24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pulang Adalah Kepastian, Rumah Hanya Persinggahan

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
January 27, 2021
inUlasan
Pulang Adalah Kepastian, Rumah Hanya Persinggahan

Tak selamanya essai ditulis dengan gaya yang kaku dan akademis. Tak jarang essai yang saya temukan memiliki gaya yang begitu santai namun tidak lepas dari substansi pembahasan. Dan, cara penulisan santai tanpa melupakan substansi pembahasan yang sekarang coba saya dalami. Tentu angka-angka, matriks, grafik yang merupakan bagian dari kesatuan yang disebut sebagai data sangat penting dalam penulisan essai—sebagai dasar penulis dalam menyusun argumentasi pula. Tapi hasil pengamatan atau observasi dari penulis pun juga tak kalah penting dilakukan, bisa juga dijadikan dasar dalam menyusun argumentasi. Memang milenials sekali sih saya, karena saya lebih menyukai essai yang penulisannya santai, berdasarkan observasi—tentu karena menurut saya lebih mudah dipahami. Inilah yang saya temui dari buku anyar dari salah satu Sastrawan Bali Gde Aryantha Soethama yang berjudul “Orang Bali Pulang”.

Berkenalan dengan “Orang Bali Pulang”

Buku ini lahir di pertengahan tahun 2020 lewat asuhan Prasasti—penerbit yang notabene diasuh langsung oleh Gde Aryantha Soethama. Buku yang berisikan 70 essai ini terbagi menjadi delapan bagian. Memuat berbagai persoalan tentang Bali, salah satunya soal konsep pulang di konsep Hindu Bali sebagai tema utama. Buku setebal x + 264 halaman ini juga berhasil menyadarkan saya bahwa Bali sebagai daerah wisata menyimpan berbagai kekayaan, juga bersamaan dengan itu menyimpan potensi permasalahan yang begitu kompleks.

Tak hanya soal pulang, di dalamnya juga menghadirkan berbagai essai singkat soal kuliner, filosofi hidup, tata laku, budaya, serta laku spiritual masyarakat Bali. Tentu seperti saya katakan di awal, Gde Aryantha Soethama menunjukkan tajinya dalam menyampaikan hasil observasinya. Ia juga menghadirkan berbagai bentuk cara penulisan untuk menyampaikan substansi pembahasan. Salah satunya hadir pada essai dengan judul “Tahu Bali Lena-Leni” (hal. 54). Dibuka dengan aktivitas kemah budaya, disana diceritakan terjadi pertemuan dua perempuan yang memiliki banyak kemiripan—salah satunya nama. Dilanjutkan dengan dialog imajiner dua tokoh tersebut yang diakhiri dengan dialog solutif. Biar saya kutipkan narasinya:

“Menjelang balik ke Manado, Lina menyodorkan gagasan kepada Leni. “Bagaimana kalau kita kemas tahu bali, dan kita jual ke swalayan?”

Dari kalimat sederhana di atas, secara tidak langsung saya bisa menangkap kalau ada gagasan yang ditawarkan kepada pembaca. Ya, gagasannya adalah mengkemas produk-produk mentah hasil masyarakat sehingga memiliki nilai lebih untuk Kembali dipasarkan. Tentu hal ini menjadi refleksi penulis bahwa sesungguhnya banyak produk yang sebenarnya bisa dipasarkan dengan nilai tinggi, tetapi cara pengemasan yang kurang menarik membuat produk asli Bali seperti tahu sukawati tersebut tak memiliki nilai lebih di mata pasar.

Andai masyarakat mau untuk mengolah lebih lanjut ditambah dengan pengemasan yang ciamik tentu harga akan bisa didongkrak, dan pendapatan masyarakat juga meningkat. Kan lumayan buat beli janur dan kawan-kawan untuk menyambut hari raya.

Menyelami Konsep Pulang

Pulang buat banyak orang menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Apalagi saya pekerja kantoran, tentu sangat menanti waktu pulang. Ya, setelah pulang saya bisa melepas penat dari lelahnya bekerja seharian. Tapi nyatanya, pulang memiliki makna lebih dalam dari definisi sederhana yang saya sampaikan di awal tadi.

Pulang identik dengan rumah, ya biasanya orang pulang pasti ke rumah atau sebutan lainnya. Khusus bagi masyarakat Bali sejak dulu hingga kini nampaknya masih meyakini bahwa pulang tak hanya diperuntukkan untuk rumah di dunia saja, melainkan juga di alam lain (niskala). Sehingga buat masyarakat Bali sendiri, pulang adalah sebuah kepastian—entah pulang ke rumah secara sekala atau pulang secara niskala yang hanya bisa diakses lewat kematian. Sedangkan rumah hanya tempat untuk singgah saja, karena rumah sifatnya sementara bagi masyarakat Bali yang meyakini bahwa pulang merupakan bagian dari satu lingkaran reinkarnasi.

Essai berjudul “Orang Bali Pulang” (hal. 38) menjadi salah satu dari beberapa essai panjang dalam buku ini. Essai ini menggambarkan bagaiman tata laku masyarakat Bali dalam menyambut kepulangannya atau kerabat mereka. Penulis juga mengaitkannya dengan fenomena “dipaksanya” pekerja migran untuk pulang karena Covid-19. Kepulangan yang biasanya disambut riuh dan penuh suka cita kini penuh balutan kesunyian. Hanya tenaga medis yang menyambut memastikan pekerja migran kembali dalam kondisi sehat untuk selanjutnya diantarkan ke tempat karantina. Ada hal menarik yang patut digarisbawahi oleh saya, mungkin juga kalian. Pulang bukan menjadi tanda seseorang menyerah, tetapi pulang menjadi titik awal seseorang merefleksikan apa yang terjadi sebelumnya untuk memulai semuanya dari awal.

Bali Unik Lewat Istilahnya

Tentu buat saya yang memang sejak kecil lahir dari komunitas masyarakat Bali yang kental mengetahui berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk mengungkapkan sebuah maksud. Ungkapan tersebut kalau bahasa Balinya mekulit atau masih harus dimaknai kembali. Tapi, kalau berbagai ungkapan digunakan saat bercengkrama dengan sesama masyarakat Bali yang fasih, tentu tidak akan jadi masalah.

Istilah mekulit yang masyarakat Bali gunakan kini pun sesungguhnya berangkat dari berbagai fenomena. Jadi singkatnya, istilah-istilah tersebut untuk mengungkapkan suatu sikap atau tindakan yang dilakukan. Jadi istilah itu tercipta untuk memperkaya khazanah bahasa dalam pergaulan masyarakat. Menariknya dalam buku ini, penulis menulis keasalmulaan dari beberapa istilah yang kerap kali digunakan dalam pergaulan. Apa saja itu? Tentu saya akan cantumkan beberapa. Karena gak asik kalau semua saya cantumkan.

Pertama ada istilah Ngelawar Capung. Sebagai orang Bali, saya pun baru mengetahui keberadaan istilah ini—istilah yang akrab saya dengar, begitu juga saya gunakan dalam percakapan bertemakan tentang capung ya hanya “Mandi Capung”. Essai ini bisa dibaca pada halaman 13—ringkasnya bahwa Ngelawar Capung memiliki arti sekelompok orang yang melakukan kegiatan tidak efisien, kelihatannya saja wah tapi hasilnya sedikit nyaris nihil.

Istilah menarik lainnya ada “Kopi Ngaben”. Istilah satu ini berhasil membuat saya menyerngitkan dahi, sebab saya harus dibuat berpikir apa sih keistimewaan dari kopi ngaben? Setelah membaca essai Kopi Ngaben (hal. 58) ini secara penuh, maksud dari istilah ini adalah takaran kopi yang didapat. Kalau dipikir-pikir, istilah ini lahir dari tata laku yang sudah mandarah daging di masyarakat adat kita. Setia pada pelaksanaan upacara adat—seperti ngaben misalnya, si empunya acara pasti menyiapkan minuman berupa teh atau kopi untuk para tamu yang hadir menyampaikan bela sungkawa. Ini hanya kemungkinan yang saya munculkan ya, kenapa istilah ini muncul, jadi saat melayani tamu saat menyuguhkan minuman, si empunya acara terburu-buru. Terburu-buru yang dimaksud adalah agar taka da tamu yang menunggu minuman terlalu lama. Jadilah takaran kopi setengah gelas yang oleh penulis diistilahkan sebagai kopi ngaben. Tentu jika saya atau kalian disuguhkan kopi takaran setengah gelas, bisa menyebutnya sebagai kopi ngaben. Hehehe.

Gagah atau Digagahi

Kumpulan essai yang dihimpun dengan baik dalam sebuah buku berjudul “Orang Bali Pulang” buat saya sendiri bisa menjadi bahan evaluasi. Tak hanya buat saya, tapi buat masyarakat Bali secara umum. Pariwisata saat ini sudah menjadi “Panglima Perang” ekonomi di Bali. Setiap jengkal tanah Bali “dipaksa” melayani berbagai aktivitas wisata dan bersamaan dengan itu pula, masyarakat Bali sibuk dengan berbagai upacaranya.

Kini Bali sedang terpuruk di jurang terdalam sejak kali terakhir merasakannya pasca Bom Bali I tahun 2002. Covid-19 berhasil merubah tata laku masyarakat—juga memaksa Bali menepi sejenak dari riuhnya hingar bingar ekspose manca negara. Konsekuensinya ya ekonomi masyarakat lumpuh, sesegera mungkin mencari alternatifnya. Dulu Bali terlihat gagah dengan pariwisata yang moncer, tiap tahun berhasil menyumbang devisa kepada negara triliunan, selalu saja menemukan destinasi wisata baru untuk wisatawan.

Kini? Semua berbalik begitu cepat. Begitu banyak kepemilikan aset wisata berada di tangan asing, masyarakat Bali sebagian besar hanya sebagai penonton—bangga menjadi tim hore dalam gemerlapnya wisata Bali. Merasa tak cukup, anak muda Bali berbondong-bondong mencari peruntungan di Kapal Pesiar dengan harapan ketika pulang sudah membawa jutaan dollar dari kerjanya. Namun yang harus diresapi bersama, sampai kapan saya, anda, kita semua mengandalkan sektor ini? Sektor yang paling rentan karena harus menghadirkan keamanan, kenyamanan, dan pelayanan di waktu bersamaan. Mari kita renungi bersama.[T]


BACA ULASAN BUKU LAIN DARI TEDDY

Previous Post

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

Next Post

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co