MISI belum tuntas! Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan terus bikin kegiatan. Setelah terlaksananya acara Festival Puisi Bangkalan, 20-21 Mei 2016, kini tengah bersiap-siap menggelar workshop sastra dan teater. Tidak tanggung-tanggu, panitia workshop mendatangkan pemateri Afrizal Malna dan Dindon WS.
Sama seperti Festival Puisi Bangkalan, workshop ini bertujuan untuk memperkenalkan puisi dan lebih mendekatkan puisi kepada masyarakat lebih luas, khususnya masyarakat kota Bangkalan, terutama kepada kaum akademisi, dosen, guru, mahasiswa yang mengampu studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Workshop Sastra dan Teater Nasional-Bangkalan akan digelar 7-8 Agustus 2016, bertempat di Pusdiklat (belakang Taman Makam Pahlawan). Workshop ini sebagai tindak lanjut dari terselenggaranya acara Festival Pusi Bangkalan. Workshop tersebut diadakan juga untuk dijadikan sebagai tolak ukur adanya kesadaran budaya literasi masyarakat Bangkalan.
Sebagai salah satu cabang disiplin ilmu pengetahuan, studi Bahasa dan Satra Indonesia dalam sistematikanya tentu mengalami banyak perkembangan dan perubahan yang dinamis dari zaman ke zaman sekalipun perubahannya tidak terbaca seketat cabang disiplin ilmu lainnya seperti ilmu-ilmu eksak yang memiliki tendensi praktis.
Studi sastra yang melingkupi sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra, belum begitu dikenali betul oleh para kaum akademisi dan pegiat sastra di Bangkalan tak terkecuali kaum elit sastranya. Apalagi persoalan sastra sebagai kekaryaan.
Sejak angkatan Pujangga Baru sampai ke angkatan 2000 Indonesia tidak hanya melahir Chairil Anwar, WS. Rendra, Taufik Ismail, Abdul Hadi WM., dsb. Di Bangkalan, sungguh miris ketika beberapa orang mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia ditanya mengenai Afrizal Malna (Pelopor sastra angkatan 2000) dan hanya mampu menjawab, “Tidak tahu”.
Ya, mungkin bisa dikatakan wajar tidak tahu atau tidak tahu-menahu atau bisa saja tidak penting untuk mengetahui. Dan kemungkinan besar karya sastra-karya sastra angkatan lama (Pujungga Baru) seperti Chairil Anwar yang hanya diketahuinya sebagai penyair Indonesia yang sudah paten, dikarenakan karena sejak di Sekolah Dasar karyanya sudah diperkenalkan.
Minimnya disiplin litaratur di Bangkalan menjadi salah satu tanda sikap yang acuh terhadap perkembangan kesusastraan di Indonesia. Oleh sebab itu untuk menengahi keadaan yang miris tersebut, Komunitas Masyarakat Lumpur yang bekerjasama dengan Dewan Kesenian Bangkalan mengadakan acara Workshop Sastra dan Teater Nasional dengan mendatangkan dua pembiacara dari Jakarta yang salah dari keduanya yaitu Afrizal Malna sebagai pembicara dalam workshop sastra dan Dindon WS sebagai pemberi materi teater pada workshop teater.
Dengan mendatangkan dua tokoh tersebut tidak hanya diharapkan agar masyarakat Bangkalan bisa mengikuti perkembangan sastra dan teater kekinian melainkan juga menciptakan impuls yang bisa membangun semangat bersastra dan berteater yang lebih soliter.
Sama halnya dengan Dindon WS (pendiri Teater Kubur) yang akan memberikan materi tentang penyutradaraan postrealis, bagi para pegiat teater Bangkalan juga diharapkan bisa mengambil pelajaran penting dari sebuah perkembangan. Mengingat menurunnya prestasi Bangkalan dalam bidang kesenian teater sejak tahun 2013 lalu ketika pada tahun 2007 sampai 2012 kabupaten Bangkalan pernah beberapa kali unggul daripada kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Timur. Faktor penurunan tersebut salah satunya bisa disebabkan oleh tidak mengikuti suatu perkembangan.
Acara Workshop Sastra dan Teater Nasional-Bangkalan ini digagas oleh M. Helmy Prasetya dengan dukungan Arung Wardhana Ellhafifie (Teater Bangkang) yang memberi jalan untuk mendatangkan dua tokoh nasional dalam kesusastraan dan teater yakni Afrizal Malna pelopor sastra angkatan 2000 sekaligus komite teater Dewan Kesenian Jakarta dan Dindon WS dari Teater Kubur.
Kepedulian terhadap berlangsungnya aktifitas kesenian dan kesusastraan di Bangkalan dari dua orang penggagas tersebut patut untuk diapresiasi. Karena apa yang dilakukan oleh mereka berdua juga bisa dijadikan sebagai sebuah barometer masa depan sastra dan teater Bangkalan nantinya.
Dalam acara workshop tersebut yang berlangsung selama dua hari tidak hanya mendatangkan dua pembicara untuk memberikan materi. Namun ada juga sajian musikalisasi puisi yang dimainkan oleh sanggar Komunitas Masyarakat Lumpur pada hari pertama dan pada hari kedua malam harinya akan ada sajian pementasan drama “Marjinal” karya Arung Wardhana Ellhafifie yang disutradarai oleh Agus A. Kusuma, wakil Komunitas Masyarakat Lumpur.
Bangkalan, 29 Juni 2016