TUHAN DI ATAS KITA
“di mana kau sembunyi, adam?” tanya tuhan
–adam di balik belukar sorga–
tapi di mana kita sembunyi sekarang
tuhan di atas kita
dan tak ada belukar di bumi
kecuali selembar daun
secarik kain dan kertas yang gampang berterbangan
dihembus angin
tuhan di atas kita
menatap ke mana-mana
“kenapa kau sembunyi, adam?” tanya tuhan
–adam telah makan buah larangan–
tapi apa yang bisa kita sembunyikan sekarang
tuhan di atas kita
dan tak ada belukar di bumi
kecuali selembar daun
secarik kain dan kertas yang gampang berterbangan
dihembus angin
tuhan di atas kita
menatap ke mana-mana
GOA GAJAH
tapi bukit-bukit dan padang ilalang
tak pernah bercerita tentang kaki gajah
yang telah meruntuhkan bukit
di bawah sana
dan mengukir wajahnya di tebing keras
tapi tanah-tanah runtuh
jurang-jurang menganga
mengalir air di ceruk-ceruk curam
tapi para turis berdatangan
dengan mata tustel
dengan sepatu berdaki
tapi para dewa dalam goa gelap
yang bertapa di sisi pelita kecil
tak pernah peduli
tak pernah
MUSIM HUJAN
musim yang menggantung
di bawah langit
hari ini
kuyup
burung-burung menghitung mimpinya
satu-satu
beku
sudah malam, ujarmu sambil menutup pintu
angin tiba-tiba berhenti
bisu
kaku
beku
sementara malam lama sudah berlalu
menerjang pepohonan
menerjang belukar
menerjang mimpi
beku
di dalam kita masih sibuk
menghitung waktu
:adakah sudah berganti?
KALAU MAUT
I
kalau maut datang menjemput
yang berjalan berjalan sendiri dengan bayangan
yang bicara bicara sendiri dengan bayangan
yang menangis menangis sendiri dengan bayangan
dan monumen cerita yang tertulis dalam agenda
jadi teman setia
ketika sepi ketika malam ketika mimpi
menggantikan tangis agar tak berkepanjangan
II
kalau maut turun di jalan
jejak terendam di lumpur di jalan
mati satu-satu tanpa doa
kaukah yang menggigil di bawah angin?
mati satu-satu
terbawa musim terus lewat
terbawa angin dan melayang jauh
sampai mimpi tinggal bayangan
tak kau kenal pun baunya sangat asing
tiba-tiba saja kau dibuatnya terjerat
(suatu saat waktu kau tak ingat)
ZIARAH
i
lama sudah
doa ini kupersembahkan di sini
di atas kuburmu
di sisi nisan
tapi kenapa masih utuh sampai sekarang
ii
hanya bunga yang bisa kupersembahkan sebagai sesaji
hanya bunga dengan doa
maafkan, tanpa kusertai cinta
karena cintaku telah kering di dasar hati
BANJIR
merpati yang kau lepas lewat jendela kemarin
telah kembali
di paruhnya terjepit selembar daun
(pertanda banjir telah surut)
ujarnya setelah menyerahkan daun:
–banjir telah surut
tapi banjir air-mata di jiwa
makin menjadi
lantaran hati manusia
tak lagi mampu membendung dosa-dosa yang tiba
APALAGI YANG KAU HARAP
apalagi yang kau harap dari tuhan
selain rahmat?
ampunan?
o sia-sia
karena doa-doa
kini juga berlumur dosa
EPISODE DOA
1
(yang kukubur)
yang kukubur di bawah semak
hanya jejak dan bayangan-mu, tuhan
yang sisa sebelum terguyur hujan sore
sementara mimpi-mimpi tentang diri-mu yang terlanjur tumbuh
masih kugenggam erat
meski hingga kini sama sekali tak kumengerti
di mana kau berada
2
(isyarat)
tuhan
jika kau lewat dalam mimpiku
berilah aku isyarat
agar aku tahu kalau kau yang datang
agar aku bisa melihat-mu
meski hanya sekilas
3
(tangan)
tangan yang menadah
di bawah-mu
telah lama kering
tapi, tuhan, yang kutunggu-tunggu
setetespun belum terjatuh
4
(daun yang melayang)
daun kering yang melayang
dekat jendela kemarin
turut terbawa mimpi-mu
dan ketika akhirnya terjatuh di tanah
bercerita pada angin apa saja yang kau impikan
(maafkan aku, tuhan
aku juga turut mendengarkan
karena itu aku jadi tahu
sesungguhnya bukan aku yang ada dalam mimpi-mu)
SAJAK TENTANG ANAK-ANAK
“akulah tuhan”
“aku malaikat”
“aku dokter”
“aku ayah”
“siapa yang jadi anak?”
(adam turun di padang ilalang memburu mimpi
sementara eva menangis kehabisan air susu
tapi anak-anak di halaman tak pernah tahu
apa arti matahari untuk hari ini
pun seonggok sampah penuh timbunan
penyakit, jadi tempat mainan)
“kalau mati aku pilih masuk sorga”
“aku juga”
“enakan di neraka, bisa lihat bintang film”
“aku juga pilih di neraka”
“kalau kalian mati, aku yang menghabiskan kembang gula di laci”
(sementara eva menatap firdaus yang tenggelam
dalam kedinginan kabut
adam mempertahankan mimpi di bibir jurang
tapi anak-anak di halaman tak pernah tahu
berlarian ke jalan mereka melepas tawa)
NYANYIAN KANAK – KANAK
suara kanak-kanak tanpa kata
yang di atas embun pagi harinya hanya gema
menyusup dalam matamu cahya pun mati
dan sajak-sajak bertinta hitam tak kau mengerti
tak ada dunia murni pagi hari
tangan kanak-kanak telah melempar ke alam mimpi
yang lewat kemudian hanya kaki-kaki lelah
tak mengenal tangis pun tak ada istirah
yang ada kini: dulu mainan kesukaan kanak-kanak
yang ada kini: dulu dunia permainan kanak-kanak
tapi kini kaubikin doa di tengah dunia
tapi kata-kata tak lagi sejernih air mata
_____
KLIK UNTUK BACA PUISI-PUISI LAIN
_____