SEPERTI tak henti-henti dalam membangun Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, Pondok Literasi Sabih Pedawa kembali mengadakan kolaborasi internasional dengan menggandeng sejumlah mahasiswa dari Universitas Toyo, Jepang, Kamis (5/9/2024).
Tujuan utama kegiatan ini adalah memperkuat pemahaman lintas budaya untuk anak-anak Pondok Literasi Sabih (PLS). Dalam kolaborasi tersebut, anak-anak PLS mendapat pengalaman berharga, seperti bagaimana menerima dan memperlakukan tamu yang berlatar belakang budaya yang berbeda. Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan menanyakan banyak hal tentang Jepang dan budayanya.
Anak-anak PLS juga dengan bangga menunjukkan berbagai kreativitas yang diajarkan di Pondok Literasi Sabih kepada para mahasiswa Jepang. Mereka menunjukkan tarian Bali, permainan tradisional Desa Pedawa, permainan gangsing, dan membuat canang. Para mahasiswa Jepang juga mendapat kesempatan memakai pakaian adat Bali yang selanjutnya ditunjukkan dengan foto bersama menggunakan pakaian adat Bali.
“Khusus untuk beberapa permainan tradisional Pedawa, ini merupakan hasil revitalisasi permainan tradisional yang selama ini getol dilakukan oleh PLS. Selama ini PLS aktif untuk menggali kembali permainan-permainan tradisioanl yang hampir punah di Pedawa,” ujar I Wayan Sadyana, Pendiri Pondok Lietrasi Sabih Pedawa.
Tidak hanya itu, PLS juga pernah melakukan revitalisasi sastra lisan bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Bali. Pada tahun 2022, PLS melakukan revitalisasi sastra lisan I Jaum, yang selanjutnya dialihwahanakan dalam bentuk pementasan drama.
Dalam pertemuan tersebut, para mahasiswa Jepang juga mendapat kesempatan untuk melihat sapi gerumbungan di Desa Pedawa.
Kedatangan mahasiswa Universitas Toyo ke Pondok Literasi Sabih terselenggara berkat kerjasama Pondok Literasi Sabih Pedawa dengan Jaringan Ekowisata Desa (JED), sebuah lembaga perkumpulan yang bergerak dalam bidang pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan kebudayaan.
“Rombongan yang terdiri dari 18 mahasiswa dan satu orang dosen pendamping itu juga menginap semalam untuk merasakan kehidupan masyarakat Desa Pedawa,” kata Sadyana.
Pondok Literasi adalah sebuah komunitas belajar bagi anak-anak yang dibentuk pada tanggal 18 Agustus 2018. Komunitas ini berawal dari kegiatan belajar bahasa Inggris untuk anak-anak tetangga sekitaran tempat komunitas berada yang dirancang oleh pendiri komunitas.
Lama-kelamaan makin banyak anak-anak yang datang untuk belajar sehingga disepakai untuk menjadikannya sebuah komunitas belajar yang tidak hanya untuk bahasa Inggris semata, tetapi juga memberikan pelajaran bahasa Jepang, bahasa Bali, kebudayaan Pedawa, serta mesatua Bali.
Nama Sabih diambil dari nama teritorial tempat keberadaan komuntas ini berada. Selanjutnya, nama “Sabih’ ini dikembangkan menjadi akronim dari “Sarining Aksara Budhi Indrya Hayu” yang diartikan secara bebas menjadi “mewujudkan kehalusan budi dan indrya melalui inti sari aksara”.
Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa pengembangan budaya literasi harus bermuara pada satu kepentingan, yaitu untuk ikut menyumbang “pembudayaan” makna yang baik bagi anak-anak. Anak-anak dengan budaya literasi yang baik adalah “tunas” muda yang akan tumbuh subur mewarnai kehidupan nantinya.
Konsep “pembelajaran” dalam PLS terinspirasi dari tembang klasik dalam geguritan Tamtam: “Paksi sesapine luih, mengulayang ngyumbara desa, nanging genahnyane pasti, ring aungane lintang tis”. Terjemahan bebasnya: “Burung Walet adalah burung yang bagus, dia terbang melintas batas, tetapi tidak lupa tempatnya kembali, diterowongan yang sangat sejuk”.
“Konsep ini kami sederhanakan dengan memberikan anak-anak kesadaran akan tantangan hidup ke depan dan sekaligus membuat mereka bangga akan Bali dan Pedawa sebagai tempat tinggal mereka,” jelas Sadyana.
Oleh karena itu, PLS memberikan pelajaran tentang bahasa Inggris dan bahasa Jepang sebagai peletak dasar tuntutan “berfikir global” dan memahami kebudayaan lain, serta memberikan pelajaran mesatua bahasa Bali dan Pedawa, puisi-puisi berbahasa Pedawa, dan menanamkan pengetahuan tentang ke-Pedawa-an.
“Kepedawaan [hal-hal tentang Pedawa], kami pilih sebagai cara untuk turut menyumbang kepada pemertahanan nilai-nilai budaya dan keunikan Pedawa sebagai sebuah desa tua di Bali [Desa Bali Aga],” tutur Sadyana.
Di PLS, kegiatan kolaborasi dengan pihak asing seperti ini sudah berlangsung beberapa kali sejak didirikan tahun 2018. Komunitas literasi ini pernah melakukan kegiatan kolabiratif dengan mahasiswa dari Universitas Ohkagakuen (2019), Universitas Iwate (2018, 2019, dan 2023), dan sejumlah siswa SMP dan SMA dari kota HITA Jepang.
“Selain lembaga-lembaga tersebut, PLS juga pernah bekolaborasi dengan SMA Bali Mandara, Balai Bahasa, dan beberapa sukarelawan dari Australia dan Jepang,” terang Sadyana.
Pada tahun 2019, PLS pernah ikut dalam kegiatan pembuatan film anak yang dilakukan oleh TVRI Denpasar. Saat itu, TVRI membuat film dokumenter tentang permainan anak tradisional, yakni permainan Gasing (gangsing)—lihat https://www.youtube.com/watch?v=jOa0lNGmo-U .
Kegiatan tersebut secara tidak langsung adalah bentuk pengenalan kambali permainan anak tradisional yang sudah mulai ditinggalkan di tengah gerusan budaya permainan online.
Tahun 2022 PLS bekerjasama dengan Balai Bahasa Provinsi Bali dalam melakukan revitalisasi sastra lisan Desa Pedawa. Kegiatan ini untuk membangkitkan kembali sastra lisan I Jaum yang sudah hampir punah. Kegiatan dipentaskan dalam drama I Jaum. Bisa lihat di https://www.youtube.com/watch?v=r0mMOl92upE&t=353s .[T]
Editor: Jaswanto