BEBERAPA tahun ke belakang penggemar anjing ras selain anjing Bali semakin meningkat. Fakta menunjukkan dari beberapa grup pecinta anjing di jejaring sosial facebook, semakin banyak masyarakat yang menjual dan berminat membeli anjing ras dengan berbagai macam jenis. Ketika terjadi transaksi penjual dan juga pembeli tentunya menunjukkan adanya uang yang beredar.
Ada keuntungan yang didapat oleh penjual. Begitu pula kepuasan dari apa yang telah dibeli oleh konsumen. Hal ini berbuah manis. Dari hasil penjualan anjing ras setidaknya ada income masuk sehingga ada tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat banyak yang mengembangbiakkan anjing ras selain hobby nantinya diharapkan akan menghasilkan pendapatan tambahan.
Berbagai jenis anjing ras dijualbelikan. Ada juga yang kewalahan memelihara kemudian ingin anjing-anjing tersebut diadopsi oleh orang yang berminat mengadopsi. Selera masyarakat tentu berbeda. Ada yang suka pitbull, siberian husky, golden, rottweiller, bulldog, poog, pomeranian dan banyak lainnya.
Semua anjing ras butuh perawatan lebih dibandingkan anjing Bali. Ini yang menjadi konsekwensi ketika berniat memelihara anjing ras.
Bagaimana dengan Anjing Bali?
Perawatan anjing ras dengan anjing Bali tentu berbeda.
Anjing Bali kebanyakan perawatannya hanya sekadar. Minimal sudah disuntik vaksin rabies. Mandipun jarang bahkan tidak pernah ketika anjing Bali sudah mulai beranjak dewasa. Namun jika membicarakan kesetiaan, anjing Bali masih diperhitungkan. Dengan banyaknya peminat anjing ras daripada anjing Bali dikhawatirkan keberadaan anjing Bali akan semakin berkurang.
Hal ini juga dikuatkan dengan banyak anjing Bali yang menghilang tanpa jejak. Dan juga ada yang dijual entah untuk apa. Kemudian anjing Bali juga rentan terkena virus rabies oleh karena anjing Bali hidupnya liar dalam artian mereka sering berada di luar rumah, bergaul dan bahkan bertengkar dengan pajantan lain.
Yang paling sering adalah pajantan sering berhubungan seks dengan banyak anjing betina, bukan hanya satu. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan mereka banyak yang dieliminasi. Kekhawatiran akan hilangnya ras anjing Bali tentu beralasan karena itu merupakan anjing asli Bali.
Banyak yang sedih ketika anjing Bali, terutama anjing liar, dieliminasi karena kekhawatriran menyebarkan kasus rabies yang di Bali memang sudah banyak makan korban jiwa. Tapi tampaknya kesedihan itu hanyalah kesedihan belaka, tanpa ada upaya untuk membuat anjing-anjing itu menjadi punya kelas yang sama dengan anjing ras.
Perilaku kita tak banyak berubah, di mana lebih banyak “mengagungkan” anjing ras, sementara anjing Bali dibiarkan liar tanpa perawatan. Perlakuan terhadap anjing Bali sepertinya timpang. Anjing Bali dianggap hewan pembantu, penjaga rumah, dan pemiliknya adalah tuan.
Sedangkan anjing ras kerap dianggap tuan sementara pemiliknya rela sebagai pembantu dan memanjakan anjing itu di banyak waktu. Bahkan kadang kencing atau buang hajat pun anjingnya harus diantar ke toilet.
Memanjakan anjing ras bukan hal salah, tapi sebaiknya perlakuan itu sama juga terhadap anjing Bali. Anjing Bali segarusnya juga diberi makan cukup di rumah, jangan dibiarkan mencari makan sendirian di jalanan. Jika dibiarkan liar di jalanan, ya, jangan sedih jika dieleminasi.
Eliminasi yang dilakukan petugas akibat merebaknya kasus rabies bisa diminimalisir dengan cara merawat anjing Bali, dengan perlakuan yang sama dengan perawatan anjing ras lainnya. Dengan memberi vaksin rabies,obat kutu, vitamin dan lain-lain. Hal tersebut setidaknya akan membuat kita merasa aman dan nyaman sebagai pemilik anjing. Bukan semata sedih, tapi tak melakukan apa-apa. (T)