Di kalangan pengerawit Bali utamanya pada penabuh Gender Wayang pasti kenal dengan gending Tulang Lindung. Sebuah gending yang digunakan sebagai sajian gending pembuka dalam pertunjukan wayang kulit Bali dan sebagai gending instrumentalia/petegak.
Gending petegak/instrumentalia merupakan repertoar yang menyajikan komposisi musikal secara an-sich dengan menampilkan olahan melodi, pepayasan ubitan dan pelit-pelitan matra. Gending Tulang Lindung ini juga dipakai sebagai materi teknik dasar bermain gender wayang pada tingkat pemula, untuk mengajarkan keseimbangan tangan kanan dan tangan kiri.
Nama Tulang Lindung sendiri sangat menarik sebagai nama sebuah gending Gender Wayang. Tulang yaitu merujuk pada struktur kerangka sedangkan Lindung adalah bahasa Bali dari Belut yang masuk pada suku Synbranchidae dengan kelas genera Monopterus, Macrotrema, Ophisternon dan Synbranchus.
Jadi Tulang Lindung ialah struktur kerangka dari hewan Belut. Seperti yang kita ketahui, tulang belut yang termasuk pada golongan ikan memiliki struktur morfologi kerangka berbentuk memanjang dan terdapat batang-batang pendek berjajar rapat di sepanjang batang inti. Serta kulitnya bertekstur licin dan sedikit sisik. Bentuk fisik belut hampir mirip dengan bentuk ular (reptilia).
Kemudian apa hubungan struktur kerangka tulang belut (Tulang Lindung) dengan bentuk musikalnya? Atau apakah memang ada gagasan yang sama antara bentuk tulang dengan bentuk melodi atau irama? Sehingga dinamakan gending Tulang Lindung?
Pengripta dari gending ini yang selama ini kita masih kenal secara anomin, apakah memiliki proyeksi mimesis bentuk biologis belut terserbut ke dalam bahasa musikal beserta dengan gramatikalnya? Dari sederet pertanyaan tersebut, saya mencoba menelusurinya dengan menggunakan pendekatan analisis musikal dengan menggunakan instrumen notasi.
Dari hasil penotasian gending Tulang Lindung didapatkanlah visual dari notasi seperti berikut:
Dari figur notasi di atas dapat kita simak bahwa terdapat gerak ritme dari nada dang (1) yang ajeg serta menjadi tempo sebagai pukulan/gebug tangan kanan mirip seperti susunan tulang pendek-pendek yang berjajar secara rapat pada batang inti tulang belut.
Kemudian jika kita melihat secara horizontal, melodi gending dan ubit-ubtitan yang disajikan oleh tangan kiri selayaknya batang inti yang memanjang dan nada dang (1) yang ajeg sebagai tempo merupakan analogi dari tulang pendek-pendeknya.
Melihat dari penampakan dari Gending Tulang Lindung yang ditranskripsi dalam notasi, maka tidak berlebihan jika nama Tulang Lindung itu ini dipilih oleh sang empunya sebagai sebuah mimesis dari bentuk dan struktur tulang hewan belut itu sendiri ke dalam gramatikal musikal.
Dalam konteks Gending Gender Wayang dengan judul Tulang Lindung, penyematan nama merujuk pada sebuah transformasi rupa ke dalam bahasa musikal. Terdapat realitas pengamatan mata (visual) ditransformasi pada pendengaran (auditif). Sanga rakawi gending pada waktu itu memiliki sebuah metode ‘transformasi indra” dalam penciptaan sebuah gending.
Hal ini patut dijadikan sebuah pijakan dalam menyusun formulasi gramatikal musik yang terinspirasi dari bidang lain seperti rupa visual morfologi biologis. Disamping itu, cara transformasi sang rakawi dalam menciptakan gerak musikal Gending Tulang Lindung dari visual menyublim ke dalam bahasa musikal yang konkrit antara gagasan dan aktualisasi bunyinya layaknya digunakan sebagai salah satu acuan proses kreatif penciptaan gending. [T]
_____
BACA JUGA: