Cobalah makan terus, terus saja hingga kita menjadi gemuk. Lalu, saat sudah gemuk kita terus saja makan dan tak usah berhenti. Ajaib, pada akhirnya kita akan kembali menjadi kurus. Kita bahkan tak harus diet ketat dam olahraga teratur untuk kemudian bisa menjadi kurus. Cukup teruskan saja makan, maka kita akan bisa kurus dengan sendirinya. Ya betul kurus, tapi akibat diabetes.
Ini masih jauh lebih baik. Tubuh masih mau kompromi untuk menghentikan kita dengan cara baik-baik. Sebab, pada beberapa kasus tubuh bukannya menghentikan kita untuk berubah menjadi kurus, namun ia justru sungguhan ikut berhenti dengan tiba-tiba dan selesai, tanpa pemberitahuan apa-apa sebelumnya! Saat kita masih gemuk!
Tubuh kita tak cuma cakap dalam menghentikan kegemukan saja, ia juga punya banyak kelihaian yang lain. Saat ada benda asing yang termasuk ke dalam saluran nafas, maka timbul refleks batuk sekencang-kencangnya untuk mengeluarkan benda tak diundang itu. Atau jika kita menelan makanan yang telah terkontaminasi, baik toksin (racun) atau mikroorganisme patogen (kuman penyakit) maka tubuh akan memuntahkannya atau mengeluarkannya dengan diare yang terjadi tiba-tiba.
Kembali pada soal berhenti dan selesai. Diabetes, mirip dengan hipertensi atau gangguan kolesterol. Mereka memang sebagian besar tak memberi keluhan namun mematikan. Ini kontradiksi dengan penyakit-penyakit yang sangat dikeluhkan namun tak mematikan macam rematik, maag atau jamuran. Di negara maju macam Amerika Serikat sekalipun, untuk kasus hipertensi masih terjadi satu fenomena yang disebut role of fifty. Artinya, dari semua pasien darah tinggi (100%), cuma 50% yang menyadarinya.
Sebagian besar penderita darah tinggi memang tak merasakan adanya keluhan. Hanya sebagian kecil yang merasakan nyeri kepala, pusing atau pandangan kabur. Begitu pula, dari semua yang menyadari penyakitnya, hanya 50% yang betul-betul teratur berobat, lalu dari semua yang kontrol teratur itu ternyata tak lebih dari separuhnya yang terkendali tekanan darahnya. Jadi dari semua pasien darah tinggi, cuma kira-kira 12.5% yang sembuh.
Tiadanya keluhan pada kasus hipertensi membawa dampak yang cukup serius. Bagaimana mungkin meminta seseorang yang tak merasa sakit untuk minum obat secara terus-menerus?
Maka mudah saja dipahami kenapa lalu sering terjadi komplikasi stroke saat seorang pengidap darah tinggi atau diabetes sedang berolahraga, ngobrol yang terlalu bersemangat atau saat bekerja di ladang. Padahal sebelumnya, diketahui oleh banyak orang yang bersangkutan tak ada keluhan apa-apa dan tampak begitu sehat. Kasus-kasus seperti inilah yang sering kali dianggap tak masuk akal atau magic sehingga perlu ditanyakan pada orang pintar.
Diabetes, ini kalau dipikir-pikir, juga mirip sekali dengan kasus narkoba. Kenal dengan narkoba, itu diam-diam menghanyutkan, membuat kita terkunci dan sulit keluar, lalu terkubur. Bedanya, narkoba itu melanggar hukum, sementara diabetes itu legal, hahaha! Namun demikian, wajiblah kita tak berurusan dengan keduanya. Walau demikian, sebetulnya keduanya dapat ditangani dengan baik hingga sembuh atau terkontrol. Kita mampu menghentikannya!
Kencing manis, istilah kita untuk diabetes, namanya saja manis, namun sebetulnya ia membawa kepahitan dalam hidup. Jadi, boleh dikata ini istilah tipuan. Lebih fair istilah-istilah penyakit lain seperti kencing nanah yang memang membawa nanah atau kencing batu yang berisi batu. Jika kita cicipi kencing seorang pasien diabetes, tentulah tak terasa manis, walau jika diperiksa di laboratorium di dalamnya memang ada gula, yang seharusnya tak ada.
Kenapa tak manis? Ya karena komposisi original urine bukan hanya air, melainkan sejumlah zat kimia limbah tubuh seperti urea, asam urat, kalium dan lain-lain. Jadi tugas ginjal lah, organ dalam tubuh kita yang membuang limbah tubuh sisa metabolisme. Maka jika ginjal rusak, atau gagal ginjal, limbah akan menumpuk dalam darah yang bersifat toksik, sehingga darah kita harus dicuci secara artifisial. Diabetes lah penyebab gagal ginjal paling kerap.
Hal-hal yang kejam dan mengerikan, yang terpikir sedemikian berat, umumnya dapat diatasi dengan hal-hal yang sebaliknya begitu sederhana dan mudah. Sepertinya ini satu fenomena yang konsisten dalam kehidupan. Misal, peperangan yang butuh armada prajurit banyak dan senjata canggih justru dapat ditaklukkan oleh cinta kasih humanisme.
Begitu pun, diabetes dan komplikasinya yang mengerikan, sebetulnya dapat dicegah hanya dengan mengatur cara makan yang baik dan teratur berjalan kaki. Yang keduanya tak perlu teori maupun SOP (standar operasional prosedur) yang njelimet. Keduanya dapat dilakukan, oleh siapa saja, kapan saja, hingga diabetes takkan pernah dapat menghentikan kita. [T]
BACA JUGA KOLOM DOKTER YANG INI:
- Acintya
- Nyepi: Terapi Kesehatan
- Pasien, Guru yang Sempurna
- Dokter dan Sepotong Filsafat
- Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
- Hantu itu Bernama Ateisme
- Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
- Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
- Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
- Evolusi Pasca Darwin
- Belajar dari Tubuh
- Sudah Jelas, Penyebab Stoke adalah Nasib
- Dokter, Profesi Paling Lucu
- Pemilu, Politik & Stres
- Biaya Kesehatan Harus Dibikin Semahal-mahalnya