
hingga kau kehilangan kehangatan dan bara jiwa
tak ada lagi cahaya tak ada lagi bara cinta
dan kau menggigil dalam kegelapan
diterkam dingin dicekik sunyi
diri yang tak lagi kau kenali
KEPADA MARIA
Kita telah memulai sejak lama Maria
dan cinta tak pernah berakhir.
Di negeri jahiliyah jasad kita akan dijagal
Darah bercucuran. Menjelma domba
Menjadi biri-biri gembala
Bergolong-golong. Bermarga-marga
Domba-domba sahaya di bukit cahaya
Biri-biri bestari di lembah sunyi
Yang tak gentar melawan lapar
Tak takut direnggut maut.
Roh kita mi’raj ke langit. Ke mihrab jiwa
Bergandengan-bermesraan sepanjang jalan
Serupa laron kehilangan sayap beriringan
ke lobang persemayaman menyatu dengan tanah
Hingga masa kebangkitan menjadi laron lagi
atau menjelma makhluk lain. Menjalani
hidup baru di taman-taman hati.
Cinta adalah bunga Ilahi, Maria
Tak layu dirayu waktu. Tak gugur di liang kubur
Maka rekah-rekahkan cinta. Mendawamkan
zikir dan nyanyian Kudus dengan kekhusukan
iman dan ketabahan hati sebelum tiba saat
jasad kita dijagal para algojo jahiliyah.
Kita telah mengawali segala dengan cinta
Dan takkan pernah mengakhirinya
Sebab cinta hidup selamanya.