3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lilik Suryani: Senpai Shorinji Kempo Buleleng yang Humanis

JaswantobyJaswanto
September 10, 2023
inPersona
Lilik Suryani: Senpai Shorinji Kempo Buleleng yang Humanis

Lilik Suyani

MALAM ITU di Mailaku—salah satu tempat nongkrong elit di Singaraja—sedang ramai-ramainya. Meja dan kursi yang tersedia nyaris penuh. Yang tua dan yang muda berbaur bersama canda, obrolan, dan bau masakan. Desain interiornya yang antik dengan lampu yang agak remang memberi kesan romantik dan nostalgi tersendiri. Semacam memasuki lorong waktu dan terlempar ke masa yang lampau.

Rombongan pegawai sebuah toko kosmetik mendaulat meja dan kursi di dekat pintu masuk. “Sedang merayakan ulang tahun salah seorang dari mereka,” kata pelayan kepada rekan kerjanya. Sementara itu, di sebelahnya, sepasang kekasih asyik menikmati hidangan yang dipesan. Mereka bergeming di tengah keramaian.

Seorang pelayan laki-laki dengan makanan dan minuman di kedua tangannya, wira-wiri seperti mandor kebun karet. Rambutnya tipis dan agak surut ke belakang. Sementara itu, rekan kerjanya, seorang perempuan mungil, sibuk menyambut dan mendatangi pengunjung yang seperti tak ada habisnya. “Selamat datang, Kak. Mau pesan apa, Kak?” katanya sambil menyodorkan buku menu yang membuat pengunjung saling bertanya juga, “Kamu mau pesen apa?”

Di tengah keriuhan pelayan dan pengunjung itulah, seorang senpai Shorinji Kempo Buleleng, bersama keluarga kecilnya, sedang bercerita tentang perjalanannya menjadi atlet Kempo tahun 1980-an kepada tatkala.co, Jumat (8/9/2023) malam. “Silakan pesan minum dulu,” ujarnya, sebelum diwawancarai.

Dan sesaat sebelum makanan dan minuman yang telah dipesan dihidangkan, perempuan kelahiran Juli 1970 itu membuka ceritanya dengan kisah tahun 1982—untuk pertama kalinya ia mulai latihan Kempo. Saat itu, perempuan dengan nama lengkap Lilik Suryani itu baru kelas 6 SD.

“Saya mengenal Kempo dari kakak saya. Dia atlet juga,” terangnya.

Sebagai seorang perempuan, katanya, ia sangat beruntung lahir di keluarga yang memiliki keterbukaan berpikir dan menjunjung nilai-nilai kesetaraan. Orang tuanya tak keberatan anak perempuannya menjadi atlet seni beladiri—yang notabene identik dengan maskulinitas. Alih-alih melarang, mereka justru mendukung penuh apa yang sudah Lilik pilih.

Piagam Penghargaan Lilik Suryani sebagai juara 1 Embu Beregu Putra-Putri dalam Kejuaraan Kempo antar dojo se Kabupaten Buleleng tahun 1985 / Foto: Dok. Lilik

Padahal, zaman itu, saat Indonesia masih dikuasai rezim Orde Baru, patriarki masih menjadi momok menyeramkan bagi para perempuan—meski sebenarnya sampai sekarang di beberapa daerah masih seperti itu.

Pada masa ketika Soeharto sedang senang-senangnya menjalani profesi sebagai diktator, Lilik kecil mulai berlatih Kempo di Dojo Bhaktiyasa Singaraja. Ia dilatih oleh Sensei Nyoman Muliartha dan Sensei Pande Sumerhta Yoga. “Beliau berdua sangat menyuport saya. Kakak saya, Yap Lie Ciang, dan orang tua saya juga sangat mendukung saya untuk latihan dan menjadi atlet Kempo,” jelas Lilik dengan suara yang pelan dan lembut.

Hingga pada 1984, satu tahun sebelum Soeharto menerapkan asas tunggal Pancasila, Lilik mulai mengikuti kejuaraan antar dojo se-Kabupaten Buleleng dan berlanjut ke Kejurda, Kejurnas, Pra-PON, sampai PON XI 1985 di Jakarta.

Di ajang kejuaraan PON XI, Lilik berhasil menyumbangkan medali perunggu cabang olahraga (cabor) Kempo untuk Provinsi Bali bersama pasangannya, Heni Anggraini. Sedangkan, pada Pekan Olahraga Nasional saat itu, Bali berhasil menempati peringkat ke-16 dengan total perolehan 26 medali: 7 emas, 6 perak, dan 13 perunggu. “Itu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan,” kata Lilik.

Piagam Penghargaan Lilik Suryani saat mengikuti kejuaraan Kempo di PON XI 1985 Jakarta / Foto: Dok. Lilik

Pada saat menjelang PON di Jakarta itu, Lilik—yang masih kelas 3 SMP—harus bolak-balik Singaraja-Denpasar seminggu sekali untuk melakukan latihan. Dan ia sempat mengalami cedera.

Sebagai atlet Kempo perempuan, Lilik termasuk kategori kenshi yang berbakat. Dulu, ceritanya, saat ujian kenaikan tingkat, dirinya selalu menjadi lulusan terbaik. Dan saat ditanya apakah dirinya dulu memiliki latihan khusus? Ia menjawab, “Tidak”. Baginya, yang penting untuk dimiliki seorang atlet selain latihan adalah mental bertanding dan niat yang sungguh-sungguh.

“Kuncinya ada di konsentrasi dan gereget. Kalau sudah nggak punya gereget ya akan bisa,” ujarnya sambil memotong steak.

Karier Lilik sebagai atlet Kempo memang tak berlangsung lama. Sejak tahun 1990, setelah lulus SMA, saat mulai bekerja di  PT. Bank Central Asia (BCA), ia sudah mulai jarang mengikuti kejuaraan. Hingga saat umurnya hampir menginjak 40 tahun, ia mulai berlatih kembali. Dan sampai sekarang, meski tidak menjadi pengurus PERKEMI Buleleng, ia masih sering memberi dukungan kepada atlet-atlet muda di dojo tempatnya berlatih dulu.

Pada momen peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) di Taman Kota Singaraja, Jumat (8/9/2023), bersama lima atlet senior lainnya—termasuk juniornya (kohai) di Dojo Bhaktiyasa Arief Gunawan (baca tentang sosok ARIEF GUNAWAN DI SINI)—Lilik Suryani mendapat penghargaan dari KONI Buleleng sebagai bentuk penghormatan karena telah mengharumkan nama Buleleng dan Bali pada masanya.

Sosok yang Humanis

Yang membuat Lilik Suryani terkesan dengan Kempo adalah nilai-nilai yang diajarkan di dalamnya. Ia mengaku banyak mendapat pelajaran hidup dari seni beladiri yang berasal dari Negeri Sakura itu. Benar, selain mengajarkan teknik beladiri, Kempo juga terkenal dengan ajaran welas-asihnya, kasih-sayangnya. Semua kenshi diajarkan tentang nilai-nilai persaudaraan.

Hal itu dikarena seni beladiri ini berlandaskan ajaran Budha, yang melarang saling menyakiti dan membunuh. Oleh karena itu, semua atlet Kempo—yang biasa disebut kenshi—hanya diizinkan untuk mempertahankan diri dan tidak boleh menyerang terlebih dahulu.

Doktrin falsafah “Perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain” mempengaruhi susunan atau struktur gerak beladiri ini. Sehingga, menurut Lilik, gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan terlebih dahulu sebelum membalas kemudian.

“Kami diajarkan untuk menjadi manusia yang penuh kasih sayang. Ini sesuai dengan semboyan kami: Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman,” terang Lilik mengutip semboyan Shorijin Kempo.

Sebagai seorang pribadi, Lilik memang sosok yang humanis. Ia senang menebar kebahagiaan di mana-mana. Saat ada bencana melanda suatu daerah, bersama keluarganya, sebisa mungkin ia akan memberikan bantuan.

Lilik Suryani (yang memegang piagam) seusai menerima penghargaan dari KONI Buleleng / Foto: Dok. Perkemi Buleleng

Saat Gunung Agung meletus, Gunung Semeru erupsi, atau saat Pulau Lombok digoncang gempa bumi  2018, Lilik selalu membantu.

“Bahkan saya pernah belusukan sampai ke pedalaman Pulau Seram, Maluku, untuk sekadar membantu,” katanya.

Selain memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, Lilik juga memiliki jiwa petualangan yang tidak main-main. Senpai Shorinji Kempo Buleleng itu mengaku suka mendaki gunung. Ia pernah mendaki Semeru dan Rinjani—bahkan sudah dua kali.

Barangkali, selain faktor ajaran keluarga, dari Kempo dan kesukaannya mendaki gunung itulah jiwa kemanusiaannya semakin membuncah. Lilik sadar betul bahwa kasih sayang dapat melintasi perbedaan apapun. Entah suka, ras, golongan, maupun agama.

Ia tidak pernah membeda-bedakan manusia. Sebab, menurutnya, semua berhak mendapat kasih sayang dan semua juga wajib memberikan kasih sayang—walaupun dengan kadar dan cara yang berbeda-beda.

Lilik adalah seorang humanis yang universal. Ia mengagumi Gus Dur, sosok yang dinilainya sebagai humanis sejati. Dan ia juga percaya bahwa setiap agama mengajarkan cinta kepada pemeluknya.

Benar. Setiap agama memang mengajarkan cinta kepada pemeluknya, tetapi cinta itu sendiri tak punya agama—karena cinta adalah tujuan dari setiap agama.

Kedudukan cinta itu di atas agama. Agama adalah jalan, cinta adalah tujuan yang hendak dicapai oleh jalan itu. Bagaimana bisa tujuan lebih rendah tingkatannya daripada jalan yang menuju kepada-Nya?

Maka, Lilik percaya, jika ada yang mengaku sebagai orang yang beragama namun belum mampu merasakan cinta dan melihat cinta di mana-mana, orang tersebut patut memperbaiki caranya beragama.

Dan jika ada yang mengaku sebagai orang beragama namun senantiasa masih menyebarkan kebencian dan permusuhan, memandang orang lain yang tidak seagama dengannya lebih rendah derajadnya, maka beragamanya sia-sia belaka. Karena Tuhan adalah Cinta!

Falsafah Shorijin Kempo berbunyi: “Perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain.” Itu.[T]

Baca juga artikel terkait TOKOH atau tulisan menarik lainnya JASWANTO

Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana

Tags: atletikKONI Bulelengolahragapencak silattokoh
Previous Post

Kelir Wayang dan Sihir Atmosfer Dalang

Next Post

Mahasiswa Inbound Unud Mengeksplor Kawasan Pura Besakih dengan Modul Kebhinekaan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Mahasiswa Inbound Unud Mengeksplor Kawasan Pura Besakih dengan Modul Kebhinekaan

Mahasiswa Inbound Unud Mengeksplor Kawasan Pura Besakih dengan Modul Kebhinekaan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co