ACARA pemutaran film dalam ajang bertajuk “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam, serasa menonton layar tancap tempo dulu. Suasana itu tampak, sebelum acara pemutaran 12 film itu dimulai. Penonton yang hadir masih berdiri ngobrol, menungga acara dimulai. Sebagian lagi, ada yang duduk sambil ngemil, dan ada pula yang menandai tempat duduk agar tidak diambil oleh penonton yang baru datang.
Sementara anak-anak bermaian-main di depan layar yang memang lebih terang dari tempat lainnya. Anak-anak itu berlari, ada yang duduk manis, dan ada yang bergerak-gerak seperti aksi penari di pentas. Setelah lalu, Canda Dewi dan Wijaya Kusuma yang memandu acara mencoba mike mereka, ibu-ibu orang tua anak-anak itu langsung naik ke atas stage mengajak anak mereka turun stage. Ada yang menggendengong anaknya, untuk lebih cepat sampai di luar stage.


Salah satu film yang diputar dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud
Canda Dewi dan Wijaya Kusuma langsung menyapa para penonton yang hadir, sekaligus menjelaskan acara “Perempuan Dalam Sinema” yang dipersembahkan oleh Komunitas Sanur Cinema Creative untuk memaknai Hari Kartini 2025. Disebutkan pula, program ini merupakan hasil kolaborasi dengan Living World Denpasar serta Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV serta dukungan dari berbagai lembaga dan komunitas.
Diantaranya Badan Ekonomi Kreatif Kota Denpasar, Balai Media Kebudayaan – Indonesiana.TV, Luar Kotak Production, HMP Animasi FSRD ISI Bali, Prodi PFTV FSRD ISI Bali, BROFI SKENSA – SMKN 1 Denpasar, Dersik – SMKN 6 Denpasar, Komunitas Rumah Produksi Ottororin, Heirloom Studio, Edisi Production, Andana Creative, Dokdo Studio, serta film animasi hasil kompetisi Sastra Saraswati Sewana – Yayasan Puri Kauhan Ubud.
“Perempuan Dalam Sinema ini sebuah program penayangan film pendek yang menyoroti peran perempuan, baik di balik layar maupun dalam narasi cerita yang dikemas dalam ragam film fiksi, dokumenter, dan animasi yang disutradarai oleh perempuan atau mengangkat kisah tentang perempuan,” kata Direktur Sanur Cinema Creative (SRCO), Putu Bagus Windhi Santika disela-sela acara tersebut.

Penonton asyik menonton dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud
Canda Dewi dan Wijaya Kusuma lalu mengajak para sutradara dari 12 film yang akan ditayangkan itu untuk naik ke atas panggung menerima piagam dan penghargaan. Selanjutnya, memanggil media partner naik ke atas panggung untuk diberikan piagam penghargaan, kemudian dilanjutkan kepada para pendukung acara. Penonton yang awalnya berdiri, pelan-pelan menempati tempat duduk yang masih kosong.
Film pun mulai diputar, diawali dengan Film TANTRI yang diproduksi tahun 2023. TANTRI merupakan film fiksi dengan durasi 12 menit yang mengisahkan perjuangan seorang remaja perempuan dalam menantang dominasi dunia seni rupa yang maskulin melalui karya lukis. Film yang disutradara oleh Vanesa Martida dan diproduksi Sanur Cinema Creative & Indonesiana.TV menampilkan pemain; Luh Pratiwi, Ni Made Suci, G. Pinno Confessa, Luh Yesi Candrika, Ketut Sadia, Wayan Diana, Komunitas Baturulangun Batuan.
Lalu Film WINGKANG RANU (2024) merupakan film fiksi dengan durasi 12 menit. Film ini disutradara Adi Artama dan diproduksi Sanur Cinema Creative & Indonesiana.TV yang mengisahkan seorang gadis muda yang berjuang menyelamatkan danau dan pertanian keluarganya dari dampak perubahan iklim. Film ini didukung oleh pemain yang berpengalaman, seperti Thaly Kasih, Aryani Willems, Ketut Rina, Kumirawati, Dayu Kiran Sandra, Wayan Adnyana, Agus Widia Purnamia
Setelah dua film itu, acara diisi dengan door prize bagi pengunjung yang mampu menjawab pertanyaan di seputar acara tersebut. Acara ini mendapat apresiasi yang positif dari penonton, sehingga setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh perwakilan Balai Media Kebudayaan – Indonesiana.TV sebagai pemandu acara dijawab benar. Sebagian penonton meminta lagi, agar bisa mendapatkan hadiah.

Salah satu film yang diputar dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud
Penayangan film dilanjiutkan dengan INI JUGA BALI (2025) merupakan film animasi dengan durasi 12 menit, mengisahkan seorang gadis Jakarta mencoba menyambung kembali identitasnya dengan akar budaya Bali melalui seni. Film ini disutradara Tanaya Nayaka & I Wayan Kalani Kekai Kastawa, diproduksi Heirloom Studio & Prodi Animasi FSRD ISI Bali.
DEVADHAMMA JATAKA (2025) merupakan film animasi verdurasi 11 menit yang mengadaptasi cerita Jataka,menyoroti nilai-nilai kebajikan dan refleksi spiritual dari masa lalu seorang Bhikkhu. Film ini disutradarai Tanaya Nayaka dan diproduksi Saddhamma Group.
OHAYO (2018) merupakan film animasi dengan durasi 1 menit mengisahkan sebuah animasi bergaya anime klasik yang menggambarkan rutinitas pagi dua gadis muda dengan penuh kehangatan dan keceriaan, dan disutradara oleh Tanaya Nayaka dan diproduksi Ottororin.

Penonton asyik menonton dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud
DESA CILIK (2024) jenis film animasi durasi waktu 7 menit disutradarai oleh Intan Swandari dan diproduksi Edisi Production & Sastra Saraswati Sewana – Yayasan Puri Kauhan Ubud. Film ini mengangkat kisah seorang pemimpin yang putus asa menemukan kembali arah hidupnya setelah pertemuan sunyi, namun bermakna dengan seorang orang suci di sebuah gubuk sederhana.
#ILUH PASO (2025) merupakan film fiksi durasi 9 meni disutradarai oleh Dewi Estede & Ngurah Ucil, dan diproduksi Andana Creative. Kisahnya, Iluh Sekar yang tengah berjuang mencari pekerjaan menolak meneruskan usaha ibunya sebagai pengrajin gerabah. Namun, gerabah akhirnya membantunya menemukan kembali jati dirinya sebagai orang Bali.
OMANG DAN PERJALANAN WAKTU (2024) merupakan film animasi berdurasi 14 menit mengisagkan, Omang, anak kota yang tinggal di desa, menemukan portal waktu di lemari kamar neneknya yang membawanya ke masa lalu dan mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan desa. Film ini disutradarai Ade Devindra Rajeshwari R.S dan diproduksi: DOKDO Studio & Prodi Animasi FSRD ISI Bali.
TERBIT CAHAYA ANDHARA (2021) merupakan film fiksi berdurasi 15 menit yang disutradarai oleh Mertha Ambara dan diproduksi Program Studi Produksi Film dan Televisi ISI Bali. Thalia, seorang ibu tunggal, khawatir akan masa depan putrinya yang buta. Tapi lewat permainan biola Andhara, lahir secercah harapan akan kemandirian sang anak. sebagai pemeran, yakni Dewi Pradewi, Sari Dewi, Padma Dewi, Gilang Aditya, Sri Andayani, Evita Parwati
CLARITY (2025) merupakan film fiksi berdurasi 4 menit yang disutradara oleh Komang Ayu Intan Triana Dewi dan dipproduksi BROFI SKENSA. Adapun kisahnya, Komang, seniman muda baligrafi, menemukan kepercayaan diri dan kesuksesan lewat eksplorasi karya digitalnya yang viral, membuktikan bahwa keberanian berinovasi membuka jalan pengakuan.
KAWYAGITA MANDALA (2023) sebuah film documenter dengan durasi 10 menit disutradara Nyoman Lia Susanthi dan diproduksi Sanur Cinema Creative. Film ini mengeksplorasi gamelan sakral Gong Luang dan usaha pelestariannya melalui penciptaan film musik bertajuk “Kawyagita Mandala” sebagai musik pengantar roh menuju Sang Pencipta.
Lalu SILA (2025) sebuah film fiksi berdurasi 15 menit yang disutradara oleh Zakira Maysoniya, dan diproduksi Dersik Production (SMKN 6 Denpasar). Film ini mengisahkan, seorang fotografer menyimpan kenangan lewat bidikan kameranya, namun di balik setiap foto tersimpan perjalanan emosional yang lebih dalam dari sekadar gambar diam.

Para sineas dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud

Penonton asyik menonton dalam acara “Perempuan Dalam Sinema” di Amphitheatre Living World Denpasar, Minggu 27 April 2025 malam | Foto: tatkala.co/Bud
Putu Bagus Windhi Santika mengatakan, melalui pendekatan visual yang peka dan narasi yang intim, film-film dalam program ini merefleksikan dunia dari lensa yang jarang mendapat sorotan dalam sinema arus utama. “Perspektif perempuan menghadirkan pengalaman yang lebih mendalam, emosional, dan kompleks, menantang stereotip serta memperkaya keragaman cerita dalam lanskap perfilman Indonesia,” jelasnya.
Menurut Putu Bagus Windhi Santika film adalah cermin peradaban. Ketika semakin banyak perempuan berbicara melalui karya film, kita mendapatkan cermin yang lebih jujur dan utuh tentang kehidupan. “Melalui kegiatan ini, Sanur Cinema Creative menghadirkan panggung bagi karya-karya dari para filmmaker perempuan serta suara-suara tentang perempuan, agar dapat diapresiasi oleh publik yang lebih luas,” paparnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Sanur Cinema Creative turut memberikan apresiasi berupa piagam penghargaan dan trofi kepada para filmmaker muda Bali, sebagai penyemangat agar terus berkarya dan menghidupkan keberagaman perspektif dalam dunia perfilman.
Sementara itu, kurator program Vanesa Martida menjelaskan, acara ini merupakan bentuk perayaan dan pengakuan terhadap suara-suara perempuan dalam dunia kreatif. “Sebanyak 12 film diputar dalam program ini, menampilkan beragam perspektif dan ekspresi dari sineas perempuan maupun karya yang mengangkat isu-isu perempuan. Program ini lahir dari keresahan akan terbatasnya ruang bagi sineas perempuan, dan harapan bahwa ruang ini akan memperluas akses, menciptakan dialog, serta menyemai keberanian untuk terus berkarya,” ungkapnya.
Vanesa menambahkan, melalui Perempuan dalam Sinema, maka Sanur Cinema Creative mengajak publik untuk menyadari bahwa sinema bukan sekadar tontonan, melainkan medium representasi, empati, dan pembentukan budaya. “Ketika perempuan diberi ruang untuk bercerita, kita semua memperoleh cara pandang yang lebih kaya terhadap dunia. Sebanyak 12 Film itu buktinya,” katanya. [T]
Reporter/Penulis: Nyoman Budarsana
Editor: Adnyana Ole