MUSIK adalah seni yang timbul dari perasaan atau pikiran manusia sebagai ungkapan ekspresi diri. Musik tercipta dari nada-nada atau suara-suara yang harmonis. Sejarah perkembangan musik tidak lepas dari perkembangan kebudayaan manusia karena musik merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia bersama dengan ilmu pengetahuan, bahasa, dan sastra. Jika musik diartikan sebagai ekspresi sederhana dari suasana hati atau respon literal terhadap peristiwa-peristiwa dalam diri pribadi pencipta lagu, maka diperlukan informasi atau referensi yang cukup untuk membangun hubungan langsung antara kehidupan dan karyanya. Para pendengar musik dapat menyelami makna dalam lagu lewat latar belakang atau sudut pandang pencipta, ataupun menelusuri setiap bait pada sebuah lirik lagu.
Lirik lagu merupakan ekspresi atau ungkapan hati seseorang tentang suatu hal yang telah dialami atau diamatinya. Dalam mengekspresikan pengalaman dan keresahannya, pencipta lagu atau musisi kerap melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan sebuah lirik yang menarik bagi khalayak. Musik adalah bahasa universal, karena siapa pun dapat menyampaikan gagasan dan keresahan melalui musik. Selain itu, musik juga dapat digunakan sebagai pelipur lara.
Perkembangan musik saat ini lebih menyesuaikan dengan selera pasar, label rekaman dan pencipta lagu harus mempunyai strategi agar lagu yang dipromosikan bisa laris manis. Hal ini menyebabkan banyak cabang industri musik menghasilkan lagu pop yang klise dan terinspirasi dari lagu-lagu populer sebelumnya dengan tema dan lirik yang hampir sama. Sehingga membuat industri musik saat ini menjadi seragam dan monoton. Namun, tidak semua musisi melakukan hal seperti itu, banyak juga musisi yang masih mempunyai idealisme dalam berkarya, kualitas musik yang konsisten, dan penulisan lirik yang khas. Salah satunya adalah Iwan Fals.
Siapa yang tidak mengenal Iwan Fals, musisi dengan nama lengkap Virgiawan Liestanto ini selain menjadi musisi ia juga merupakan seorang kritikus dan karateka. Iwan Fals adalah salah satu musisi yang konsisten berkecimpung di dunia musik sejak 1970-an sampai sekarang. Genre atau gaya bermusiknya amat beragam, mulai dari pop, rock, country, folk pop, dan masih banyak lagi. Lagu-lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals sangat menggambarkan suasana kehidupan di masa orde baru. Selain itu tema-tema yang diangkat olehnya juga sangat beragam seperti romansa percintaan, kritik sosial, kritik politik, dan krisis alam.
Sejak tahun 1975, sekitar 41 album sudah dirilis oleh Iwan Fals. Dalam analisis ini, penulis memilih lagu “Guru Oemar Bakrie” dalam album Sarjana Muda yang dirilis pada tahun 1981. Album Sarjana Muda adalah awal kepopuleran Iwan Fals di industri musik tanah air. Lagu-lagu karya Iwan Fals di album Sarjana Muda didominasi dengan tema kritik sosial, salah satunya adalah lagu “Guru Oemar Bakrie”. Lagu ini merupakan kritik sosial terhadap nasib guru dan pendidikan di tanah air.
Penulis memilih lagu “Guru Oemar Bakri” karena lagu ini merupakan salah satu lagu yang populer (hits) di masyarakat dan masih relevan dengan situasi pendidikan saat ini. Selain itu, penulis juga melihat keunikan dari segi penulisan lirik dalam lagu ini, liriknya begitu khas dan memiliki karakteristiknya tersendiri. Sebuah lirik lagu akan mempunyai makna jika pembaca atau pendengar memberikan maknanya. Namun pemberian makna ini harus melalui kerangka semiotik. Oleh karena itu, untuk menafsirkan tanda atau simbol dalam lirik lagu dengan baik, haruslah dianalisis secara semiotik.
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaan atau dapat dikatakan pembacaan berdasarkan konvensi sistem semiotika tingkat pertama, yaitu penjelasan urutan setiap bagian cerita menurut analisis formalnya. Sedangkan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berdasarkan konvensi semiotik tingkat kedua, yaitu membaca ulang atau membaca kembali setelah pembacaan heuristik dengan memberikan konvensi sastranya.
Pembacaan Heuristik Lirik Lagu “Guru Oemar Bakrie”
Dalam pembacaan heuristik ini, karya sastra dibaca menurut struktur bahasanya. Penerapan pembacaan heuristik dapat berupa sinopsis, pengucapan alur cerita, gaya bahasa yang digunakan, atau pesan yang ingin disampaikan. Pembacaan tahap pertama ini menghasilkan sekumpulan makna yang heterogen.
Menurut Pradopo (1995), makna heuristik sebuah teks dianalisis berdasarkan struktur kebahasaannya. Struktur kalimat disesuaikan dengan kalimat baku, bila perlu bisa dibalik untuk memperjelas arti. Selain itu, dapat juga ditambahkan kata atau sinonim dalam tanda kurung. Pembacaan heuristik lirik lagu “Guru Oemar Bakrie” sebagai berikut.
Bait pertama
Tas hitam (terbuat) dari kulit buaya, (Bapak Oemar Bakrie mengucapkan) “Selamat pagi”, (dan) bapak Oemar Bakrie berkata “hari ini aku rasa kopi nikmat sekali”.
Bait kedua
Tas hitam (terbuat) dari kulit buaya, mari kita pergi (ke sekolah) memberi pelajaran (dan) ilmu. Mungkin (saja), pasti murid bengalmu itu sudah menunggu.
Bait ketiga
Laju sepeda kumbang di jalan (yang rusak) berlubang, selalu (sama) begitu (tidak pernah berubah) dari dulu waktu jaman Jepang, (Pak Oemar Bakrie) dia terkejut waktu mau masuk pintu gerbang (sekolah), banyak polisi berwajah garang (dan) membawa senjata.
Bait keempat
Bapak Oemar Bakrie kaget (dan bertanya) Ada apa gerangan? “Berkelahi, pak!” Jawab (salah satu) murid (berlagak) seperti jagoan, Bapak Oemar Bakrie (merasa) takut bukan kepalang, sepeda butut itu dikebut lalu (ia pergi) cabut (dengan) kalang kabut, (dan bergegas) cepat pulang. Busyet (sepedanya seolah-olah) Standing (roda depannya terangkat) dan terbang.
Bait kelima
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (seorang) pegawai negeri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (sudah) 40 tahun mengabdi, jadi guru jujur berbakti memang (selalu) makan hati.
Bait keenam
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (telah) banyak ciptakan menteri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (mulai dari) profesor, dokter, insinyur pun jadi, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie (justru) seperti dikebiri?
Bait ketujuh
Laju sepeda kumbang di jalan (yang rusak) berlubang, selalu (sama) begitu (tidak pernah berubah) dari dulu waktu jaman Jepang, (Pak Oemar Bakrie) dia terkejut waktu mau masuk pintu gerbang (sekolah), banyak polisi berwajah garang (dan) membawa senjata.
Bait kedelapan
Bapak Oemar Bakrie kaget (dan bertanya) Ada apa gerangan? “Berkelahi, pak!” Jawab (salah satu) murid (berlagak) seperti jagoan, Bapak Oemar Bakrie takut bukan kepalang, sepeda butut itu dikebut lalu (ia pergi) cabut (dengan) kalang kabut, (Pak) Bakrie (sampai) kentut (dan bergegas) cepat pulang.
Bait kesembilan
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (seorang) pegawai negeri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (sudah) 40 tahun mengabdi, jadi guru jujur berbakti memang (selalu) makan hati.
Bait kesepuluh
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (telah) banyak ciptakan menteri. Oemar Bakrie, bikin otak orang (jadi cerdas) seperti otak Habibie, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie (justru) seperti dikebiri?
Pembacaan Hermeneutik Lirik Lagu “Guru Oemar Bakrie”
Pembacaan ini berbasis pada konvensi sastra, dimana pembaca dapat menjelaskan makna suatu karya sastra berdasarkan tafsiran yang pertama (Ratih, 2016). Dari hasil pembacaan pertama, pembaca harus melewati lebih jauh lagi untuk mencapai kesatuan makna dengan melanjutkan pada pembacaan hermeneutik, yaitu pemberian makna berdasarkan konvensi sastra (Pradopo, 1990). Berikut pembacaan hermeneutik lirik lagu “Guru Oemar Bakrie”.
Bait pertama
Tas hitam (terbuat) dari kulit buaya, (Bapak Oemar Bakrie mengucapkan) “Selamat pagi”, (dan) bapak Oemar Bakrie berkata “hari ini aku rasa kopi nikmat sekali”.
Lirik di atas menceritakan tentang rutinitas seorang guru Oemar Bakrie sebelum berangkat ke sekolah untuk mengajar. Dipertegas dan ditandai dengan tas kulit hitam dan rutinitas minum kopi di pagi hari.
Bait kedua
Tas hitam (terbuat) dari kulit buaya, mari kita pergi (ke sekolah) memberi pelajaran (dan) ilmu. Mungkin (saja), pasti murid bengalmu itu sudah menunggu.
Lirik di atas menceritakan guru Oemar Bakrie yang segera bergegas berangkat ke sekolah untuk mengajar murid-muridnya.
Bait ketiga
Laju sepeda kumbang di jalan (yang rusak) berlubang, selalu (sama) begitu (tidak pernah berubah) dari dulu waktu jaman Jepang, (Pak Oemar Bakrie) dia terkejut waktu mau masuk pintu gerbang (sekolah), banyak polisi berwajah garang (dan) membawa senjata.
Lirik di atas menggambarkan guru Oemar Bakrie yang berangkat menggunakan sepedanya melintasi jalan rusak yang tidak kunjung diperbaiki. Kemudian ketika ia sampai di depan sekolah, ia melihat ada banyak polisi bersenjata di areal sekolah.
Bait keempat
Bapak Oemar Bakrie kaget (dan bertanya) Ada apa gerangan? “Berkelahi, pak!” Jawab (salah satu) murid (berlagak) seperti jagoan, Bapak Oemar Bakrie takut bukan kepalang, sepeda butut itu dikebut lalu (ia pergi) cabut (dengan) kalang kabut, (dan bergegas) cepat pulang. Busyet (sepedanya seolah olah) Standing (roda depannya terangkat) dan terbang.
Lirik di atas menceritakan betapa terkejutnya guru Oemar Bakrie karena menurutnya kalau sudah ada banyak polisi pasti telah terjadi hal-hal yang membahayakan. Ia bertanya “ada apa gerangan?”, “berkelahi Pak” jawab salah satu murid yang berlagak jagoan. Karena ketakutan, guru Oemar Bakri tidak jadi mengajar dan lebih memilih untuk segera cepat pulang agar terhindar dari bahaya.
Bait kelima
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (seorang) Pegawai negeri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (sudah) 40 tahun mengabdi, jadi guru jujur berbakti memang (selalu) makan hati.
Lirik di atas menggambarkan bahwa guru Oemar Bakrie adalah seorang pegawai negeri yang sudah mengabdi sebagai seorang guru selama empat puluh tahun lamanya. Namun selama empat puluh tahun mengabdi hidupnya hanya se-alakadarnya, segitu-segitu saja tidak ada perkembangan. Ditandai dengan kalimat “jadi guru jujur berbakti memang makan hati.”
Bait keenam
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (telah) banyak ciptakan menteri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (mulai dari) Profesor, dokter, insinyur pun jadi, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie (justru) seperti dikebiri?
Lirik di atas menggambarkan selama guru Oemar Bakrie mengabdi, sudah banyak anak didiknya yang berhasil menjadi menteri, profesor, dokter, insinyur, dan lain sebagainya. Namun guru Oemar Bakrie sebagai pegawai negeri masih tetap segitu segitu saja tidak ada perhatian lebih oleh pemerintah, bahkan gajinya sangat kecil.
Bait ketujuh
Laju sepeda kumbang di jalan (yang rusak) berlubang, selalu (sama) begitu (tidak pernah berubah) dari dulu waktu jaman Jepang, (Pak Oemar Bakrie) dia terkejut waktu mau masuk pintu gerbang (sekolah), banyak polisi berwajah garang (dan) membawa senjata.
Lirik di atas merupakan perulangan dari lirik sebelumnya pada bait ketiga dan memiliki makna yang sama.
Bait kedelapan
Bapak Oemar Bakrie kaget (dan bertanya) Ada apa gerangan? “Berkelahi, pak!” Jawab (salah satu) murid (berlagak) seperti jagoan, Bapak Oemar Bakrie takut bukan kepalang, sepeda butut itu dikebut lalu (ia pergi) cabut (dengan) kalang kabut, (Pak) Bakrie (sampai) kentut (dan bergegas) cepat pulang.
Lirik di atas merupakan perulangan dari lirik sebelumnya pada bait keempat dan memiliki makna yang sama. Namun pada lirik bait kedelapan Iwan Fals menambahkan satu frasa yakni “Bakrie Kentut” frasa ini menggambarkan kepanikan guru Oemar Bakrie yang sudah sangat ketakutan.
Bait kesembilan
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (seorang) Pegawai negeri. Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (sudah) 40 tahun mengabdi, jadi guru jujur berbakti memang (selalu) makan hati.
Lirik di atas merupakan perulangan dari lirik sebelumnya pada bait kelima dan memiliki makna yang sama.
Bait kesepuluh
Oemar Bakrie, Oemar Bakrie (telah) banyak ciptakan menteri. Oemar Bakrie, bikin otak orang (jadi cerdas) seperti otak Habibie, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie (justru) seperti dikebiri?
Lirik di atas merupakan perulangan dari lirik sebelumnya pada bait keenam dan memiliki makna yang sama. Namun pada bait kesepuluh Iwan Fals mengubah salah satu bagian lirik yakni “profesor, dokter, dan insinyur pun jadi” diubah menjadi “bikin otak orang seperti otak Habibie”. Dari segi makna tetap sama, yakni menggambarkan bagaimana perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak-anak didiknya. Iwan mencoba menggunakan sosok Habibie, karena Habibie dikenal sebagai orang yang jenius.
Secara keseluruhan, lirik lagu “Guru Oemar Bakrie” menggambarkan tentang realita sebagian orang yang berprofesi sebagai guru di Indonesia. Lirik lagu tersebut juga menggambarkan begitu banyaknya problematika yang dihadapi oleh seorang guru mulai dari tawuran antar siswa, murid-murid nakal, gaji kecil, hingga pemotongan gaji. Guru Oemar Bakrie digambarkan sebagai seorang guru lama yang mengajar di kota besar. Sosoknya sederhana dan telah mengabdi sebagai guru hampir empat puluh tahun lamanya. Ia digambarkan sebagai orang yang baik hati dan ikhlas dalam mengajar murid-muridnya.
Lirik lagu “Guru Oemar Bakrie” merupakan gambaran suasana kehidupan seorang guru pada era akhir 1970-1980an. Walaupun menceritakan suasana di masa lampau, namun lagu ini masih dianggap relevan oleh masyarakat terhadap kerasnya kehidupan profesi guru di zaman sekarang. Iwan Fals menciptakan lagu ini karena terinspirasi dari apa yang telah dialami dan diamatinya. Secara implisit, lagu ini berisi pujian dan kekaguman kepada seorang guru. Selain itu, lagu ini juga berisi kritik dan sindiran kepada pemerintah tentang kesejahteraan guru dan infrastruktur jalan yang rusak. Selain itu, Iwan Fals juga menggambarkan tentang maraknya terjadi kasus tawuran antar kelompok siswa ataupun antar sekolah pada masa itu.
Guru merupakan sosok pendidik yang utama dalam kemajuan bangsa, banyak orang hebat tercipta dari seorang guru yang tekun dan ikhlas, tetapi mengapa guru hanya dianggap sebelah mata? ini menjadi pesan tersirat yang dapat dipetik dari lagu tersebut. Melalui lagu ini, Iwan Fals mengajak masyarakat untuk menghargai seorang guru, dan khususnya kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan serta mengangkat derajat profesi guru agar tidak dianggap sebagai profesi yang rendahan.
Iwan fals menggubah lagu ini menjadi bernuansa jenaka dengan gaya musik atau aransemen genre country, sehingga lagu yang sebetulnya berisi problematika dan kritik dikemas menjadi lagu yang penuh humor dan bernuansa komedi.
Lewat lagu ini, Iwan Fals mencoba mempertanyakan mengapa seorang guru yang amat berjasa untuk bangsa, justru dipandang sebelah mata dan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Hal seperti inilah yang membuat citra profesi guru dianggap remeh dan rendahan oleh sebagian orang. Ini sangat relevan dengan keadaan di masa sekarang, profesi guru mulai tidak diminati lagi oleh generasi muda karena dianggap profesi yang tidak bergengsi.
Melalui lagu “Guru Oemar Bakrie” Iwan Fals mengajak kita semua untuk menghargai profesi seorang guru, dan agar pemerintah juga bisa memperhatikan serta mengangkat derajat profesi guru agar lebih dipandang di sosial masyarakat. Karena secanggih dan semaju apapun perkembangan zaman, profesi guru tidak akan pernah bisa tergantikan.
Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole
- Catatan: Tulisan ini merupakan salah satu artikel dari buku “Dari Kejahatan Berbahasa Hingga Bentrok Tafsir: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya dalam Aneka Perspektif”. Buku ini diterbitkan pada tahun 2024 oleh penerbit Pustaka Larasan, yang bekerja sama dengan Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali).
- BACA JUGA: