PERNAH menonton lomba debat berbahasa Bali? Jika belum pernah, sesekali menontonlah dalam acara Bulan Bahasa Bali, tingkat provinsi atau di kabupaten terdekat, Februari 2025 ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lomba debat mabasa (berbahasa) Bali atau kini dinamai Lomba Wiwada memang selalu ada dalam materi lomba di Bulan Bahasa Bali. Sebagai tontonan, dibanding lomba lain semisal nyurat aksara (menulis lontar), lomba debat memang paling asyik sebagai hiburan sekaligus pendidikan.
Lomba debat, dalam bahasa apa pun, pastilah serius. Begitu juga lomba debat berbahasa Bali. Namun, lomba debat berbahasa Bali kadang menampilkan sejumlah hal yang tak ada dalam debat bahasa lain. Misalnya ekspresi wajah yang unik, aneh, juga lucu.
Kelucuan terjadi bukan karena materi debat yang lucu. Kadang kelucuan tampak terlihat ketika peserta debat tak menemukan kata-kata dalam bahasa Bali untuk mengungkapkan pikiran. Kadang tanpa sadar mereka menggaruk hidung, atau mengusap wajah, atau garuk-garuk kepala, di tengah keseriusan mereka berpikir.
Lomba atau Pertandingan?
Sistem atau tatacara lomba yang digunakan dalam lomba debat berbahasa Bali sama seperti lomba debat dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris.
Dua tim berhadap-hadapan. Satu tim teridiri dari tiga orang. Satu tim pro (cumpu), satu tim kontra (tungkas). Penentuan tim pro dan tim kontra biasanya dilakukan dengan suit. Topik yang diperdebatkan biasa berkaitan dengan tema Bulan Bahasa Bali setiap tahunnya.
Kenapa disebut lomba debat, padahal kedua tim berhadap-hadapan? Biasanya, jika pesertanya saling berhadapan disebut pertandingan, seperti pertandingan badminton, voli, sepakbola, dan sejenisnya.
Dua tim berhadap-hadapan dalam lomba debat Bulan bahasa Bali di Buleleng | Foto: Ist
Made Sudiana, peneliti BRIN yang sering menulis pada rubrik Bahasa di tatkala.co pernah menulis bahwa seharusnya disebut pertandingan debat, bukan lomba debat. Tapi, tak apalah, toh sama-sama paham.
Membangun Argumen dalam Bahasa Bali
Made Sudiana yang pernah menjadi juri lomba debat di Denpasar mengatakan, ada sejumlah hal yang sering menjadi tantangan utama peserta dalam mengikuti debat.
Pertama, membangun argumen dalam bahasa Bali, baik pro maupun kontra. Kedua, cara penyampaian argumen menggunakan bahasa Bali. Ketiga, metode penyampaian argumen supaya efektif karena ada batas waktu.
Rata-rata peserta lomba debat hanya mampu mengungkapkan pidato substantif pada menit-menit awal mereka bicara dengan menggunakan bahasa Bali yang baik. Itu termasuk mengenalkan asal sekolah dan nama anggota tim. Mungkin karena disiapkan jauh hari sebelum perlombaan.
Tapi ketika sudah memasuki perdebatan, peserta tampak kesulitan menyampaikan argumen mereka dalam bahasa Bali, baik tim pro maupun tim kontra.
Strategi Pembina
“Menyampaikan argumen dalam bahasa Bali memang menjadi tantangan tersendiri dalam lomba debat,” kata Weda Sanjaya, guru Bahasa Bali sekaligus pembina tim lomba debat di SMAN Bali Mandara.
Pada perayaan Bulan Bahasa Bali di Kabupaten Buleleng, 4 Februari 2025, tim debat SMAN Bali Mandara berhasil meraih juara satu, dan berhak mewakili Buleleng dalam lomba serupa di tingkat Provinsi Bali.
“Tahun ini tahun ketiga saya membina lomba debat berbahasa Bali,” kata Weda Sanjaya.
Tim debat SMAN Bali Mandara | Foto: Dok. SMAN Bali Mandara
Menurut Weda Sanjaya, tantangan terbesar membina lomba debat atau lomba wiwada adalah mencari peserta yang memiliki kemampuan debat dan mampu berbahasa Bali dengan baik.
Untuk itulah, selaku pembina, Weda Sanjaya terus-menerus mencari metode-metode pembinaan sekaligus menemukan tim yang mampu erdebat sekaligus juga mampu berbahasa Bali yang baik.
“Pengalaman pertama membina, saya bina anak-anak dari club debat di sekolah. Selama persiapan kami membedah mosi. Tapi saat tampil, belum bisa maksimal karena mereka gagal menyampaikan argumennya dengan bahasa Bali yang baik,” kata Weda Sanjaya.
Kemudian pada pengalaman kedua, yakni tahun 2024, ia merekrut anak-anak dari ekstra bahasa Bali. Kemudian, kepada mereka ia memperkenalkan tekhnik debat.
“Saya siapkan template cara menyampaikan argumen layaknya persiapan lomba pidarta, namun mereka tetap saya ajak membedah mosi sehingga mereka bisa menyampaikan dengan pemahaman mereka sendiri,” katanya.
Syukurnya, dengan cara ini, tahun 2024 lalu, tim SMAN Bali Mandara meraih juara satu, dan tahun 2025 ini juga meraih juara satu tingkat kabupaten.
“Kini kami bersiap ikut lomba pada Bulan Bahasa Bali di tingkat provinsi,” ujar Weda Sanjaya. [T]
Penulis/Editor: Adnyana Ole