18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Desa Adat, Agama dan Politik Bali

I Gusti Agung ParamitabyI Gusti Agung Paramita
May 17, 2020
inEsai
Desa Adat jadi Panglima Perang Hadapi Corona

Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha

152
SHARES

The debate wheter desa dinas and desa adat should be re-unified has not yet come to an end in Bali (Warren, 2007).

BALI punya cara unik dalam merespon wabah Covid-19, bahkan membuat Presiden menghadiahkan pujian. Upaya yang dilakukan tidak hanya bersifat sekala, tetapi juga niskala. Ini memang tidak aneh di Bali, karena pandangan dunia Bali tidak bisa dilepaskan dari konsep-konsep dual seperti sekala dan niskala. Upaya secara sekala dan niskala ini menunjukkan keterlibatan tiga unsur lembaga di Bali yakni pemerintah, desa adat dan lembaga keagamaan (PHDI). Apa yang menarik di sini? 

Karena kurang kerjaan, saya ingin membahas ini. Sejak awal saya setuju jika selama ini masyarakat Bali tidak pernah membedakan urusan sekular dan agama secara ketat. Maka sejak awal, saya dongkol mendengar pembedaan antara sakral dan profan yang dibuat oleh akademisi kampus. Definisi dibuat sebagai bentuk respon eksploitasi agama dan budaya di sektor pariwisata.

Senyatanya, masyarakat Bali tak pernah berpikir parsial. Mereka berpikir holistik, bahkan sinkretik, mirip kultur dan pandangan dunia Jawa. Tak heran jika urusan politik, agama, budaya dan adat (termasuk sakral-profan) bercampur menjadi satu: mirip seperti adonan lawar Bali yang jaen itu! Artinya cara berpikir Cartesian (demarkasi subyek-obyek) sebenarnya tak laku di sini.

Jika kita bahas dalam spectrum yang lebih luas, memang nasionalisme di Indonesia dan Negara Eropa berbeda karakternya. Nasionalisme di Eropa cenderung melihat nasionalisme berlawanan dengan agama. Nasionalisme dipahami sebagai bagian dari proses sekularisasi dan modernisasi, selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan rasionalitas. Nasionalisme di Indonesia berbeda, karena justru berhubungan dengan pelembagaan agama itu sendiri. Buktinya pasca kemerdekaan ada desakan memformilkan agama agar menjadi agama yang sah.

Bali pun sebenarnya mengalami hal yang sama. Brigitta (2011: 193) menyebutnya sebagai “spiritualized modernity”. Modernitas spiritual ini berbeda secara substansial dari konsep modernitas barat, yang didasarkan pada asumsi bahwa modernitas adalah hasil dari proses sekularisasi. Di Bali, para aktor politik justru semakin memanfaatkan adat dan agama untuk membuat tindakan dan pesan mereka di depan publik agar lebih meyakinkan. Artinya di Bali modernitas adalah proses terbalik yang beralih dari sekularisme Barat ke ide-ide politik yang berbasis adat dan agama.

Upaya sekularisasi sebenarnya pernah dilakukan oleh Belanda dengan membuat dua jenis desa yang kita kenal dengan nama desa adat dan dinas. Dua kategori ini terpisah pada urusan internal dan pemerintahan. Unit administrasi baru pada waktu itu belum disebut desa dinas tetapi “gouvernementdesa” (Brigitta, 2011; haga 1992: Hunger 1933). Bisa dikatakan Desa dinas saat itu menjadi sarana sekularisasi menyangkut urusan-urusan birokratis administratif.

Upaya membuka unit administrative ini juga sebagai bentuk perlindungan terhadap desa-desa asli yang dianggap memiliki keunikan dan kekuasaan secara otonom. Liefrinck pada akhir abad ke-19 memperkenalkan istilah ‘dorpsrepubliek’ atau republik desa. Meskipun sebenarnya, gambaran Liefrinck bukan tanpa kritik, karena di desa-desa tradisional Bali seolah-olah tidak ada dinamika, hierarki dan konflik. Artinya gambaran Liefrinck dan Korn dianggap terlalu meromantisir keberadaan desa di Bali.

Ketika Indonesia menjadi negara merdeka, sistem administrasinya mengikuti yang dirancang pemerintah kolonial.  Sistem yang didasarkan pada pembagian kehidupan sosial menjadi desa dinas dan desa adat, bahkan dikolaborasikan dan distandarisasi.  Dinas menjadi kurang lebih berdiri untuk administrasi negara (Warren 1993: 296). Sementara desa adat hadir seolah-olah menjadi penyeimbang kekuatan Negara.

Desa adat memiliki kekuasaan politik yang melekat. Saat rezim orde baru, awal 1990-an adat digunakan untuk pertama kalinya sebagai kekuatan protes terhadap proyek-proyek mega-pariwisata di sekitar tempat-tempat suci di mana pemerintah nasional telah memberikan izin kepada investor nasional dan transnasional (Brigitta, 2011; Warren 1998,  2007). Pengunaan kekuatan desa adat dalam melawan kekuatan investor juga tampak dalam penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa.

Pasca bom Bali, jargon Ajeg Bali memperkuat posisi desa adat dalam urusan menjaga wilayahnya dari ancaman eksternal. Bahkan polisi adat bernama Pecalang hadir melakukan sweeping dan sidak kependudukan. Perannya sebagai ‘jagabaya’ wilayah pun semakin kuat. Di sini, desa adat dianggap sebagai benteng terakhir budaya Bali. Karena sebagai benteng, maka harus dijaga dan dilindungi.

Cara berpikir ini sangat mempengaruhi pemimpin selanjutnya di Bali dalam merancang strategi politiknya. Bahkan jargon ajeg Bali pun tak luput dijadikan jualan politik untuk memenangkan pilkada. Hal ini sudah biasa di Bali, penggabungan antara urusan politik, agama, budaya dan adat. Sensibilitas masyarakat Bali terhadap identitas primordial dimanfaatkan dalam ranah politik. Sebut saja misalnya, ketika salah satu media mainstream memberikan label Ajeg Bali terhadap salah satu pasangan calon saat itu. Termasuk memainkan identitas klan sebagai kekuatan politik. Untuk kasus Bali, itu hal yang biasa. Bahkan desa adat selalu jadi isu politik. Menaikkan bantuan desa adat misalnya, menjadi penting diajukan.

Apa yang bisa kita baca dari pemetaan tersebut?

Ya memang urusan politik, agama dan adat di Bali memiliki korelasi yang kuat; sebagai kekuatan sekala dan niskala. Termasuk munculnya Perda No. 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat, dan kebijakan ikutannya sampai adanya Dinas Pemajuan Desa Adat yang mengurusi adminitrasi bantuan hiba ke desa adat. Apakah ini salah satu upaya sekularisasi desa adat? Tidak juga!! Karena desa adat adalah kekuatan sekala (secara politis) dan niskala (adat dan agama) sekaligus. Sekali lagi: kekuatan sekala-niskala sekaligus!

Artinya siapapun pemimpin di Bali, pasti memperhitungkan Desa Adat sebagai kekuatan sekala dan niskala tersebut. Inilah mengapa, dalam urusan wabah Covid-19 pun Desa Adat ikut hadir di garda depan. Tugasnya apa? Ya sekala niskala itu; mendisiplinkan, mengawasi lalu lintas orang dan melaksanakan ritual keagamaan.

Ya ada dongkol dan protes tentu, karena dianggap terlalu membebani desa adat. Tapi siapa yang berani tanpa desa adat yang punya kekuatan sekala dan niskala itu? Apalagi para politisi? Maka kolaborasi pemerintah, desa adat, dan lembaga agama di Bali selalu menjadi penting, karena semua unsur terpenuhi: politik, adat, budaya dan agama. Lengkap sudah. Inilah karakteristik Bali. [T]

Tags: adatagamacovid 19desa adatPolitik
Previous Post

Sakit Maag Lama dan Sulit Tidur, Bisa Jadi Psikosomatis

Next Post

“Basa Nosa”, Bahasa Bali Dialek Nusa Penida yang Mirip Dialek Bali Aga?

I Gusti Agung Paramita

I Gusti Agung Paramita

Pengajar di FIAK Unhi Denpasar

Next Post
“Basa Nosa”, Bahasa Bali Dialek Nusa Penida yang Mirip Dialek Bali Aga?

“Basa Nosa”, Bahasa Bali Dialek Nusa Penida yang Mirip Dialek Bali Aga?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co